Be My Love Forever Part 2

1K 105 0
                                    

Pemuda berlesung pipi bernama Jaehyun sedang sibuk mengutak-atik alat elektronik di tangannya. Jari-jemari panjangnya sibuk mengetik pesan untuk adik tersayangnya, bahkan tak jarang ia menekan tombol dial, tapi tetap tidak ada jawaban. Bagaimana ini? Bukannya Jaemin, ya adik Jaehyun itu Na Jaemin, meminta untuk dijemput hari ini di depan dorm setelah jam pelajaran terakhir. Tapi, sudah hampir satu jam adiknya itu tidak muncul juga.

“Jaemin-ah, kemana kau?” kening pemuda tampan itu sudah berkerut saking bingungnya. Di dalam otaknya sudah terbayang skenario yang tidak-tidak tentang adiknya, tapi segera digelengkan kepalanya mengusir bayangan dan pikiran negatifnya itu.

Sambil bersandar di dinding lorong dorm yang sedang sepi, karena kebanyakan anak sedang di kelas, pemuda itu masih berkutat dengan gadgetnya. Seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya membuat Jaehyun mengalihkan perhatiannya dari benda kotak tersebut dan mendapati sahabat adiknya sudah berdiri di depannya masih lengkap dengan tas gendong dan tumpukan buku di tangan.

“Jaehyun Hyung, ada urusan apa datang kemari?” Haechan tersenyum cerah kepada kakak sahabatnya.

“Ah, Haechan-ah, kebetulan sekali,” setelah memasukkan handphone ke dalam saku, Jaehyun melanjutkan kalimatnya,”Kau tahu di mana Jaemin? Dari tadi aku meneleponnya tapi tidak diangkat. Apakah dia masih di kelas?”

Mwo? Hari ini Jaemin tidak masuk kelas karena tidak enak badan. Tadi pagi dia bilang ingin istirahat saja Hyung. Aku yakin meninggalkannya di dorm seharian. Mungkin dia sedang tertidur Hyung. Ah, tunggu sebentar!” Haechan mengeluarkan kunci dormnya, memasukkannya ke lubang kunci, membuka dan mempersilakan sang tamu untuk masuk,”Silakan Hyung. Aku akan membangunkan Jaemin sebentar.”

Haechan meletakkan tumpukan buku pada meja belajarnya dan beranjak ke kasur Jaemin. Di balik selimut tebal itu sebuah gundukan jelas terlihat. Dengan senyum jahil, Haechan berniat membuat Jaemin kaget dengan menarik selimutnya, tapi justru dia sendiri yang kaget karena di balik selimut itu hanya ada guling.

“Hyung, Jaemin tidak ada!” sontak Jaehyun langsung mendekati si kecil Haechan tak percaya.

“Tidak ada katamu? Kalau Jaemin tidak ada di dorm, lalu di mana dia sekarang?” Jaehyun terdengar panik. Dia segera membuka pintu kamar mandi dan nihil, masih tidak ada Jaemin di sana. Bagaimana ini? Apa yang harus ia katakan pada ayah dan ibunya?

Tiba-tiba sebuah ide menghampiri Haechan,”Hyung, aku rasa aku bisa menemukan Jaemin.”

“Kau yakin?”

“Ya. Aku pernah menginstall aplikasi tracker di handphone Jaemin dan menghubungkannya dengan handphoneku. Tadinya aku dan Mark menginstallnya hanya untuk main-main, tapi sepertinya kita bisa menggunakannya sekarang,” Haechan segera merogoh handphone dari saku celananya. Setelah membuka aplikasi yang dimaksud, pemuda berkulit manis itu mengernyitkan alisnya. Ganjil sekali. Kenapa tracker itu melacak kalau Jaemin ada jauh dari sekolah mereka.

“Kau yakin dia ada di sana?”

“Kata Mark, aplikasi ini tidak pernah salah Hyung.”

“Tapi lokasi ini kan jaraknya hampir setengah jam dari sini.”

“Aku juga tahu hal itu Hyung.”

“Ah, sudahlah! Kita coba ke sana saja! Semakin cepat semakin baik,” ujar Jaehyun yang langsung disetujui oleh Haechan. Setelah meletakkan tas gendongnya di atas kasur, keduanya segera berangkat. Tidak dipungkiri rasa was-was menghantui mereka berdua. Bagaimana bisa Jaemin ada di tempat yang jauh dari sekolah saat dirinya sakit.

“Hyung, apa perlu kita lapor polisi?”

“Baiklah. Tak ada salahnya berjaga-jaga. Telepon ayahku kalau begitu!” ujar Jaehyun sembari fokus menyetir mengikuti arahan aplikasi tracker.

