4 | Empt

270 78 14
                                    

Raja Shin tengah duduk di singgasananya, berdampingan dengan para pejabat kerajaan yang lain. Matanya menatap ke seluruh aula, memeriksa setiap orang yang menghuni sisi meja panjang sebagai tempat kehormatan bagi mereka.

Ada juga raja-raja dari kerajaan tetangga. Para pemimpin yang diundang secara khusus untuk acara besar dan bersejarah yang diadakan Eodum.

Hubungan mereka terlihat damai, sejauh pilihan jika para kerajaan ini memutuskan untuk menjadi sekutu, setidaknya begitu.

Sementara di luar, sudah banyak rakyat yang berkumpul, menantikan acara penobatan dan pesta yang akan diadakan secara besar-besaran. Mereka percaya bahwa kejayaan akan kembali diraih jika kekuasaan diteruskan oleh orang yang tepat.

Semua diam, terlihat khidmat sambil ikut merasakan ketegangan yang ada. Acara semacam ini, tentu saja mengingatkan kembali pada masa lalu mereka, saat akan dinobatkan menjadi raja muda, sekaligus menjadi pengingat bagi kerajaan yang belum melangsungkan acara, untuk segera memilih calon penerus takhta mereka.

“Lama tidak berjumpa, sebuah kehormatan bagiku karena kalian berkenan untuk datang,” ujar raja Shin membuka suara setelah diam cukup lama.

“Kami yang berterima kasih, karena mau melibatkan kami dalam acara yang penting ini.” Raja dari Bada menyahuti lebih dulu.

“Lagipula, rasanya sudah sangat asing, bukan? Belakangan, kita sering disibukkan dengan peperangan, dan duduk bersama seperti sekarang ini terasa jauh lebih baik.”

“Putera Mahkota calon Raja dari Kerajaan Eodum telah tiba,” suara pengawal terdengar lantang dari ambang pintu. Semua orang berdiri, menunggu sesuatu yang membuat mereka dilanda rasa ingin tahu yang tinggi.

Tiga pangeran dari Eodum tersohor di seluruh negeri, tetapi belum semua dari mereka yang pernah bertemu secara langsung dan melihat keunggulan para putera raja Shin yang digadang-gadang tak tertandingi.

Tak lama kemudian, seorang pemuda tegap dengan wajah sangat tampan memasuki ruangan, dalam balutan pakaian  kebesaran Eodum, lengkap dengan jubah sutera dan rajutan benang emasnya.

Di samping pemuda itu, berjalan sesosok wanita cantik yang mereka kenal sebagai ratu utama kerajaan Eodum, Yang Mulia Ratu Yowon. Tangannya melingkar di lengan kekar pemuda itu, mengiringi dengan senyum bahagia dan penuh kebanggaan.

Berlanjut, di belakang keduanya, berjalanlah ratu kedua, Ratu Jinyi, yang diiringi dua pangeran tampan dan terlihat bertalenta. Di jajaran terakhir, Ratu Soyong bersama dengan satu-satunya tuan puteri kerajaan Eodum, Jinsol.

Mereka kemudian duduk di tempatnya masing-masing, menyita perhatian seluruh tamu undangan yang terlihat takjub.

Kali ini, Jungkook berada di atas mimbar, tempat yang biasa digunakan sang ayah, dan tepat berjarak dua anak tangga dari singgasana raja. Dari sini, ia bisa melihat seluruh orang secara keseluruhan.

Pemuda itu menatap ragu semua orang yang ada dalam ruangan. Namun, saat matanya tertuju pada ketiga saudaranya, Jungkook berangsur tenang. Dari kursi mereka, ketiganya memberi kekuatan, membuat Jungkook merasa lebih yakin untuk mengemban tanggung jawab besar yang akan segera diberikan kepadanya.

Raja Shin melirik ke arah penasehat agung kerajaan, dan saat mendapat anggukan sebagai pertanda bahwa upacara penobatan sudah bisa dimulai, ia beranjak. “Kau siap, Puteraku?”

Jungkook menoleh, lalu mengangguk dalam satu kali gerakan, sebagai tanda kesanggupannya.

“Aku ... Jeon Shin, sebagai Raja dari Kerajaan Eodum, menyadari bahwa kesinambungan pewaris kerajaan merupakan hal yang penting dan tidak bisa dielakkan, mengetahui secara pasti bahwa kemakmuran rakyat harus lebih baik dan diutamakan. Maka, dengan segala pertimbangan dan persetujuan seluruh pejabat istana, resmi mengangkat puteraku, Pangeran Jeon Jungkook, sebagai—“

AdsumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang