MELANUS
Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, hari ini adalah hari jumat dan seperti hari jumat biasanya Kelas Rindu tidak melayani pembeli, itu adalah kebijakan yang Effict buat atas kemauannya sendiri, dan tidak lepas juga dari persetujuan Pak Arinto. Kata pak Arinto mengelola Kelas Rindu memang harus adaptatif dan jangan seperti yang dulu saat Pak Arinto yang mengelolanya. Namun kebijakan ini tidak sekaku seperti yang ada di bayangan orang-orang, membuat kebijakan memang harus dengan bijak apalagi menjalankan kebijakan memang harus dengan bijaksana.
Karena kebijakan itu, akhirnya menjadikan banyak orang bernafsu ingin bertanya-tanya perihal kebijakan itu. Seperti orkestra saja, tapi kebijakan itu bukanlah hal yang sulit dipahami dan nyeleneh atau bahkan kebijakan yang dikendarai kepentingan kapitalis. Tentu tidak, ini hanyalah kebijakan untuk mengelola usaha kecil saja, terlebih lagi karena kebijakan ini Effict di hari jumat bisa mengalokasikan waktu untuk hal lain.
Kenapa tentang hari jumat?
Ya mungkin hari jumat itu menjadi hari yang penuh akan dominatif, mungkin sudah bagian dari perputaran cerita dunia ini yang ada kaitannya dengan teologis mayoritas.
Meskipun hari jumat Kelas Rindu tidak melayani pembeli, tetapi Effict tetap punya kesibukkan di sana. Entah itu sekedar bersih-bersih atau malah sekedar duduk dengan kesibukkanya membaca buku-buku yang masih tersimpan menjadi koleksi Effict saat masa kuliah dulu. Dan tentang tanda yang biasanya menempel di pintu masuk ruangan Kelas Rindu hari jumat menggunakan tanda ADA, berbeda dari hari biasanya yang tertulis buka atau tutup.
Jam 10 pagi di Kelas Rindu, dunia tidak hanya seakan, tetapi dunia memang benar sedang mengintip kesibukan Effict.
Masih di hari jumat, hari kesibukkan Effict menyelami kalimat-kalimat dalam buku. Pagi itu memang sangat menggugah semangat pikiran untuk membaca. Ibaratnya, jika ada manusia yang sedang kehausan akan rasa cinta pasti bisa ditolong dan disembuhkan dengan aktivitas membaca. Apalagi sekedar sedang galau karena cerita cinta, mungkin dua puluh persen akan berpotensi menjadi sembuh seketika.
Tapi sudahlah, tentang manusia yang sedang galau karena cinta itu tidaklah penting. Beralih saja ke kesibukkan Effict di Kelas Rindu.
Pagi itu Effict sedang duduk dan membaca buku. Ia duduk di meja nomer satu yang ada di Kelas Rindu. Di luar terlihat ada seorang perempuan dengan pakaian begitu rapi yang sedang berjalan menuju pintu masuk Kelas Rindu. Perempuan itu berjalan dengan begitu anggun layaknya perempuan yang sedang menikmati kebebasan hidup. Langkahnya berirama keanggunan, langkah seperti itu memang seperti mencerminkan bahwa dia benar perempuan yang tanpa tekanan.
Tidak lama kemudian perempuan itu masuk ruangan. Langkah kakinya masih terlihat anggun seperti semula. Ia langsung menuju meja kasir Kelas Rindu yang tidak ada penjaganya itu, benar saja yang menjaganya sedang duduk di meja nomer satu. Perempuan itu terlihat sedang menunggu pelayanan pengunjung di dekat meja kasir. Sambil melingak-linguk perempuan itu terlihat mencari pelayan Kelas Rindu. Sementara itu Effict terlihat masih abai, ia masih dengan kesibukkannya di meja nomer satu itu. Sebenarnya ia sadar jika perempuan itu sedang menunggu dan mungkin juga kebingungan. Effict hanya beranggapan paling-paling perempuan itu hanya pesan secangkir kopi saja, biarkan sedikit waktu lagi Effict akan menuju ke meja kasir.
Effict tetap membiarkan perempuan itu menunggu di dekat meja kasir. Namun kurang dari satu menit kemudian perempuan itu menoleh ke arah Effict yang sedang duduk. Perempuan itu seketika langsung bersedekap. Perempuan itu langsung memanggilnya dengan nada keras.
"Mas!"
Effict pura-pura terkaget mendengar perempuan itu memanggilnya dengan suara keras, ia pun menoleh perempuan itu. Melihat wajah perempuan itu Effict seakan tidak begitu asing, apalagi gayanya berdiri sambil bersedekap.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEKONSTRUKSI RASA (Kamu Memang Cantik, Jika Kamu Ijinkan Aku Akan Mencintaimu)
RomansaBedakan tulisan paksaan dan bukan paksaan. Effict _ Cintamu hanya sebatas cinta dalam rangka mencintai dirimu sendiri, dan cintanya manusia lainpun juga begitu.