005 | The First War Of Aristocratic Lady (2)

1 0 0
                                    

Pada salah satu kamar penginapan di pinggiran ibukota, terdapat dua pria berhadapan dengan raut wajah serius. Salah satu diantaranya duduk di kursi, sembari membaca laporan yang dibawa oleh yang lain.

Rahang yang tegas, hidung mancung, serta mata tajam berwarna emas yang bersinar indah bagai bintang di balik helaian rambut hitam legam tak tertatanya, membuat pria yang membaca laporan itu tampak tidak nyata, seperti makhluk dari dunia lain. Apalagi cahaya matahari yang menyinarinya. Bagaikan lampu sorot yang menegaskan ketampannya.

"Rupanya Ratu sudah mulai bergerak."

"Apa yang akan kita lakukan Pangeran?" ucap Arin si pemberi laporan.

"Apa yang bisa kita lakukan sekarang? Tidak ada. Kita hanya bisa diam dan mengikutinya untuk sekarang." Ujar pemuda tampan yang disebut sebagai Pangeran itu sembari menaruh laporan yang dipegangnya.

Tok tok tok.

Terdengar ketukan dari pintu.

"Masuklah," ucap si Pangeran.

Ketika melihat siapa yang datang, Arin meminta izin untuk meninggalkan tempat itu.

"Kenapa kau tidak langsung mengabariku jika kau telah sampai di ibukota?" tanya lelaki berambut pirang dengan mata berwarna hijau zamrudnya.

"Aku bukan bawahanmu, Theo. Aku tidak berkewajiban melaporkan segala hal kepadamu." Jawab si pangeran dengan santai.

"Kau tau jelas maksudku. Aku hanya tidak ingin sepupu tersayangku ini, diam-diam dibunuh oleh penyihir bertopeng Ratu itu." Jawab pemuda yang dipanggil Theo sambil berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan itu.

"Terima ini, Ayahku menitipkannya untukmu, keponakan tercintanya. Dia minta maaf karena tidak bisa bertemu denganmu langsung kali ini," sambungnya sembari melempar bungkusan yang ia bawa pada Pangeran dengan santainya.

Theodore Gelsi, itulah nama lengkap si pemuda pirang.

"Apakah Paman sedang sibuk dengan masalah perbatasan?"

"Kau tahu Ayahku selalu sibuk dengan perbatasan kan? Untuk apa bertanya lagi? Stophalan semakin lama semakin keterlaluan."

Keluarga Gelsi adalah keluarga Marquis dengan wilayah kekuasaan yang berbatasan langsung dengan kerajaan Stophalan. Otomatis, keluarga ini juga bertanggung jawab terhadap pertahanan perbatasan.

"Yah... Istvanus itu kaya, tentu saja mereka mau merebutnya."

"Benar... Ayahmu yang menyebalkan itu bahkan pura-pura tuli dan tidak peduli akan hal ini. Dia hanya bermain dengan banyak wanita penghibur lalu menyerahkan semua masalah kerajaan ke bawahannya. Benar-benar..." Kata Theo dengan tatapan malas, lalu membenarkan posisi berbaringnya di sofa.

"Jangan menyebutnya Ayahku. Aku tidak mempunyai Ayah." Ucap pangeran itu dengan tatapan tajamnya.

Sementara Theo, hanya membalas dengan mengangkat bahunya tidak peduli.

"Mau sekeras apapun kau menolaknya, kenyataannya adalah dia tetap Ayah kandungmu. Jika dia tidak ada, kau juga tidak akan ada Rey."

Rey yang mendengar itu hanya membuang muka sambil mengdengus tidak suka.

Terasa familiar? Yap kalian benar, dia Rey. Rey yang sama dengan Rey yang mengikat janji bersama Alexa beberapa hari yang lalu.

Reynaldo Cleon Istvanus.

Pangeran pertama kerajaan Istvanus yang lahir dari Raja saat ini yaitu Lucarius Reiga Istvanus dan mendiang Selir Helena Gelsi.

Walaupun memanggil anggota keluarga kerajaan langsung dengan nama adalah pelanggaran hukum yang ada, itu bukanlah masalah diantara dua pemuda yang sudah dekat sedari kecil itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Story Of The Last DelmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang