Hehehe... Double update bisa lahh....
.
.
.
Happy reading guys...
.
.
.
.
."Muka lo sepet amat, Nat. Punya utang lo?" Tanya Ruby asal.
"Lagi males bercanda gue, Ru." Jawab Nata malas.
"Ya lagian muka lo ditekuk kek begitu. Ada paan sih?" Tanya Ruby lagi sambil menyantap siomay nya.
Nata menghela nafas kasar, "Kak Pila."
Ruby mengernyitkan dahinya, "Berantem?"
Nata menggeleng, "Gak berantem, cuma... Gimana ya?"
Ruby menatap Nata dengan serius kali ini, "Jujur, lo tanya apa sama kak Pila kemaren?"
Nata tau, sahabatnya ini sangat peka, "Gue cerita. Tapi lo dengerin."
Ruby mengangguk, "Kali ini gue dengerin."
Flashback.
"Kapan kejalan lagi?"
Pila mendengus, "Kalo lo tanya atau bahas itu lagi, gue bakalan nyuruh lo pulang."
Nata mengernyitkan dahi, "Lo kenapa jadi sensitif gini sih, kak? Perasaan.. "
"Dulu lo gak begini. Itu yang mau lo omongin kan?" Putus Pila.
Nata tidak habis pikir dengan sahabatnya ini, "Kak. Gue sama Ruby kangen banget sama lo. Sumpah. Kayak, sepi aja gitu kalo cuma berdua."
Pila mendengus, "Cari anggota baru lagi."
Nata berdiri, " Gue gak habis pikir sama lo, kak. ENTENG BANGET LO NGOMONG BEGITU!!! Kita diriin ini bertiga. DAN DENGAN SEENAK JIDAT, LO BILANG SURUH CARI ANGGOTA BARU?!! Stress lo, kak." Ucap Nata dengan nafas terengah-engah karena saking emosinya.
Pila berjalan kearah pintu dan membukakan pintu, "Keluar."
"Hah?!"
"Lo, keluar... Kalo lo gak mau liat gue emosi disini." Lanjut Pila.
Nata yang mendengar itu langsung mengambil tasnya dan pergi dengan mata yang berkaca-kaca. Baru saja Nata melewati dua anak tangga, terdengar suara pintu tertutup dengan keras. Nata tau kak Pila nya itu emosi. Akhirnya Nata pun pergi tanpa melihat kebelakang lagi.
Flashback end.
"Lo bego." Sarkas Ruby.
Nata yang menangis langsung menghapus kasar air matanya, "Kok lo ngatain gue sih?"
Ruby memotong siomay nya, "Udah tau kak Pila sensitif sama pertanyaan itu. Masih aja lo tanyain. Bego banget asli." Jelas Ruby sambil memasukkan potongan siomay ke dalam mulutnya.
"Habisnya, gue kangen tau kumpul bertiga." Nata menyeruput es jeruknya.
"Iya sih. Gue juga." Jeda Ruby yang menelan siomay nya, " Cuma, jangan pernah lo bahas ini kalo lo sama kak Pila udah baikan. Dia sensitif banget."
Nata mengangguk, "Iya. Gue berusaha biar gak bahas ginian lagi kalo sama kak Pila." Nata memakan siomay dingin miliknya. Matanya mengedar. Seketika matanya terpaku pada gerbang kemarin.
'Bocah sama anak berandalan itu lagi.'
"Oh jadi kemaren lu ngeliatin mereka?" Tanya Ruby tiba-tiba.
Nata menoleh, "Lu tau mereka?"
Ruby mengangguk, "I know them. Mereka berandal dari sekolah lain. Kalau yang cewek, dia adek kelas kita, namanya Leo."
Nata menoleh kearah gerombolan itu lagi, "Lu tau mereka ngapain disekolah kita?"
Ruby menggeleng, "Gue gak tau. Tapi denger-denger dari temen sekelasnya, si Leo ini punya perjanjian sama anak-anak berandal itu."
Nata mengangguk faham, "Kira-kira apa ya, Ru?"
Ruby mengindikan bahunya, "Idk. You must ask her, maybe."
'Pletak!!'
Nata menjitak kepala Ruby, "Sama aja gobloknya."
Ruby mengelus sayang kepalanya, "Ya kan kita sehati. Sama-sama goblok jadinya. Gak adil dong kalo gue doang yang goblok."
Nata mencebik kesal atas kelakuan sahabat nya ini. Tak lama terdengar suara bel masuk berbunyi. Nata dan Ruby berjalan menuju kelas.
Perjalanan menuju kelas, Ruby dan Nata asyik bercanda. Sampai akhirnya bahu Nata bertubrukan dengan seseorang.
"Jalan yang bener dong!" Tentu saja itu bukan Nata, tapi Ruby.
"Maafin saya kak. Saya gak sengaja." Ucap perempuan itu sampai membungkuk lalu pergi begitu saja.
Nata yang melihat itu terheran-heran, "Padahal baru mau gue jawab. Udah maen pergi aja."
"Gak sopan banget deh." Kesal Ruby.
"Udah ih. Orang dia bilang gak sengaja. Biarin aja."
"Awas aja nanti kalo ketemu lagi. Abis dia sama gue." Ucap Ruby sambil meninju telapak tangannya.
Nata merotasikan matanya malas. Nata dan Ruby kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dikit banget chapter ini....
Cuma otak acu bisa mikirnya segini... Hehehe....Next yowww...
KAMU SEDANG MEMBACA
CONBATTANTE
ActionCerita ini tentang mereka. Empat perempuan yang tak pernah kenal takut. Preman? "Tidak takut" Penjahat? "Bisa diatasi" Laki-laki? "Kami punya 2 pawang buaya" Hantu? "Tidak ta-" "Maybe just a little bit.. Hihi" Ya mereka tidak kenal takut. Mung...