Setelah menelepon ayah kedua bersaudara itu untuk meminta bantuan, keduanya terdiam. Keduanya sibuk berdoa demi keselamatan pemuda pendiam yang mereka sayangi. Mengikuti petunjuk dari aplikasi tracker, mereka sampai di sebuah gedung yang sepertinya sudah terbengkalai lama. Sebuah mobil van terparkir tak jauh dari pintu masuk gedung. Firasat Jaehyun makin buruk. Jaehyun memarkirkan mobilnya asal dan langsung berlari ke dalam gedung diikuti Haechan. Suara ribut-ribut membuat keduanya bersiaga.

“Lepaskan aku. Kumohon,” suara itu, Na Jaemin benar ada di dalam. Tapi, dia tidak sendirian.

“Lepaskan katamu! Kami bahkan belum bermain-main denganmu sweety,” seorang dengan suara parau berkata diselingi tawa dari yang lainnya,”You need to suck my cock and my friends there, you slut! We’re paid to rape you and we’re not going back without getting what we want!”

Jaehyun mempercepat langkahnya. Tidak, dia tidak akan membiarkan para keparat itu menyentuh adiknya sama sekali. Dibukanya pintu gedung dan didapatinya pemandangan yang memilukan. Adiknya sedang terikat di sebuah kursi dengan pakaian terkoyak dan celana yang sudah tergeletak di lantai. Tubuh dan wajahnya penuh luka dan sayatan. Di sekelilingnya terdapat empat orang berperawakan besar seperti preman yang sepertinya merupakan murid SMA yang dikeluarkan dari sekolah. Seorang dari mereka sudah membuka resleting celananya dan bersiap memaksa Jaemin melakukan blowjob

Jaehyun tidak tinggal diam. Dia berlari dan menerjang keparat itu. Tinjunya menghantam tepat di wajah pemuda itu membuatnya tersungkur. Ketiga temannya yang sempat terkejut mulai bereaksi dan melancarkan serangan kepada pemuda tampan yang menganggu acara senang-senang mereka. Haechan melihat dari kejauhan karena Jaehyun melarangnya masuk dan ia justru disuruh menunggu polisi datang.

“Hyung!” teriak Jaemin.

Haechan harap-harap cemas dengan pertempuran yang sedang terjadi di dalam, ia sedikit bersorak ketika dua mobil polisi parkir di samping mobil Jaehyun. Seorang polisi paruh baya segera berlari ke arah Haechan,”Haechan-ah, apa mereka di dalam?”

Ne, ahjussi. Tolong Jaemin, Na ahjussi.”

“Tenang saja,” ucapnya sembari menepuk bahu sahabat anak bungsunya pelan. Setelah memberikan isyarat pada anak buahnya untuk bergerak, Na Siwon membuka pintu gedung dan memberikan tembakan peringatan.

“Diam di tempat atau kutembak!” mata tajamnya mengarah pada kerumunan pria yang sedang mengeroyok anak sulungnya. Keempat berandal itu menghentikan aktivitas mereka dan terlihat panik akan kedatangan polisi yang sangat tiba-tiba. Sial, mereka tidak dibayar untuk berurusan dengan polisi.

“Tangkap mereka!” empat orang polisi segera berlari dan memasangkan borgol pada masing-masing berandal. Jaehyun yang tergeletak di tanah mengusap darah di sudut bibirnya kasar kemudian berusaha bangun. Dengan segera dilepaskannya jaket yang ia kenakan dan menangkupkannya pada tubuh kurus sang adik. Dengan tangan bergetar karena marah, ia melepaskan ikatan pada tubuh adiknya dan menarik celana adiknya hingga menutupi tubuh bagian bawahnya. Sakit pada tubuhnya tidak seberapa dengan yang dirasakan adiknya. Bukan hanya fisik adiknya saja yang terluka, tetapi mental dan batinnya juga.

“Jaemin-ah, gwaenchana. Hyung ada di sini. Appa juga ada di sini,” Jaehyun memeluk tubuh adiknya yang penuh luka. Bahkan bukan hanya tubuhnya, wajah Jaemin juga tidak luput dari luka. Beberapa sayatan di pipi yang masih mengeluarkan darah, lebam akibat pukulan, dan bibir yang sedikit robek mungkin karena pukulan atau ciuman paksa dengan jelas membuat sulung dari dua bersaudara itu menangis.

“Hyung..., aku takut,” lirih Jaemin dalam dekapan hyungnya.

“Tenanglah Jaemin-ah,” cengkeraman Jaemin pada tubuh sang kakak mengendur.

“Jeno-ya,” itulah kata terakhir yang diucapkan Jaemin sebelum tidak sadarkan diri.

Appa! Jaemin tidak sadarkan diri!” Jaehyun berusaha mengguncang tubuh Jaemin untuk menyadarkannya, tetapi Jaemin tidak memberikan respons. Haechan yang sudah berada di dekat kakak beradik itu merasa sedih sekaligus miris dengan nasib yang menimpa sahabatnya.

💚💚💚

🔞Be My Love For Today (Nomin) (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang