<<< previous chapter
Detektif Jeon dan beberapa orang di sana berpikir keras. "Harusnya yang kalian curigai bukan ayahku." Tanpa terkecuali semua orang yang berada di ruang tengah meliriknya. "Curigailah orang-orang yang selalu berada di sekelilingnya. Siapapun itu. Harta kekayaan Kim Hyunki tidaklah sedikit, mereka akan melakukan apapun demi mendapatkannya. Entah itu separuh atau bahkan seluruhnya."
Y/n melirik Haeseong. "Meninggalnya kakek itu mempermudah orang-orang untuk mengalihkan harta kekayaan Kim Hyunki ke tangan mereka. Jangan hanya ayahku saja yang kalian curigai, seharusnya kalian mencurigai anggota keluarga yang lain. Tak adil bila ayahku saja yang kalian curigai," ujarnya seraya menyunggingkan senyuman pada akhir kalimatnya.
×××
Happy reading!
"Isabella!" sentak Haeseong. Matanya berapi api menahan amarah.
"Kenapa? Bukankah itu adil?" tantangnya.
Dan meledaklah sudah. Haeseong bangkit dari duduknya. "Dasar anak tak tau di untung!" dia tergesa-gesa berjalan menghampiri Y/n. Lalu,
"KIM HAESEONG!"
sebelum tangan itu mendarat ke pipi mulus Y/n, Junghwa datang tepat waktu menghentikan aksi Haeseong.
"Kau gila hah?! Bagaimana jika ibumu tau???"
"Diamlah! Kau tak perlu mencampuri urusan keluarga ini. Dan aku ingatkan sekali lagi, kau dan anak cucumu itu hanya menumpang di sini. Jadi tidak ada hak kau ikut campur!!" marahnya.
"Aku tak peduli apa yang kau bicarakan tentang keluargaku. Tapi bisakah kau menjaga citra ayahmu?!"
"Tch-" Haeseong mengusak kasar rambutnya.
Junghwa beralih menatap Y/n. "Nak, bukankah kau akan pergi?"
"Ah- iya. Hampir saja aku melupakan tujuanku... baiklah kalau begitu, permisi," pamit Y/n.
Junghwa tersenyum. "Hati-hati, nak!"
Detektif Jeon menatap kepergian Y/n. "Maaf, saya ada urusan sebentar." Junghwa mengangguk, mempersilakan detektif Jeon untuk menuntaskan urusannya.
Sedangkan itu, Y/n berjalan santai menuju pintu masuk gerbang yang jaraknya tak tanggung-tanggung jauhnya.
"Nona Isabella!" seseorang menghentikan langkahnya. Orang itu ialah detektif Jeon. "Bisakah kita berbicara sebentar?"
Y/n memandang lurus ke depan. "Berbicara tentang ayahku?" ketusnya.
"Tidak, bukan begitu. Maaf apabila perkataan saya yang sebelumnya menyinggung perasaan anda."
"Lalu?"
"Mendengar penuturan anda tadi, saya sedikit tertarik. Jadi..." dia menggantungkan kalimatnya dengan menyodorkan sebuah kartu nama. "Kita bisa bekerja sama untuk menangkap pelaku."
"Saya Jeon Wonwoo, seorang detektif sekaligus pengacara yang bekerja di Pledis Firma Hukum," lanjutnya memperkenalkan diri.
Y/n menghadap pada detektif Jeon dengan bersendekap dada. "Jika aku bekerja sama denganmu, maka keuntungan apa yang akan aku dapat?"
"Anda akan terhindar dari ancaman-ancaman pelaku. Saya juga menjamin keselamatan anda, sebab kami juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengungkap kematian mediang kakek anda."
Y/n menghela nafas, lalu mengambil kartu nama tersebut. "Entahlah aku tertarik atau tidak, tapi jika aku tertarik maka aku akan menghubungimu," ujarnya sebelum dia melangkah pergi meninggalkan detektif Jeon.
×××
Sebuah mobil Coupe berwarna mineral white metalic terparkir tak jauh dari pintu masuk gerbang kediaman Kim. Seseorang menunggu dengan berdiri menyandar di pintu mobil seraya memainkan ponselnya.
Y/n tersenyum sumringah saat mengenali seseorang itu. "Eunwoo!" dia menyapanya.
Eunwoo menoleh, dia tersenyum manis. Menambah kesan tampan rupawan, kaos putih polos dipadukan dengan kemeja merah yang digulung hingga siku, celana denim, serta tatanan rambut rapi yang menampilkan jidat paripurnanya. Style pakaian yang dia pakai, cocok sekali untuk kencan siang ini yang tak begitu terik.
Eunwoo langsung membukakan pintu penumpang untuk Y/n. "Apa kamu menunggu lama?" tanya Y/n.
"Tidak begitu."
Y/n yang merasa tak enak pun langsung meminta maaf. "Maaf ya sudah membuatmu menunggu..."
Lagi-lagi dia tersenyum manis. "Bukan masalah." Setelahnya dia berlari kecil menuju kursi kemudi.
"Kita akan ke mana?" tanya Y/n antusias pada Eunwoo.
"Ke mana pun... asalkan bersama tuan putri."
Pipi Y/n bersemu. "Eiy~ mana ada!"
Dia menepuk pelan pucuk kepala Y/n. "Kau menggemaskan." Kemudian mobil yang dikendarai Eunwoo mulai melaju dengan kecepatan standar.
×××
Di lain tempat, lebih tepatnya di kantor tempat detektif Jeon bekerja–Pledis Firma Hukum.
"Aku tak menyangka, ternyata itu sifat asli mereka..."
"Jangankan dirimu, aku saja juga tak menyangka saat seinorku menjelaskan seluk beluk dan wajah asli mereka."
"Bahkan Armelle sendiri gentar melawan, dia sama sekali tak terlihat takut saat pamannya sendiri akan menamparnya."
"Kau benar, aku jadi mencurigai anggota keluarga yang lain daripada Kim Hyunseung."
"Jangan mencurigai orang tanpa alasan, itu tak baik."
"Tapi kita juga juga mencurigai Kim Hyunseung dengan alasan yang tidak cukup kuat."
"Itu cukup kuat... bagaimana pun, Kim Hyunseung adalah ayahnya. Kita tak boleh langsung percaya begitu saja, bisa saja dia mengada-ada untuk menutupinya."
Salah satu dari mereka mendesah lelah. "Astaga, kepalaku tambah pusing..." eluhnya sembari memijit pelan keningnya.
"Oh iya, Won, tadi kau sempat izin pergi sebentar. Memang ada urusan apa?"
"Menemui Armelle," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku-buku kasus yang dia baca. "Aku mengajaknya untuk kerja sama."
"KAU GILA?!!" pekik pria yang mempunyai tahi lalat didekat bibir.
Wonwoo melirik sekilas pria itu. "Jika aku waras maka aku tidak akan mengajaknya untuk kerja sama."
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winged Victory
Mystery / ThrillerJangan percaya pada siapapun... jika tidak, hal itu dapat menuntunmu ke dalam jurang kematian. Cukup diam, dan amati. Maka pelaku akan menampakkan diri. Highest rank - #78 on crime 210903, #71 on crime 210913 ©yves-blanc, August 2O21