5 | Lim

464 81 36
                                    

Ratu Yowon sudah menangis. Keadaan di aula menjadi gaduh. Mereka yang sebelumnya memberi dukungan penuh pada Jungkook, kini terpecah belah, memegang asumsi masing-masing setelah mendengar kebenaran yang ada.

Beberapa saat lalu, Jungkook meninggalkan tempat penobatan. Pemuda itu pergi atas semua kalimat yang diisukan sebagai kebenaran tentang jati dirinya. Pun dengan para pangeran dan putri kerajaan yang ikut keluar dari ruangan, mereka bermaksud untuk menyusul kakak tertuanya yang tengah terguncang.

Sang raja menelan salivanya sulit, menatap pada Ryung dengan penuh rasa sakit. Sang adik langsung membuang wajah, menghindari tatapan pedih dan menolak rasa bersalah.

“Tidak seharusnya kau melakukan ini pada Pangeran Jungkook, Adik.” Raja Shin menatap kecewa dengan suara bergetar.

Pangeran Ryung membalas tatapan itu dan tak ingin menjadi pihak yang salah. “Tapi kenyataan bahwa ia hanyalah seorang anak—“

“Anak pelayan atau bukan, dia tetap puteraku. Darah dagingku.” Raja Shin mencengkeram erat bahu pangeran Ryung. “Keponakanmu.”

Ryung menepis tangan sang kakak kasar. Kemudian, ia berjalan kembali ke tengah aula dan menatap orang-orang, sebelum akhirnya atensi itu teralih pada sang raja. “Penasehat Agung, bukankah jika dalam hal ini, aku punya hak yang sama dengan Pangeran Jungkook untuk menjadi penerus takhta?”

Penasehat agung kerajaan—Kim Hyunsik—berdiri dari tempatnya. “Sama sekali tidak, Pangeran.”

“Apa?!”

Kim Hyunsik menarik napas dalam-dalam. “Hanya keturunan dari Yang Mulia langsung ‘lah yang akan menjadi penerus takhta. Meski kau adik satu-satunya dari Yang Mulia Raja Shin, kau bukan anak dari Ratu Utama. Kalian adalah saudara beda ibu.”

Rahang Ryung mengeras. Tangannya mengerat pada pedang yang dipegangnya. “Lantas, dengan kenyataan yang ada pada Pangeran Jungkook?”

Penasehat Kim melirik ke arah sang raja yang masih diam sekilas. Kemudian, matanya menatap lurus ke arah Ryung. “Jika Pangeran Jungkook tidak bisa diangkat menjadi raja, kau tetap tidak bisa menggantikannya. Sebab, Yang Mulia masih memiliki dua orang pangeran dari ratu yang sah. Putera dari Yang Mulia Ratu Jinyi, yakni Pangeran Yugyeom dan Pangeran Hangyul, Pangeran.”

Seluruh perhatian mengarah pada penasehat Kim. Pria baya itu membungkukkan tubuh cukup lama, meminta permohonan maaf karena telah lancang berbicara.

Suasana senyap seketika, berganti dengan keterkejutan dan kenyataan lain yang mereka dapatkan. Ratu Jinyi terlihat terkejut, ia yang semula ada untuk menenangkan ratu Yowon malah terguncang.

Sang ratu utama meliriknya sekilas, kemudian mengarahkan pandangan pada suaminya.

Belum sempat sang raja berbicara, ratu Yowon sudah lebih dulu meninggalkan aula kerajaan. Ia bergegas diikuti oleh pengawal dan pelayannya.

Ratu Soyong baru saja hendak menyusul, ketika tahu bahwa keadaan ternyata lebih menegangkan dari yang ia duga. Sang ratu urung, memilih untuk tetap diam di tempat sampai semua keputusan diambil.

“Itu benar,” sahut salah satu dewan kerajaan. “Sekalipun tidak ada pangeran yang lain, menetapkan Pangeran Ryung sebagai calon raja perlu dibicarakan lebih lanjut, karena Pangeran Ryung belum menikah.”

Pangeran Ryung mendengus, kemudian memejamkan matanya erat-erat. “Jika memang di kerajaan ini ada keadilan, kita lihat siapa yang akan menjadi raja dari Eodum selanjutnya.”

🔹🔹🔹


Jungkook berdiri di sisi jendela besar. Langit masih seindah malam-malam yang ia ingat. Ada banyak bintang dan purnama terlihat setia membersamai bumi untu menembus kegelapan.

AdsumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang