Jika setiap manusia berhak punya mimpi, maka seorang Ozzie Januarta pun memiliki satu mimpi di dalam hidupnya. Kendati memiliki nama yang identik dengan bulan Januari, Ojan--begitu orang-orang biasa memanggilnya--justru terlahir pada bulan Agustus. Bulan dimana seluruh negeri dipenuhi dengan pernak-pernik nuansa merah putih ala kemerdekaan. Iya, tidak sinkron memang. Namun sesuai istilah "nama adalah doa," bapaknya memberi nama itu bukan tanpa alasan.
Ozzie berarti pria yang kuat, sedangkan Januarta melambangkan bulan Januari. Orangtuanya berharap Ozzie dapat menjadi pria kuat yang tak pernah kehilangan harapan layaknya bulan Januari yang selalu menghadirkan berbagai harapan baru di tiap kedatangannya.
Ngomong-ngomong soal harapan, Ozzie berharap mimpinya menjadi seorang dokter bisa tercapai. Tapi tak semua orang dilahirkan dalam keadaan beruntung. Ozzie terpaksa harus menunda keinginannya sebab terhalang faktor ekonomi.
Alih-alih patah semangat, ternyata doa orangtua yang tersemat di namanya 100% manjur. Ozzie tak habis akal. Di tengah keterbatasan ekonominya, Ozzie berinisiatif untuk menggunakan suara merdunya sebagai sarana untuk mengumpulkan biaya pendidikan. Meski seperti ketidakselarasan antara nama dan bulan lahirnya, Ozzie justru menjadi penyanyi orkes dangdut milik pamannya, alih-alih menjadi seorang dokter. Tapi tak masalah baginya bila harus melalui jalan panjang berbatu, yang penting bisa sampai tujuan.
Siang ini, warung Mie Ayam Mas Tio lumayan sepi. Pengunjungnya hanya dirinya dan Tatang. Jika Ojan adalah korban ketidakselarasan nama dan bulan lahir, maka Tatang adalah korban ketidakselarasan nama asli dan nama panggilan.
Terlahir dengan nama yang lumayan aesthetic yaitu Yudhistira, sampai sekarang pun Tatang tidak paham mengapa orang-orang lebih senang memanggilnya Tatang. Padahal kan Yudhis lumayan keren.
"Lo nggak ada planing mau jadi apa 5 tahun ke depan?" tanya Ojan pada Tatang.
"Belum ada bayangan. Gue cuma menikmati hidup yang gue punya sekarang."
"Lo nggak ada keinginan kuliah?"
"Ada sih. Tapi nanti. Bukan sekarang."
Ojan manggut-manggut. "Rencananya mau ambil jurusan apa?"
"Nah itu dia. Gue masih belum tahu," jawabnya.
Di tengah-tengah dialog mereka, Tatang menyeruput es jeruk miliknya. "Gue bahkan nggak tahu sebenarnya tujuan hidup gue apa."
Ojan menghela nafas tipis. "Hobi lo apaan?"
"Gue nggak punya hobi," Tatang tertawa getir.
Rasanya Tatang benar-benar mengalami krisis identitas. Bukan hanya tentang namanya, namun juga tentang hidupnya. Rasanya seolah dia sedang berdiri di tengah persimpangan, lalu kebingungan untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh.
Tatang pernah dengar eyangnya berkata di suatu sore, tepat sebelum beliau berpulang di malam harinya. "Tang, kamu tahu cahaya apa yang paling terang dalam hidup seseorang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Negentropy || 23/1
Fiksi PenggemarNegentropy itu kalian. Kalian itu apa? Ya nggak tahu. Kok tanya saya? -Nyai Somad