perlakuan kasar Fano

142 27 14
                                    

Suasana lapangan semakin riuh oleh teriakan memuja siswi kertapati. Melihat ketampanan dari seorang Refano Alfakri dan keempat sahabatnya. Yang bermain basket dengan keringat bercucuran, yang menambahkan kesan ketampanan berkali lipat dari ke kelima Moswanted SMA Kertapati.

"Kak Fano semangat ya mainya."

"Tampan banget sih pangeranku."

"Kak Vero aku padamu."

"Kak Razel udah humoris, ganteng lagi."

"Kak kenan senyum dong biar kelihatan tampanya."

"Kak Bisma love you."

Itulah suara riuh yang memuja kelima. Moswanted  SMA Kertapati. beda dengan Meisya dan temanya yang duduk di bangku barisan tengah malah diam saja melihat semua siswi menyoraki mereka dengan tatapan memujanya.

"Mey lo kok diam aja sih?" tanya Cia yang melihat Meisya hanya terdiam sambil terseyum melihat ke kasih tampanya bermain basket dengan keringat yang bercucuran. tampan sekali bukan?

"Mey..." panggil Citra, sementara Meisya masih terdiam dengan senyumanya. Matanya yang tak pernah luntur dari gerak-gerik Refano saat bermain basket.

"Wah gile nih anak." umpat Cia

"Kesambet kali." timpal Kinan

"Meisya calisra admaja..." teriak Citra di telinga Meisya. Yang di teriakin pun langsung terlonjat kaget mendengar teriakan cempereng sahabat satunya ini.

"Ehh...copot" kaget Meisya mengelus dadanya.

"Gua kira lo kesambet tadi."

"Ihh... Citra mah gitu, untung Meisya gak punya riwayat jantung kolo punya kan bisa mati diluan Meisya." gerutu Meisya mencibirkan bibirnya, pertanda ia sangat kesal.

"Utututu.... maaf kan sahabat mu ini ya Meisya sayang hehehe" cengir Citra dengan tanganya membentuk huruf V.

"Iya Meisya maafin."

"Lo kenapa? Diem aja tadi." ujar Kinan yang di angguki juga oleh keduanya.

"Tadi tuh Meisya lagi lihatin kak Fano main. Apa lagi tanganya lincah banget saat mendribble bola, habis tuh mengoper ke temanya. Apa lagi saat lompat memasukkan bola ke ring lawan. badanya yang keringatan makin nambah ketampananya" menceritakan mengapa ia terdiam tadi. Ternya ia terdiam karna memperhatikan setiap pergerakan Fano saat bermain bola basket.

"Jadi lo diam karna kak Fano gitu." Sahut kompak ketiganya dengan memutar bola mata malasnya. Mengapa mereka bisa memiliki sahabat yang matanya buta akan cinta Refano padahal sudah di sakiti berkali-kali.

"Hehehe...." seyum Meisya melihat raut wajah ketiga sahabatnya.

                                   □□□

Pertandingan basketpun telah usai dengan cetak poin paling unggul dari tim Refano.

"Wehhhh... menang lagi kita bro" ujar Razel menepuk pundak Fano yang hanya di tanggapi seyuman tipis.

TENTANG LUKA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang