15. CUKUP HARGAI GUA

10 0 0
                                    

"Lo gak seharusnya ikut campur," gerutu Prisil, masih diikuti Albrian sampai masuk ke dalam ruang OSIS.

"Gak seharusnya senior nyindir lo kek gitu, makanya gua gak mau diem! Kenapa gak lu tonjok, sih? Gatel tau tangan gua!"

Prisil berbalik. "Ini, tuh, sekolah! Punya aturan dan gua sebagai KETOS tau yang harus gua lakukan, perbuat dan berpikir ulang sebelum bertindak! Gak kayak lo, jangan sok jadi pembela, deh, gua gak butuh!"

Bantingan pintu ruangan lain yang mengurung Prisil di dalam menyadarkan Albrian. Ia sudah berusaha bersikap baik, pengertian dan mencoba menjadi pembela bagi Prisil. Namun, di mata gadisnya itu semua hal salah. Semua yang dilakukan Albrian takkan mendapat pujian apalagi berterima kasih. Sebelum Albrian pergi, sosok Kevin datang dengan wajah cemas.

"Prisil mana?" tanyanya khawatir.

"Ngurung diri, tuh!" balas Albrian.

"Ohh, ya udah lu bisa keluar. Ini tempat khusus pengurus OSIS," ketusnya mengusir.

Albrian tersenyum kecut. "Ninggalin kalian berdua di sini, gitu?"

"Kenapa? Udah biasa juga," bela Kevin, lalu memberikan jalan bagi Albrian untuk segera cepat pergi. "Gua udah punya cewek, gak usah mikir macem-macem."

Tak kuasa membantah, Albrian pun terpaksa memilih pergi. Melihat Albrian yang sudah hilang dari pandangan, Kevin pun mendekati pintu ruangan rapat kepengurusan OSIS. Tanpa sepengetahuan orang lain, Kevin memiliki kunci ganda ruangan itu yang sengaja Prisil kunci dari dalam untuk menenangkan diri.

Saat suara Kevin bergema di ruangan luar, Prisil semakin menggerutu. Sampai suara pintu yang terbuka perlahan, menyadarkan Prisil dari lamunan. Ia terkejut mendapati Kevin bisa membuka pintu ruangan itu. Kevin yang siap mendengar pertanyaan Prisil, segera memperlihatkan kunci gandanya.

"Gua gak punya urusan sama, lo!" ketus Prisil.

Kevin menyandarkan tubuh tegapnya ke ambang pintu. "Hem, gua cuma mau mastiin lo baik-baik aja."

Prisil bangkit dari kursi. "Kenapa lo bisa punya kunci lain? Bukannya cuma ada satu? Lo tau, kan, gua KETOS di SMK ini dan yang punya kunci ruangan ini cuma gua!" terangnya panjang lebar.

"Gua tau, tap—"

"Gua bisa laporin lo ke pak Wili sekarang juga!"

Ancaman Prisil tak membuat Kevin merasa takut dan bersalah, ia malah tersenyum lebar lalu memainkan kunci ruangan di tangan. "Laporin? Terus fakta masa lalu lo terbongkar, mau?"

Seketika tubuh Prisil kaku. Apa yang akan Kevin lakukan? Menyebarkan fakta di masa lalu, bahwa dirinya adalah manusia paling kejam! Yang pernah Prisil kenal dan sekarang menyesal. Apa yang harus dibanggakan? Jika Kevin menyebarkan keburukan Prisil karena dirinya sendiri, otomatis nama baiknya pula akan tercoreng.

"Dan lo ngebiarin aib sendiri terbongkar juga?"

"Asalkan lo nemenin rasa malu yang gua rasa juga," balas Kevin cepat, tanpa menunggu lama ia menghampiri Prisil lalu duduk di kursi sebrangnya. "Diana juga udah gua dapetin. Jadi, lo mau ngancem apalagi, Prisil?"

Prisil semakin dibuat tertekan, merasa kalah karena Kevin sekarang yang berkuasa. Namun, belum juga ancaman lain keluar dari mulut lelaki di hadapannya Albrian kembali datang dengan dua buah roti dan segelas susu putih. Suasana di ruangan terasa sunyi seketika, Kevin segera berdiri ia harus menjaga sikap saat semua orang tahu statusnya sebagai pacar Diana.

"Lagi rapat berdua?"

Pertanyaan Albrian dijawab Kevin, "Gak, gua tadi nanya keadaan Prisil doang."

PRISIL'S STORY [COMPLETED ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang