01. AWAL

58 4 2
                                    

"Tepos gitu, lo liatin apanya, Al?"

Pertanyaan Afrizal sontak membuat lelaki berbibir tipis itu mendelik, mata hitam elangnya hampir keluar karena kesal.

"Cewek jutek gitu, bisa jadi ketua OSIS? Pake pelet apa, tuh!" ketus Albrian sambil menggaruk rahang mulusnya.

"Bener juga, menurut pandangan Doktor Afrizal Wassalam, dibandingkan dengan Cupi Cupita, si Prisil kalah," jelas Afrizal.

"Bandinginnya yang bener dong, Zal ... Cupi itu emang udah kodratnya, kalo cewek di depan yang lagi latihan itu, harus dipertanyakan, suka makan kagak?"

Sudut mata perempuan dengan seragam putih silatnya menegang, ia tak harus bertanya lagi dua lelaki tak jauh dari pandangan-sedang membicarakan tentang tubuhnya. Apalagi sejak memenangkan pemilihan ketua OSIS, membuat semua orang bertanya-tanya apa keunggulan dari Prisil Margaretha Kyana.

Seorang lelaki jangkung memutus pembicaraan Albrian dan Afrizal, mereka semua duduk melingkar siap mendengarkan penuturan dari sang guru, Wijayanto. Termasuk Prisil tepat duduk di sampingnya, rambut hitam sedikit pirang kemerahan diikat ke belakang. Membuat lekuk leher jenjangnya terbuka lebar.

"Siang, semua!" sapa Wijayanto dengan mata tajam.

"Siang ...."

"Semoga kita diberi kesehatan selalu, tepat hari ini salah satu keluarga kita akan memutus latihan. Namun, bukan berarti memutus tali silaturahmi, benar begitu, Pril?"

Prisil mengangguk kaku, seperti biasa tak ada senyuman hanya untuk melengkapi.

"Dikarenakan tugasnya yang pasti padat, setelah memenangkan pemilihan ketua OSIS. Jadi, untuk tanding bulan depan, kelompok B kurang satu, mengerti?"

Serempak semua anak didiknya mengangguk, kecuali Albrian sudut matanya terpaku kepada Prisil. Sehelai rambutnya hinggap di kening, hingga semilir angin mampu menyapu helaian lainnya.

"Ada pesan terakhir yang ingin disampaikan?" tanya Wijayanto kepada Prisil.

"Semangat, harumkan nama SMK Hanum Perwita, dengan banyaknya juara," ucap Prisil singkat lalu mengangguk mengakhiri.

Wijayanto sedikit menepuk bahu muridnya itu, lalu latihan sore diakhiri dengan membaca doa di dalam hati.

"Dia ke sekolah naik mobil sendirian, belum pernah cowok yang berhasil runtuhin kesendiriannya," jelas Afrizal mengingat teman pecinta cewek gak jelas sempat membicarakan Prisil.

Tangan Albrian yang sedang memasukkan baju silatnya terhenti, Prisil memang bukan idaman lelaki yang menarik. Wajah kakunya menyiratkan keengganan berdekatan, walaupun nyatanya jika dekat akan nampak pesona alami dari wajahnya.

Langkah dua lelaki itu menuju parkiran, begitu pula Prisil siap membuka pintu mobil hitam mininya. Beberapa orang sempat berbincang-bincang, tetapi hanya diangguki dengan senyum kecil.

"Serius, kelas sepuluh dia gak keliatan ama mata gua," ucap Albrian menghentikan langkahnya.

Afrizal bergumam, "Emang, dia tertutup orangnya lagian kita, 'kan anak Multimedia mana tau, sedangkan si Prisil Akuntansi."

"Keanehannya harus gua cari, gimana?" Albrian menunggu persetujuan.

"Mau lo pacarin? Cih! Orang kayak batu gitu dideketin," komentar Afrizal sambil menghampiri motor merahnya.

Albrian masih menatap mobil yang mulai melaju. "Mau tau aja, gimana sensasinya."

"Bokap lo tau pacaran, tau rasa puasa sebulan!"

Alfaruk Muhammad Fauzan, lelaki yang terkenal akan kewibawaan sebagai pendakwah, penyebar agama Islam, tak tanggung-tanggung menghukum anak tunggalnya. Meskipun di rumah, Albrian terlihat baik dan sopan. Namun, jangan berharap kealimannya kekal.

PRISIL'S STORY [COMPLETED ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang