Happy reading...
.
.
.
.
.
.
.Sesampainya Nata dan Leo dirumah Pila, mereka langsung dipersilahkan masuk oleh Pak Maman. Nata langsung ke kamar Pila sedangkan Leo mampir dulu kedapur untuk memberikan titipan dari mamanya pada bibi.
"Hay... I'm coming guys" sapa Nata setelah membuka kamar pintu Pila.
"Salam dulu, bego." Ucap Ruby dengan melemparkan bantal sofa pada Nata.
Nata yang terkena lemparan bantal tepat di wajahnya tak terima, "Santai, anjing. Pake lempar-lempar segala." Lalu ia melempar lagi kearah Ruby namun malah terkena Pila yang baru keluar dari kamar mandi.
"Lu berdua bisa gak, gak usah berantakin kamar gua? Pulang sono lu pada kalo cuma mau berantakin kamar gua." Ucap Pila kesal.
"Yailah kak. Maap yak. Sensi banget. Lagi halangan lu yak?" Ucap Nata tanpa rasa bersalah ia duduk di sofa kamar Nata.
"Oh iya, btw gua mau kasih tau lu pada tentang kasusnya Abang." Pila menghiraukan candaan Nata dan berubah menjadi serius. Nata dan Ruby mendengarkan dengan baik.
"Gimana kak? Lu udah tau siapa dalangnya?" Tanya Ruby.
Pila menggeleng,"Belum tau siapa. Cuma gua dapet info dari temennya Abang, kalo motornya Abang pas ditemuin, bagian remnya rusak."
"Bentar kak, ini kasus udah mau 6 bulan, tapi baru ketauan tentang rem doang?" Tanya Nata.
Pila mengangguk,"Itu dia yang gua bingung. Temennya Abang, Mas Janu lu pada tau dia kan?" Nata dan Ruby kompak mengangguk, "Dia bolak balik kantor polisi buat nanyain kasus ini, cuma polisi cuma ngasih pertanda tentang rem motor Abang."
"Kayak ada yang ditutupin gak sih?" Tanya Nata.
"Gua rasa juga begitu." Jawab Pila.
"Terus rencana kedepannya lu mau gimana kak? Mau lu lanjutin kasusnya Abang?" Tanya Ruby.
"Demi Abang gua, harus gua lanjutin ini kasus sampe bener-bener ketemu pelakunya. Gua mau minta bantuan Mas Janu juga buat kasus Abang." Jawab Pila.
Nata dan Ruby hanya mengangguk paham. Mereka tau bagaimana Pila dulu saat melihat sang Abang kecelakaan didepan matanya.
Flashback
.
"Abang yakin mau balapan didaerah sana?"Sang Abang hanya tersenyum sambil bersiap-siap di kamarnya, "Kenapa emang? Adek mau ikut?"
"Kalo boleh sama Abang, gua ikut." Jawab Pila.
"Yaudah ayo ikut aja. Ajak Nata sama Ruby juga. Bawa mobil Abang biar lu gak kesepian disana. Abang duluan ya. Nanti di sharelock sama Juan." Ucap sang Abang sambil mengusak rambut Pila.
"Oke deh. Nanti gua nyusul ya bang."
Skip.
.
"Kak, lu yakin Abang mau balapan ditempat kayak begini?" Tanya Ruby."Abang sih bilangnya disini. Sharelock dari Mas Juan juga kesini arahnya." Jawab Pila.
"Buseh ini jalannya muter-muter begini? Mana banyak tebing sama jurang lagi." Keluh Nata.
"Nah itu, mana minim pencahayaan lagi." Lanjut Ruby.
"Anjir lah, padahal disni kita niatnya mau liburan. Lagian kenapa sih itu geng motor bisa nyusul Abang lu sampe sini?" Tanya Nata.
"Tanya Abang dah ntar Sono. Gua juga gak faham. Bisa-bisanya mereka tau Abang gua lagi disini." Jawab Pila.
