"Udah jam lima sore Ci, kok belum pulang?"
Chelsea atau cewek yang akrab dipanggil Cici itu kelihatan kesal saat Adena bertanya pertanyaan yang sama untuk kali keempat. Setiap satu menit terlewati, Adena pasti bertanya seperti itu. Masalahnya, Chelsea juga nggak tau kakaknya akan pulang pukul berapa, tepatnya, atau mungkin pulang ke mana-rumah keluarga mereka atau apartemen pribadinya. "Sabar elah!" Chelsea kembali melihat layar hp-nya, masih terlihat dinding percakapannya dengan sang kakak, dan pesannya masih belum dibaca. "Mas Jefri masih belum bales. Masih di jalan kali, macet."
Adena terlihat murung. "Krim kuenya keburu meleleh," gumam perempuan itu, menunduk melihat sepotong kue kecil yang sengaja ia beli siang tadi. "Lu ngasih info nggak bener sih! Katanya jam empat, taunya sampe jam lima belum keliatan juga! Tau gitu gue ambil kuenya agak sorean."
"Yee, nyalahin!" Chelsea tak mau kalah dan tak ingin disalahkan. "Kan Mas Jefri yang bilang! Kalo terlambat ya salahin dia lah!"
"AAAAAA!!! NYEBELIN." Adena nyaris frustasi. "Mentang-mentang ganteng, bisa seenaknya gitu."
"Lagian, udah tau Mas Jefri kayak gimana lo malah bikin dia emosi, mampus kan di blokir." Chelsea tak lagi bisa membendung tawanya. Ia masih ingat detik-detik dimana Adena meneleponnya dan mengerang frustasi karena kakaknya memblokir nomor perempuan yang satu itu. Sebenarnya, ini bukan kali pertama, karena sebelumnya Adena pernah diblokir oleh Jefri tanpa alasan. Masalahnya, kali ini sebelum diblokir Jefri mengetik pesan panjang lebar yang isinya meminta Adena untuk tidak mengganggunya lagi. Jelas Adena jadi uring-uringan. Perasaannya jadi kacau balau, hatinya terus-terusan gelisah. Adena sendiri sadar, ini murni kesalahannya. Jarinya gatal jika sehari tak mengirim pesan pada Jefri. Apalagi jika pesannya tidak dibalas, maka Adena akan pantang berhenti sampai Jefri membalas pesannya.
"Habis chat gue nggak dibales."
"Ya dia kan lagi dinas, oon! Mas Jefri sibuk," balas Chelsea. "Kalo lagi senggang kan biasanya suka dibales."
"Iya dibalesnya kalau nggak y, pasti ok." Adena murung lagi. "Dinginnya kebangetan."
"Katanya tipe lo kan cowok yang dingin, yang berwibawa. Udah dikasih satu, lo malah ngeluh. Emang dasar manusia nggak tau diri ya."
"Astaga, Ci!" Adena emosi. "Lu dipihak siapa sih? Terus aja terus ngatain gue. Sok-sokan bilang gue nggak tau diri, netflix aja masih sharing sama gue!"
Chelsea cengengesan. Dia malu sendiri. "Bercanda, sayang."
Hening. Atensi keduanya kini beralih pada sebuah mobil yang kian mendekat. Mobilnya terlihat tak asing, sudah jelas ini mobil milik Jefri. Adena bangkit dari tempatnya dengan wajah berbinar, diikuti Chelsea yang ikut-ikutan berdiri dengan arah pandang yang jatuh sama dengan pandangan Adena. Mobil warna hitam itu berhenti tepat di seberang keduanya. Bunyi klakson mobil yang nyaring memecahkan lamun Chelsea yang bergegas lari ke depan rumahnya untuk membukakan gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretend Role | J.Jh
Fanfic"Mas Jefri mau dijodohin sama Ayah!" Saat itu, Adena benar-benar kehilangan harapan. Sudah kalah telak, kalah tidak terhormat pula. Namun setelah itu Adena malah mendapati sesuatu yang tak disangka-sangka. Perempuan itu mendapat sebuah kesempatan un...