I'm back with new story.
Happy reading guysss..
Don't forget to votement
.
.
.
.
.'KRING!!! '
"Baik anak-anak, pembelajaran saya cukupkan sekian. Jangan lupa untuk mengumpulkan tugas Fisika untuk minggu depan." Ujar guru laki-laki tersebut.
"Baik pak." Jawab seisi kelas dengan kompak.
Guru laki-laki itupun meninggalkan ruangan kelas. Seisi kelas sudah mulai merapikan buku dan alat tulisnya karena ini adalah jam pulang sekolah.
"Gila... Tugas Fisika-nya gak ngotak. Banyak banget rumusnya. Pusing gue." Ucap salah satu perempuan yang duduk di bangku kedua dari belakang sambil merenggangkan tubuhnya.
"Namanya juga Fisika. Kalo Bahasa Indonesia baru kalimat semua isinya." Timpal perempuan lainnya yang duduk di kursi paling belakang yang sedang merapikan alat tulisnya.
"Ke kantin dulu yuk." Ajak perempuan pertama tadi.
"Ngapain?" Tanya perempuan yang duduk dipaling belakang.
Perempuan didepannya menengok, "Pake nanya segala. Isi bensin lah, anjir. Perut gue udeh demo. Minta diisi."
"Oke. Tapi lu yang bayar ya. Gue ogah ngeluarin duit." Ucap perempuan dibelakangnya.
Perempuan di depannya hanya mendengus sebal. Ia pasrah saja. Karena kemarin temannya itu sudah mengeluarkan uang untuk menraktir Pizza.
Mereka berdua berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin, mereka bingung ingin membeli apa.
"Lu mau beli apa, Nat?"
Yang di tanya menatap balik, "Kok lu tanya gue sih? Kan elu yang laper, Ru."
Yang dipanggil Ru tadi hanya menyengir cantik, "Habisnya gue bingung mau beli apaan. Kan biasanya lu yang langsung to the point mau beli apaan. Makannya gue tanya sama lu. Ya siapa tau lu punya keputusan, gitu." Jawabnya sambil masih menyengir, membuat perempuan yang dipanggil Nat itu makin sebal saja melihatnya.
"Beli batagor gih. Pesenin 2 pake piring. Gue mau beli nutr*sari." Finalnya. Padahal di kelas tadi dia bilang tidak ingin mengeluarkan uang.
Perempuan yang di panggil Ru itu bergegas menuju penjual batagor. Sedangkan Nat menuju ke dalam minuman.
"Mbak Har, pesen nutrisinya yang dingin 2 ya. Pake gelas." Ucapnya.
"Oh siap, neng Nata." Jawab Mbak Har.
Saat Nata sedang menunggu Mbak Har menyiapkan pesanannya, mata cantik Nata tak sengaja melihat kearah belakang. Tepatnya diluar gerbang sekolah. Nata yang penasaran, akhirnya meminta Mbak Har untuk menyimpan pesanannya dahulu.
Kakinya membawa Nata untuk mendekati tiga laki-laki yang terlihat memakai seragam sekolah lain. Mereka terlihat memakai seragam yang acak-acakan. Baju keluar, tidak pakai dasi, merokok.
'Tunggu, mereka merokok?' gumam Nata.Nata dengan hati-hati dan pelan saat mendekati mereka. Setelah makin dekat, Nata bersembunyi di balik pohon besar didekat pagar tersebut. Untung saja tubuhnya ramping, jadi mudah untuk bersembunyi. Nata mulai memasang telinganya baik-baik.
"Sore ini, gue mau lu dateng ke kosan gue." Ucap salah satu laki-laki disana.
"Maaf kak, tapi saya gak bisa."
'Suara perempuan?' batin Nata.
"Gak bisa? Hah?! GAK BISA KATA LU. LU BILANG LU MAU IKUTIN SEMUA YANG GUE MAU, BANGSAT!!"
'Kenapa mereka meneriaki perempuan, pengecut sekali.'
"Oh.. Atau mungkin lu mau anak buah gue, ngobrak-abrik toko mama lu lagi? IYA?! " Ancam laki-laki itu.
Anak perempuan itu terlihat berlutut. Nata melebarkan bola matanya, 'perempuan itu dari sekolah ini?' batin Nata karena perempuan itu tubuhnya tertutup tembok tadi.
"Kak saya mohon kak. Jangan apa-apakan toko mama saya lagi. Saya mohon. Saya janji bakalan dateng ke kosan kakak sore ini." Mohon perempuan itu.
"Nah.. Gitu dong dari tadi. Awas aja lu ya kalo gak dateng. Abis toko mama lu nanti." Ancam nya lagi.
Seperginya ketiga laki-laki itu. Perempuan itu pun ikut pergi dengan menangis. Nata ingin mengejar perempuan itu. Namun suara lain menghentikannya.
"Nata!!! Anjir lu ya. Gue cariin juga. Ngapain sih lu disini? Pake ngumpet segala." Ya itu suara sahabat nya, Ruby.
"Berisik banget sih, Ru. Gue tabok nih bibirnya." Balas Nata sambil melihat sinis.
Ruby memasang wajah bingung, "Yeuu... Segala mau nabok. Buruan ah. Laper nih gue. Lu juga dipanggilin sama Mbak Har, kagak nyaut-nyaut. Malah asik berdiri di bawah pohon begini. Ada ulet, mampus lu."
Nata berjalan mendahului Ruby. Ia malas berdebat. Dirinya gondok karena Ruby, ia jadi tidak bisa mengikuti perempuan itu pergi.
"Sabar gue mah punya temen macem lu, Ru" Ucap Nata.
Ruby hanya memasang tampang bingung sekaligus kesal. Ingin hati rasanya ia menjitak kepala Nata hingga benjol.
.
.
.
.
.
.
.
.Haiiii
Dah lama kita tak jumpa nih wak...Lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
CONBATTANTE
ActionCerita ini tentang mereka. Empat perempuan yang tak pernah kenal takut. Preman? "Tidak takut" Penjahat? "Bisa diatasi" Laki-laki? "Kami punya 2 pawang buaya" Hantu? "Tidak ta-" "Maybe just a little bit.. Hihi" Ya mereka tidak kenal takut. Mung...