"Menyalahkan bukanlah pilihan yang benar untuk menyelesaikan sebuah masalah."
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.Suara pedang berdenting terdengar cukup jelas disebuah lapangan yang di kelilingi pepohonan rimbun disekitarnya. Ditengah sana, terdapat dua sosok laki-laki berbaju zirah yang tengah mengadukan pedangnya tanpa henti.
Jika dilihat kembali, sepertinya mereka tidak sedang bertarung, melainkan, hanya melakukan sebuah pelatihan kecil.
"Jadi bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
Sosok itu berdecak kesal "Dirimu bodoh! Kau masih mau diam dan menerima semua kekalahan itu?"
Salah satu dari mereka berdecih tidak senang. Oh ayolah, saat ini dia hanya ingin mengasah kemapuannya saja, bukan membahas hal seperti ini.
"Sudahlah paman. Aku muak membahas hal ini. Tidak bisakah kita fokus pada pelatihan saja?" geram pemuda yang menjadi lawan berlatih sosok laki-laki tadi.
"Kau terlalu lemah Aelius. Mau sampai kapan kau akan diam dan menerima kekalahan ini? Bahkan sekarang Fredric sudah berpihak pada tua bangka sialan itu. Kau tidak kasihan melihat adik dan ibumu yang harus diasingkan ke negeri lain?" lelaki tua itu terus memancing amarah yang lebih muda.
"Lama-lama kau ini mirip sekali dengan dirinya. Oh ya, aku lupa. Kau kan adiknya hahaha." Seakan tak perduli akan perkataannya, yang muda hanya membalas perkataan lelaki itu dengan sebuah ejekan.
Dia benar-benar menahan amarahnya sebisa mungkin. Dia tahu, jika dirinya menyahuti ucapan lelaki berstatus pamannya itu, sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan bisa menahan amarahnya. Dia tidak mau melakukan hal-hal aneh lagi.
Biarkanlah dia tersiksa dan orang lain salah paham akan dirinya. Lagi pula dia tidak menerima kerugian yang sangat besar. Dari awal dirinya sendiri sudah sangat tidak berselera akan posisi seorang raja yang sempat ayahnya tawarkan dulu. Iya, dulu, sebelum kejadian dimana dia terus disalahkan akan semua hal.
"Bocah sialan. Kau ini benar-benar tidak tahu diri. Hei Aelius, bayangkan lah terlebih dahulu bagaimana jadinya jika kau yang menjadi raja. Kau bisa menguasai semuanya. Kau bisa membebaskan adik dan ibumu dari pengasingan itu. Bahkan jika kau mau, kau bisa saja mengusir atau menyiksa tua bangka beserta adikmu Fredric. Apa kau tidak menginginkan hal itu terjadi eoh? Kau bisa memiliki segalanya Aelius." sang paman terus memancing dan menggoda sang keponakan tanpa henti. Baiklah, cukup sudah. Aelius sudah muak.
"Tidak." Jawab Aelius singkat.
Aelius menghentikan serangannya dan langsung ber-apperate ke bawah pohon ceri yang sedang berbuah disana. Lelaki itu mendudukkan dirinya dan perlahan membuka segala perlindungan perangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN THE DARK WORLD [VERY SLOW UP/HIATUS]
Fantasy[HIATUS SEMENTARA KARENA AUTHOR SEDANG DALAM MASA PENYEMBUHAN] Note : Seluruh komentar dan dm yang masuk akan dikelola/dibalas oleh admin akun ini sampai Author selesai dari masa penyembuhan. Kehilangan Raja, Ratu serta sang Pangeran bukanlah sesuat...