Seorang yeoja bergelayut di lengan kekar seorang pemuda berambut blonde, keduanya tersenyum riang dan bahagia. Sang pemuda mengacak-acak rambut kecoklatan sang yeoja dan memberinya kecupan singkat di dahinya membuat sang yeoja terkekeh geli. Tidak jauh dari tempat sepasang sejoli itu bermesraan, seorang pemuda berkacamata tebal yang memeluk tumpukan buku tebal hanya bisa mendesah pelan. Cengkeraman pada kulit buku itu semakin kencang seiring dengan bertambah perih perasaannya.
“You broke your promise,” dengan sedih pemuda itu menundukkan kepalanya dan berusaha sekuat mungkin menahan tangis yang sedari tadi sudah bergelayut di kantung matanya.
“Jaemin-ah! Kau mau ke perpustakaan? Aku ikut ya!” seorang pemuda blasteran Canada dengan senyum lebar terkembang di bibirnya berlari menghampirinya dan langsung merangkul pundak pemuda berambut hitam berkacamata tebal atau Na Jaemin.
“Ne,” Jaemin menjawab singkat tanpa memperhatikan wajah sahabatnya.
“Yah, waegurae?” karena perlakuan tidak biasa Jaemin, Mark menghentikan langkahnya. Sahabatnya yang jarang berkata-kata itu masih setengah sadar terus saja berjalan meninggalkan Mark terbengong seorang diri.
“Haechan-ah, apa kau tahu kalau Jaemin aneh sekali hari ini?” Mark yang entah datang darimana mengagetkan pemuda berkulit manis yang sedang sibuk menyalin hal-hal penting dari catatan Hwang Sonsaengnim yang masih tersisa di papan tulis.
“Yah, bisakah kau tidak mengagetkan orang MARK LEE,” kesal Haechan sambil memukul kepala Mark yang hanya bisa meringis kesakitan.
“Hehehe mian,” ucapnya sambil mengelus-ngelus bekas jitakan Haechan. Dasar ya, temannya yang satu ini walaupun tingginya hemat, tapi energinya untuk menyiksa orang sangat besar. “Geundae, Jaemin sangat aneh hari ini. Dia seperti sedang sangat sedih. Kau tahu dia kenapa?” tanya Mark sebelum ia melupakan apa yang ingin ia tanyakan.
“Eoh?” Haechan yang baru saja menyalin sebaris rumus langsung mengalihkan perhatiannya dari objek bergaris-garis di hadapannya kepada sahabatnya yang masih mengelus-elus kepalanya, efek sakit dipukul olehnya. “Kupikir dia tadi masih seperti biasa. Tadi aku baru bertemu dengannya di kelas,” Haechan turut bingung memikirkan apa yang sedang terjadi dengan sahabatnya itu.
Jawaban Haechan tidak memuaskan hasrat keingintahuan besar seorang Mark Lee yang memang sedang mengkhawatirkan keadaan Jaemin. “Aish, kau sama sekali tidak membantu Haechan-ah. Kalau begini, aku harus tanya siapa lagi ya kalau bukan kau?” sekarang pemuda penggemar berat semangka itu menggaruk-garuk pelan kepalanya yang tidak gatal hingga sepuluh detik kemudian sebuah lampu bohlam menyala dengan terang di samping kepalanya,”Aha, aku tanya pada Jieun saja. Bukankah dia tadi ada di dekat Jaemin.”
“Mwo? Jieun? Apa kau juga melihat Jeno di sana?” mendengar nama yeoja itu Haechan langsung memegang bahu Mark dan menatap kedua matanya tajam.
Oh tidak, kenapa Haechan memegang lengannya dengan sangat erat? Apakah ia akan memukulnya lagi? Sebaiknya jangan. Walaupun tidak terlalu pintar, Mark juga masih sayang dengan kepala beserta isinya itu. Dia tidak ingin mengalami gegar otak hanya gara-gara dipukuli Haechan dengan kamus bahasa yang tergeletak manis di atas meja.
“Yah Mark Lee! Jawab aku!” ujar Haechan dengan nada meninggi.
“Ah ya, kenapa tadi?”
“Aku tanya apa di sana juga ada Jeno?” sekarang Haechan sedikit melembutkan pandangannya takut memberikan trauma berat pada sahabatnya.
“Jeno?” Mark berpikir sejenak, kemudian mengangguk,”Hm, dia ada di sana. Dia kan pacar Jieun, sudah pasti dia ada bersamanya.”
“Babo!” geram Haechan sembari melepaskan genggamannya pada kedua lengan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞Be My Love For Today (Nomin) (Completed)
Fanfiction"Jadilah kekasihku untuk satu hari." "Apa? Kau sedang bercanda, kan?" "Ani. Aku serius. 100% serius." --------- "Jeno, please make love to me!" "Yah, Na Jaemin! Aku sudah melakukan apapun yang kau mau seharian, tetapi itu bukan berarti aku akan mela...