Chapter O3 | Wasiat

29 22 0
                                    





Happy reading!




2 minggu berlalu semenjak ditinggalkan oleh sang kepala keluarga, kediaman Kim sudah beraktivitas seperti biasanya. Namun anehnya, kebiasaan mereka sedikit berubah menjadi ... lebih baik (?) dari biasanya.



Sebelumnya Yoon Junghwa sendiri serta para pembantu yang menyiapkan sarapan. Tapi pagi ini Park Gyunghui terlihat berada di dapur dan membantu istri kedua dari mediang suaminya itu. Sesekali mereka berdua bercanda gurau meski mereka masih merasakan sedikit kecanggungan.



Pagi sebelum pukul 8, semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan. Tanpa pengecualian, ada Kim Myungsoo juga di sana.



"Myungsoo-ya bagaimana kuliahmu?" tanya kakak tertua kedua.



"Aku akan segera melaksanakan sidang skripsi," katanya.



"Wah bagus... semangat ya, Noona akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu," ujar kakak tertua keempat–Kim Gyurin.



Di sela-sela obrolan mereka. Tiba-tiba kepala pembantu keluarga Kim mendatangi meja makan. "Maaf mengganggu, Tuan dan Nyonya. Di ruang tengah ada seseorang yang ingin bertemu dengan anak tertua dan Y/n selaku pewaris utama keluarga Kim," ujarnya seraya membungkuk hormat.



"Anak tertua– ayahku? Tapi ayahku tidak ada di sini," saut Y/n. Semua mata mengarah pada Y/n.



"Sudah... temui saja dulu orang itu," kata Park Gyunghui. "Haeseong-a, temani dia."



Kim Haeseong melirik Y/n, kemudian beranjak dari duduknya. Tak lama Y/n juga beranjak, lalu berjalan mengekori Kim Haeseong.



Seperti apa yang dikatakan Jeon Ahjumma–kepala pembantu keluarga Kim–di ruang tengah sudah ada seorang pria paruh baya yang duduk menunggu sesekali melihat jam pada alorji di tangan kirinya.



"Annyeonghaseyo," pria paruh baya tersebut menyadari kehadiran mereka berdua kemudian membungkuk hormat.



"Paman Shin?"



Pria paruh baya tersebut tersenyum menanggapinya. "Perkenalkan saya Shin Wonchul, kepala petugas manajemen serta juga pelaksana warisan keluarga Kim."



Tak ada angin tak ada hujan, Kim Haeseong malah memeluk pria paruh baya yang ada di depannya itu.



"Lama tak berjumpa, paman Shin! Ya tuhan, sungguh aku merindukanmu," ujar Kim Haeseong.



Shin Wonchul menepuk-nepuk bahu Kim Haeseong. "Lama tak berjumpa denganmu, anak nakal Kim Haeseong. Semakin tua, semakin tampan saja dirimu ini."



Sedangkan Y/n menatap bingung dua orang di depannya. Bukannya tak mengenal Shin Wonchul, tapi Y/n tak tau dengan kedekatan Shin Wonchul dan pamannya itu.



"Jadi... ada perlu apa paman datang kemari?"



"Aku ingin membicarakan beberapa pesan yang tertulis di surat wasiat ayahmu," ujar Shin Wonchul.



Shin Wonchul mengeluarkan selembar kertas yang ia keluarkan dari tas hitam jinjingnya. "Yang pertama, di sini tertulis, jika Kim Hyunki atau kakek dari Y/n telah mempunyai dua calon laki-laki untuk pasangan Y/n kelak."



"Yang kedua, harta warisan yang dilimpahkan pada Y/n dapat dibagikan ke anggota keluarga asal mendapat persetujuan dari sang penerima warisan." Kim Haeseong dan Y/n saling melirik satu sama lain.



"Mmh, maaf paman Shin jika memotong. Pesan yang pertama bagaimana maksudnya?" tanya Y/n bingung.



"Jadi begini nona Isabella. Jauh sebelum Tuan Kim meninggal beliau sudah mempersiapkan ini... beliau memperkenalkan anda melalui foto pada para rekan bisnisnya yang mempunyai anak atau cucu laki-laki yang masih lajang. Kemudian beliau menyeleksi laki-laki tersebut, hingga menyisahkan dua laki-laki ini," jelas Shin Wonchul.



"Paman..."



Shin Wonchul peka dengan raut muka yang ditunjukkan oleh Y/n, pun segera memotongnya. "Anda bisa menolak, nona Isabella."



"Asal anda mau melalui masa pendekatan dengan mereka terlebih dulu," imbuhnya.
































To be continue.

Winged Victory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang