Happy reading!
Hari ini, Park Gyunghui pergi ke rumah sakit untuk melakukan medical check up sebab sudah jadwalnya setiap setahun dua kali dia pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya.
Setelah dari rumah sakit dia langsung melanjutkan perjalanan menuju Busan untuk mengurus suatu urusan di sana selama beberapa hari ke depan.
Dan hari ini juga, banyak anggota keluarga yang memilih menetap di rumah. Seperti Haeseong dan Myunghoon, harusnya mereka pergi ke kantor pagi ini.
"Ayah, lusa aku akan pergi ke Jeju bersama teman-teman."
"Ya, pergilah... tumben sekali kau bilang pada ayah," ujar Myunghoon melirik anak sulungnya.
"Aduh, bukan seperti itu! Eunwoo ikut, dia inisiatif mengajak Y/n untuk ikut juga."
Alis Myunghoon menukik. "Mengapa bilang pada ayah? Anak itu kan tanggung jawab kakak tertua... seharusnya kau bilang pada pamanmu untuk mendapat izin."
Haeseong melirik tak suka. "Anak itu tanggung jawab orang tuanya, bukan aku. Lagian aku tak peduli dia mau ikut atau tidak juga bukan urusanku."
Istri Haeseong–Min Jungah–menyenggol pelan lengan suaminya itu. "Yeobo..." tegur lembut Jungah.
Lihatkan? Benar-benar pembodohan publik. Inilah sifat asli mereka yang sebenarnya... Mareka hanya memasang wajah di depan publik dan juga di depan Gyunghui. Junghwa? Jangan tanyakan lagi, dia sudah kenyang menelan semua sifat anak-anak dari Kim Hyunki. Anaknya tidak termasuk.
Terlalu terus terang... Mereka bahkan berbicara langsung di depan orangnya. Y/n muak, dia ingin cepat-cepat kembali ke asalnya. Sayangnya dia tidak bisa pergi begitu saja karna perjodohan konyol oleh mediang kakeknya itu. Seharusnya perjodohan itu tak ada, tetapi mediang kakenya itu merencanakan secara diam-diam sehingga terciptalah perjodohan tersebut.
Omong-omong Y/n belum bertemu dengan calonnya yang kedua...
"Loh, Jeongin? Katanya tadi ada bimbingan dengan dosen..."
"Tidak jadi, bu, dosennya berhalangan hadir..."
"Ya sudah, kamu makan dulu ya? Kamu tak sempat menyentuh sarapanmu tadi karena terburu-buru, kemarikan piringmu, ibu ambilkan lauk dan nasi..."
Jeongin menyerahkan piringnya pada ibunya. "Oh iya, ada yang mencari ayah di depan..."
"Siapa? Eoh, pasti rekan bisnis-"
"Bukan, ayah."
"Lalu?"
"Detektif Jeon beserta tim forensik lainnya yang menangani kasus kematian kakek."
Haeseong meletakkan peralatan makannya. "Baiklah, aku akan menemui mereka dulu."
Bertepatan kepergian Haeseong dari meja makan, Y/n pun ikut menyudahi makan siangnya.
"Nak, mau ke mana? Makananmu belum habis..."
"Ah- aku sudah kenyang, nek. Eunwoo juga sebentar lagi akan menjemput."
Junghwa tersenyum. "Kau akan keluar dengan calonmu ya?" Y/n tersipu malu kemudian mengangguk. "Hati-hati ya, jangan pulang terlalu larut."
Y/n memberi gestur hormat pada Junghwa. "Siap, nenek Yoon!"
Setelah itu Y/n berlalu pergi ke dapur untuk meletakkan piring kotornya, baru kemudian dia pergi ke kamarnya untuk bersiap.
Sementara itu, di ruang tengah ada beberapa orang yang sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan Haeseong.
"Seperti yang kita tau sebelumnya, mediang Kim Hyunki meninggal karna dibunuh."
"Orang-orang yang kami selidiki sebelumnya juga tak menemukan bukti apapun selain di tempat kejadian perkara."