Mereka bertiga masih menyusuri jalan yang minim penerangan dan berkelok itu. Tak lama mereka sampai di tempat yang di sharelock oleh Juan.
"Bedeuh. Gak salah ini? Di waduk?" Tanya Nata.
Ya, mereka sampai di daerah waduk. Waduk ini Pila tau, karena orang tuanya sering mengajak mereka piknik disini ketika sedang berlibur kesini.
"Mas Juan!!" Teriak Pila.
Juan yang merasa namanya dipanggil menengok, "Weh, adek. Sini-sini. Gak nyasar kan?"
Pila menggeleng, "Enggak Mas. Udah sering kesini sebenernya. Cuma Karna malem, jadi lupa jalan."
Mas Juan tersenyum, "Btw, lu mau ke Harun gak? Dia ada di depan. Sana kalo mau nyamperin."
Ya, Harun adalah nama Abang dari Pila. Pila mendatangi Harun untuk memberinya semangat. Pila melihat Harun yang sedang bersiap-siap.
"Bang Harun!!" Pila menepuk pundak Harun.
"Kaget gua. Udah sampe aja lu. Gak nyasar kan?" Ucap Harun sambil mengelus dadanya.
Pila menyengir, "Gak dong. Kan udah sering kesini kita."
Harun tersenyum sambil mengusak rambut Pila lalu ia melanjutkan lagi persiapannya. Pila melihat abangnya yang sedang bersiap-siap, tiba-tiba merasakan perasaan yang tidak enak. Entah mengapa ia jadi merasa takut. Pila menatap Harun lagi ketika Harun mulai naik ke motornya.
"Abang."
"Hem?"
"Hati-hati ya bang. Jalannya lumayan belok-belok sama minim penerangan."
Harun tersenyum, "Tenang aja. Abang tadi kesini juga aman kok. Lewat jalan yang sama kok nanti rutenya. Abang udah hafal. Jadi lu tenang aja, ya."
Pila hanya tersenyum. Ia melihat Harun mengambil posisinya lalu menghidupkan motornya. Nata dan Ruby menghampiri Pila.
"Lu kenapa kak? Muka lu kayak bingung gitu?" Tanya Ruby.
Pila menggeleng, "Gua was-was aja."
"Tenang, dek. Harun bakal baik-baik aja. Dia udah hafal jalan disini." Ucap Juan menenangkan.
Balapan akan segera dimulai. Pila gelisah. "Bang, hati-hati."
Bendera dinaikkan tanda balapan dimulai. Harun tancap gas dan Pila menghela napas berat. Nata dan Ruby merangkul Pila untuk menenangkan. Pila terus berdoa dan meyakinkan diri kalau Harun, abangnya akan baik-baik saja. Tak lama motor dari kedua pembalap itu terlihat. Pila terlihat senang karena abangnya baik-baik saja.
Namun tak lama, ia melihat motor Harun oleng dan banting stir ke arah kanan dan Pila menyadari bahwa motor abangnya menuju ke arah jurang.
"ABANG!!!" Pila berlari. Nata, Ruby dan Juan ikut berlari dibelakang Pila. Pila berlari begitu kencang. Sampai di pinggir jurang, Pila melihat Harun dan motornya yang sudah sampai di bawah jurang sana.
Pila menangis histeris. Nata dan Ruby memeluk Pila menenangkan. Juan terlihat syok melihat temannya yang sudah jatuh kesana.
Flashback end.
.
.
.
.
.
.Thank you heheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
CONBATTANTE
ActionCerita ini tentang mereka. Empat perempuan yang tak pernah kenal takut. Preman? "Tidak takut" Penjahat? "Bisa diatasi" Laki-laki? "Kami punya 2 pawang buaya" Hantu? "Tidak ta-" "Maybe just a little bit.. Hihi" Ya mereka tidak kenal takut. Mung...