Hari sabtu di akhir pelajaran! Membuat Diana heboh sendiri dengan malam yang nanti akan ia lalui. Sebelum kelas berakhir, Kevin sudah mengabarinya tentang dinner nanti. Prisil yang mendengar ocehan Diana yang degdegan sangat bosan! Terasa kupingnya akan meledak, ingin sekali menyumpal mulut Diana sekarang juga.
Namun, apa daya Prisil hanya mampu berpura-pura tidak peduli, padahal hati kecilnya menjerit berharap Diana yang mengagungkan sosok Kevin nampak manis, nyatanya sangat buruk mungkin saja sikapnya masih seperti dulu? Posesif dan keras kepala! Semoga saja lelaki itu tulus mendekati teman sebangkunya.
"OMG ... gak kerasa banget! Masa udah malming aja, kan gua belum persiapan!" rengek Diana sambil menatap layar ponselnya.
"Biasa aja kali," ucap Prisil.
Diana menoleh. "Lo minta gua biasa aja? Hello, Prisil ... gak liat apa siapa Kevin di mata semua cewek SMK kita? Dia, tuh, idaman! Gua yakin, waktu pemilihan KETOS semua cewek pasti maunya milih dia, tapi karena konsepnya untuk kepemimpinan bukan siapa cowok terganteng! Jadi dia kalah," jelasnya panjang lebar.
Terlalu berlebihan apa yang dikatakan Diana! Kevin memang salah satu dari beberapa anak MM yang sering mencuri perhatian. Matanya yang sipit dengan kulit putih keturunan, membuat beberapa perempuan meleleh bertekuk lutut di hadapan. Belum lagi senyum manisnya yang selalu menghiasi bibir kemerahannya.
Karena dicuekin terus oleh Prisil, Diana pun memutuskan pergi ke bangku Yuni dan Wina. Kedua temannya itu juga punya jadwal dengan pacar masing-masing. Melihat Diana yang datang menghampiri, Yuni mematikan ponselnya siap mendengar keluh kesah dari seorang Diana yang siap jalan bersama Kevin.
"Parah! Gua bingung mau pakek baju apa, dong!" pekik Diana mengingat beberapa baju yang ia miliki.
"Menurut gua, enaknya lo belanja dulu ke mall, nanti kita temenin gimana?" saran Yuni.
"Bener! Gua juga lagi mau beli sepatu, gimana?" tanya Wina.
Diana menggeleng lemah. "Gak bisa, guys! Uang bulanan gua udah abis ikutan PO novel kesayangan, kayaknya pakek baju lama aja," ringisnya.
"PO NOVEL?"
Serentak Yuni dan Wina tertawa lepas. Apa salahnya? Diana bingung harus berkata apa, sampai ia pun kembali dengan topik utama.
"Jadi, gua minta kalian pilihin salah satu baju gua mau, ya?"
"Sorry, Din, gua kayaknya gak bisa! Pulang sekolah udah dijemput cowok gua, pasti ponsel gua direbut ama dia. Jadi, gua gak bisa maen hp apalagi nemenin, lo!" jelas Yuni.
Diana berharap Wina akan membantunya, tetapi temannya itu malah memberikan jawaban yang sama. "Gua ngekos sendiri, tau kan pacar gua udah di mana sekarang?"
Baiklah, Diana berharap Prisil ingin membantunya. "Sok sibuk banget, sih, kalian!" ketus Dina, lalu berbalik ke bangku depan.
Prisil yang masih mengerjakan soal terakhir matematika tetap diam, walaupun pendengarannya menangkap bahwa Diana meminta Yuni dan Wina untuk memilih baju yang pas saat Kevin mengajaknya jalan nanti malam. Prisil akan menolak dengan cepat, sebelum Diana meminta pertolongan kepadanya.
"Susah banget soalnya, pantes jadi pekerjaan rumah!" gerutu Prisil. Ia melirik jam tangannya yang menuju jam pulang tinggal lima menit lagi.
Belum juga Diana menghempas bokongnya di kursi, sudah mendengar ciri-ciri penolakan sebelum meminta tolong kepada Prisil.
"Lo tetep mau ngerjain tugas nanti malem?" tanya Diana.
Prisil menoleh. "Iyalah, ngapain gua tunda-tunda kerjaan! Apalagi ninggalin karena ngabisin waktu yang gak penting sama sekali!" sindirnya menekan kata-katanya agar Diana mendengar dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISIL'S STORY [COMPLETED ✔️]
Genç KurguPINDAH KE DREAME "Pacaran? Sorry, gak terdaftar dalam kamus kehidupan gua!" •• Prisil Margaretha Kyana. Gadis yang terkenal akan sikap dinginnya, membuat semua lelaki enggan mendekati. Hingga kepopuleran sebagai Ketua OSIS di SMK Hanum Perwita memb...