Alis Haeseong menukik tajam. "Apa kalian sudah memeriksa Song Hangyeol?"
"Sudah, tuan... namun saat pemeriksaan kedua kami sedikit kesusahan sebab tuan Song terus berusaha menghindar."
Haeseong terus bergelut dengan pikirannya. "Song Hangyeol patut dicurigai sebagai tersangka... musuh ayah yang lainnya selain dia tidak ada lagi," monolognya.
"Tapi, tuan..." Haeseong melirik detektif Jeon. "Mohon maaf sebelumnya bukan menuding, tetapi kami juga menaruh sedikit rasa curiga kepada salah satu keluarga anda."
"Kim Hyunseung-"
"Ada apa dengan ayahku?" ketus Y/n yang entah dari mana datangnya.
"N-nona Isabella... senang bertemu dengan anda, nona." Semua orang berdiri, lalu membungkuk memberi salam.
"Apa ada masalah dengan ayahku?" ulangnya sekali lagi.
Suasana di ruangan menjadi canggung. Haeseong mendecak kesal. "Kau tau apa anak kecil?"
"Aku tidak terima," jelasnya. "Bagaimana bisa kalian menuduh ayahku tanpa alasan?" tekannya.
"Begini, nona..." salah satu dari mereka mencoba menjelaskan. "Setelah berita kematian mediang Kim Hyunki, tuan Kim Hyunseung sama sekali tak terlihat dalam upacara pemakaman. Dan lagi, setelah kami gali informasi lebih lanjut, ternyata Kim Hyunseung pernah mempunyai masalah dengan mediang Kim Hyunki selama 15 tahun terakhir."
Y/n bersendekap dada. "Tsk- hanya itu? Bukan bukti yang kuat. Apa dengan kehadiranku ini tidak cukup? Memang ayahku punya masalah dengan kakek sebelumnya. Jika mencari bukti tolong yang lebih dalam lagi. Kalian tidak tau kan apa yang menjadi pemicu permasalahan Kim Hyunseung dan Kim Hyunki?"
"Kakek meminta ayah untuk menggantikan posisinya, tapi ayah menolak. Dan itulah masalahnya, ayah kesal karna terus-terusan dipaksa hingga kedua orang tuaku memutuskan untuk pindah ke Prancis dan memulai hidup baru di sana."
"Ku beri waktu kalian berpikir, jika ayah benar-benar membunuh kakek. Apa motifnya? Harta kah? Kejayaan kah? Atau yang lain?"
"Jika kalian menjawab perusahaan, itu sangat tidak masuk akal. Kakek akan memberikan perusahaannya tanpa ayah minta."
"Harta? Jangan tanya lagi. Aku akan membaginya, lagipula aku tak bisa menghabiskan sendirian seluruh kekayaan Kim Hyunki."
Detektif Jeon dan beberapa orang di sana berpikir keras. "Harusnya yang kalian curigai bukan ayahku." Tanpa terkecuali semua orang yang berada di ruang tengah meliriknya. "Curigailah orang-orang yang selalu berada di sekelilingnya. Siapapun itu. Harta kekayaan Kim Hyunki tidaklah sedikit, mereka akan melakukan apapun demi mendapatkannya. Entah itu separuh atau bahkan seluruhnya."
Y/n melirik Haeseong. "Meninggalnya kakek itu mempermudah orang-orang untuk mengalihkan harta kekayaan Kim Hyunki ke tangan mereka. Jangan hanya ayahku saja yang kalian curigai, seharusnya kalian mencurigai anggota keluarga yang lain. Tak adil bila ayahku saja yang kalian curigai," ujarnya seraya menyunggingkan senyuman pada akhir kalimatnya.
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winged Victory
Mystery / ThrillerJangan percaya pada siapapun... jika tidak, hal itu dapat menuntunmu ke dalam jurang kematian. Cukup diam, dan amati. Maka pelaku akan menampakkan diri. Highest rank - #78 on crime 210903, #71 on crime 210913 ©yves-blanc, August 2O21