i

439 50 3
                                    

Hari minggu. Siapa juga yang tidak menyukai hari minggu?

Tak terkecuali Sinb, Si manusia biasa yang hobi rebahan. Mempergunakan hari minggu yang hanya datang tujuh hari sekali dengan bermalas-malasan dikasur. Mengisolasi dirinya sendiri di kamar dari dunia luar.

Sinb, Si gadis kesayangan mbah uyut. Dulu cita citanya pengen jadi Ultramen pink tapi sekarang pemegang teguh prinsip Jadi apa aja asal ga pengganguran. Dia juga Jago balapan, iya balapan. Dulu pas masih jadi sperma.

"Anying, apaan nih?"

Sinb mengaduh pelan, merasakan sesuatu yang basah mengenai wajah mulusnya. Sepertinya setetes air.

"Bangun, anak perawan kok jam segini belum bangun. Mau jadi apa kamu? Liat si Umji, pagi pagi udah nyapu rumah. Ga kaya kamu."

Oke, Lagi lagi dibanding bandingkan. Mental ketahanan terhadap ucapan Ibunya sudah sekuat baja sekarang. Bak sebuah mantra, ibunya selalu mengucapkan hal yang sama setiap pagi.

"Lihat itu Umji."

"Mbok rajin kayak Umji."

"itu tuh, Umji─"

Stop, Sudah cukup. Mari bersyukur bahwa Sinb bukanlah orang yang bermental Yupi.

Umji, tetangga Sinb. Rumah mereka berdua berhadapan, Jaraknya memang hanya dipisahkan oleh jalan setapak yang sekiranya hanya berjarak lima meter. For your information, Umji ini anak kuliahan jurusan kedokteran. Ya istilahnya sedang membuat dinasti sendiri, karena ayahnya juga seorang dokter.

"Apa sih ma, minggu juga." celetuk Sinb yang baru saja membuka mata. Masih terpampang jelas garis bantal serta bekas iler di wajahnya.

"Terus kalau minggu, bisa males malesan gitu? Lihat tuh, Umji udah ny-"

"Umji mulu Umji mulu Umji mulu"

Ucapan sang mama kepada Sinb memang selalu membosankan. Tapi kali ini Sinb tidak akan mendiamkannya lagi, sudah terlalu bosan.

"Turun, dicariin tuh." Sang Mama menjitak pelan kepala gadis semata wayang yang dimatanya super duper pemalas, tidur mulu katanya.

"Siapa?"

"Ya makanya turun."

Ngomong ngomong rumah Sinb ini terbagi menjadi dua lantai. Lantai satu digunakan sebagai ruang tamu, dapur, serta sebuah lemari besar yang berisi mainan rakit koleksi ayah handa.

Sementara lantai dua, diisi dengan kamar Sinb serta kamar ayah mama. Hanya itu, ya memang hanya itu.

Sinb menuruni tangga, hendak tau setan mana yang berani beraninya menggangu jam tidur hari minggu super berharga milik Sinb. Terdengar dengan jelas suara gelak tawa sang Ayah dengan seseorang diruang tengah.

"Jadi kemarin om habis beli Harley Quinn yang pake kimono jepang?"

"Iya, keren banget kan? Ini cuma ada lima buah di sini."

Dengan mendengar suaranya saja, Sinb tahu jelas siapa yang sedang berbicara dengan sang ayah. Tentu saja itu sahabat karibnya, Yuju. Gadis yang mempunyai otak berbentuk abstrak, saking ga jelas tingkah lakunya.

Pernah waktu SMA, Yuju dengan bangga mau memamerkan skill dance pole-nya di tiang bendera sekolah. Namun niatnya itu gagal, sang tiang bendera malah roboh tak mampu menahan beban seberat badan Yuju. Tapi ada satu hal yang membuat Sinb merinding, Yuju alih alih menangis atau bersembunyi, ia malah tersenyum, meringis. Serius itu sedikit creepy.

"Dimana mana Harley Quinn pakenya tanktop, bukan kimono." Sinb ikut bergabung dengan keduanya. Duduk di sofa yang hanya cukup untuk satu orang.

EXCHANGE: 06.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang