2 | Du

410 97 69
                                    

Eodum adalah sebuah kerajaan besar. Berpusat di semenanjung barat yang membuatnya dilimpahi kekayaan alam. Ada laut yang memanjang di satu sisi, dan pegunungan di sisi yang lain. Dua pertiga daratan yang dikelilingi samudera itu berada di bawah kekuasaannya. Eodum adalah sesuatu yang ditakuti, baik dari para ksatria maupun wilayahnya.

Rumah-rumah penduduk negeri tersebut terhampar di lahan luas yang terbuka. Area hijau yang subur. Kerajaan ini jelas berhasil memakmurkan rakyatnya, tampak jelas dari dinding-dinding kokoh rumah penduduk yang terbuat dari batu bata, tidak seperti para kerajaan tetangga yang masih banyak memiliki kemah-kemah untuk para warganya.

Suasana asri dengan jalanan berbatu, di sampingnya terdapat banyak pohon-pohon tinggi berdaun ramping, beberapa bahkan berdaun merah dan kuning, berbuah sangat lebat dengan cita rasa manis yang menggugah selera.

Orang-orang menyebutnya bagian kecil dari negeri syurga.

Malam ini, sang raja menepati janji untuk membawakan kisah bagi ketiga puteranya. Mereka duduk bersama di sebuah ruangan dengan jendela besar yang hampir menyentuh lantai.

Yugyeom memilih duduk di dekat jendela, atensinya lebih banyak digunakan untuk mengamati alun-alun yang letaknya tak jauh dari benteng kerajaan. Tempat itu tampak terang dengan cahaya obor dan api unggun, beberapa petasan juga dinyalakan untuk melakukan sebuah perayaan.

Iya, setiap kali sang raja dan para prajurit kembali dari medan perang, akan diadakan pesta rakyat selama tiga hari tiga malam berturut-turut. Beberapa kali mereka pernah diajak untuk terlibat langsung dalam pesta, dan sekarang Yugyeom lebih tertarik untuk pergi ke sana lagi alih-alih duduk bersila seperti Jungkook dan mendengar setiap kalimat yang dituturkan sang ayah.

Di sisi lain, bocah lelaki berumur enam tahun yang tak lain adalah Hangyul, justru lebih tertarik melihat-lihat koleksi yang ada di sana. Tangan kecilnya tak berhenti menyentuh barang yang baru ia temui, lalu berbalik hanya untuk sekadar bertanya tentang barang apakah itu dan apa kegunaannya.

“Panglima Ahn berlari menuruni lembah dengan cepat. Dia sudah kehabisan anak panah saat itu, tapi dengan keberanian dan hanya berbekal dua pedang di tangannya, dia menerjang musuh yang hendak menerobos pertahanan depan kerajaan.”

Mata Jungkook berbinar dengan senyum yang mengembang, ia seperti bisa melihat dengan jelas gambaran dari setiap kejadian yang diceritakan sang ayah, dan menurutnya itu sangatlah menakjubkan.

“Lalu, apa luka di tangan kiri Panglima Ahn karena membela?” tanya Jungkook membuat sang raja yang tengah meneguk minumannya terhenti.

“Kau tahu?”

Jungkook mengangguk. “Selepas latihan memanah tadi sore, aku mengunjungi barak prajurit, Ayah.”

Sang raja tersenyum, kemudian menyentuh kepala Jungkook, menepuknya pelan. “Kau tidak takut?”

“Tidak.” Jungkook menggeleng tegas, ia melirik Yugyeom dan menunjuknya. “Apa Ayah tahu? Yugyeom bahkan berhasil mengenali banyak sekali tumbuhan yang akan dijadikan obat oleh tabib.”

“Oh, benarkah?” sang ayah merasa takjub. Jungkook mengangguk lagi sedangkan Yugyeom kini mengalihkan perhatian pada sang ayah. “Kemarilah, puteraku ....”

Yugyeom mendekat, dan mendapat perlakuan sama seperti yang diberikan ayahnya pada Jungkook tadi. “Bagaimana bisa kau mengenali tumbuhan-tumbuhan itu, Pangeran Yugyeom?”

Yugyeom melirik Jungkook sekilas. “Jawaban yang tidak berbeda ketika Jungkook ditanya kenapa sangat tertarik untuk bermain pedang dan pergi ke medan perang.”

Sang raja tergelak, jawaban sederhana putera keduanya itu terdengar sangat natural. Terkesan sederhana, tetapi sang raja tahu ada kecerdasan yang menyertainya.

AdsumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang