"Yang Mulia ...."
Ratu Yowon terhenti dari lamunannya, ia menoleh ke belakang dan segera beranjak saat menemukan wanita dengan kandungan yang sudah membesar mendekatinya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau berjalan hingga mengalami kelelahan seperti ini? Tanya Ratu Yowon membantu wanita berstatus pelayan pribadinya itu untuk duduk.
"T-tapi Yang Mulia—"
"Diamlah. Bukankah aku sudah bilang untuk tidak membantahku sedikitpun?"
Wanita yang tengah mengandung itu akhirnya duduk di gazebo yang sama dengan Sang Ratu. Ia memberi senyum kikuk setelah duduk di tempat yang sama dengan ratunya.
Ratu Yowon tersenyum, ia kemudian menunjukkan sebuah baju hangat yang belum selesai dirajutnya. "Lihat, apa kau menyukainya, Gijou?"
Pelayan itu merekahkan senyum semakin lebar, lalu mengangguk. "Itu sangat indah."
Sang Ratu mengangguk, kemudian tangannya bergerak untuk mengusap pelan perut besar Gijou. "Kau juga akan menyukainya, bukan?"
"Dia pasti menyukainya. Sang Ratu yang membuatkan baju itu untuknya."
"Dia akan menyukaiku, bukan?"
Gijou mengernyitkan dahi, menatap Ratu Yowon tak mengerti, sebelum akhirnya menggelengkan kepala ketika melihat wanita di hadapannya akan kembali berkata.
"Yang Mulia, tidak ada alasan untuknya untuk tidak menyukai dirimu. Sungguh."
"Benarkah?" Ratu Yowon tersenyum getir. "Tapi, aku pikir anak-anakku tidak begitu."
"Apa maksudmu?"
"Kau tahu sendiri, Gijou, seberapa keras aku berusaha menjaga anak-anak yang kukandung dulu, terlepas dari itu, mereka semua akhirnya memilih pergi, tanpa berniat memberiku kesempatan untuk menyapa atau melihat wajah mereka terlebih dahulu."
Gijou menatap Sang Ratu sendu. Sebagai sesama wanita, terlebih saat ini tengah mengandung, Gijou tahu perasaan sakit apa yang menimpa puannya itu.
"Mungkin bukan seperti itu. Tidak ada anak yang tidak akan bersyukur jika memiliki ibu sepertimu, Yang Mulia." Gijou menatap lekat pada Ratu Yowon dan tersenyum hangat. "Hanya saja, mungkin Yang Kuasa menginginkan anak yang lebih kuat untuk menjagamu."
Ratu Yowon tertawa pelan, jemarinya bergerak untuk menghapus jejak basah di wajahnya. "Kau benar. Aku akan mendapatkan seorang anak yang sangat kuat dan itu berkat dirimu."
Keduanya saling menatap dan tertawa saat merasakan sebuah gerakan di permukaan perut Gijou, janin itu seakan merespons apa yang dikatakan oleh kedua ibunya.
"Terima kasih banyak, Gijou, sejak dulu, sejak aku kecil, hanya kau yang ada untukku dan menjadi teman, dalam keadaan apapun. Termasuk memenuhi permintaanku untuk memiliki seorang putera, dan mengorbankan kehidupanmu karena tidak bisa—"
"Tidak, Yang Mulia, jangan jelaskan semua itu, semua hal yang tidak perlu. Apapun yang aku lakukan saat ini, untukmu, sama sekali tidak bisa membayar apa yang telah kudapat darimu dan kerajaan kita."
Gijou memberanikan diri untuk meraih tangan puannya. "Itu benar. Bukankah suatu keberkahan tersendiri bagiku karena bisa memberikan seorang anak bagi Yang Mulia dan juga Baginda?"
🔹🔹🔹
"Periksa lagi semua bahan makanan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adsum
FanfictionJungkook tidak memercayai orang-orang, tentang pemilik sebuah nyanyian merdu, sangat lembut, dan menenangkan. Mereka bilang, suaranya sangat indah, dengan paras rupawan tiada tara. Namun, sejelita apa pun dia, tak serta merta membuat mereka yang mey...