iii

201 35 7
                                    

"Hah gue dimana ini anjir?"

Yerin membuka mata, seingatnya semalam dia tertidur di kamar ala ala princess miliknya. Namun kini mengapa ia malah bangun di ruangan berbeda? Atau ini memang kamar Yerin yang memang sudah dibersihkan oleh sang bunda? Mengingat Yerin yang memang tidak suka bersih bersih dan suka menaruh barangnya begitu saja.

Yerin mencoba mengerjap ngerjapkan mata, pengelihatannya masih buram. Jari jemari lentik Yerin mencoba mengapai nakas meja yang berada tepat disamping meja ranjang, masih sama, ini sama persis seperti tatanan kamar Yerin. Tapi tidak dengan warna tembok juga barang barang aneh yang dia rasa tidak pernah membelinya.

Tepat! Dia mengapai sebuah gawai yang berada diatas nakas meja tersebut, hal itu berhasil membuat Yerin kembali merasa tenang, dia sempat berpikir bahwa dirinya sedang diculik oleh seseorang. Toh, bundanya bukan Bandung Bondowoso yang dapat mengecat tembok sebesar ini dalam satu malam.

"Hpnya siapa ini? Hp gue mana? Astaga, apa apaan─"

Yerin panik, gawai yang tengah dirinya pegang sekarang bukanlah miliknya. Terlihat jelas ketika Yerin membuka ponsel itu, lock screen-nya bergambarkan hantu kuntilanak yang tengah melotot berhasil membuat Yerin dengan reflek membanting barang canggih modern itu.

Matanya kini terfokus menatap cermin yang terpasang dilemari. Yerin merasa semalam dia mengenakan piama untuk tidur, tapi kenapa malah sekarang mengenakan kaos oblong biasa? Mata Yerin menyipit, menatap wajahnya yang terpantul dicermin.

"ANJIR, INI SIAPA?" pekik Yerin keras, terkejut dengan wajahnya yang tadinya cantik jelita kini menjadi wajah pas-pasan yang biasa saja.

Yerin segera berlari, membuka pintu kamar yang tidak terkunci. Asing, begitulah yang Yerin rasakan begitu keluar dari kamar. Dia disambut dengan sebuah rak besar berisi mainan juga tangga yang menuju ke-lantai dasar. Tanpa babibu Yerin segera berlari menuju lantai dasar, mencoba membuka handle pintu utama rumah bertingkat dua itu.

"Kamu ngapain, Bi? Teriak teriak begini masih pagi."

"Eeh─ eeh."

Rencana Yerin gagal begitu dia mendengar suara seseorang tengah berbicara dibelakang tubuhnya. Sontak Yerin berbalik, menangkap sosok pria paruh baya dengan baju dalam serta sarung kotak kotak campuran warna merah juga biru.

"Tumben udah bangun, mau kemana kamu?" tanyanya lagi sambil mengucek-ucek satu matanya. Sepertinya beliau baru saja bangun tidur.

Otak Yerin sedang berkerja keras sekarang, sedang mencerna kenapa dia ada disini, dan siapa bapak-bapak yang tengah berdiri dihadapannya. Dan satu lagi, kenapa wajahnya bisa berubah seperti ini.

"Anu─ maaf, tapi ini dimana ya?" Pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulut Yerin hanya itu. Si bapak hanya diam, menatap Yerin dengan penuh curiga.

"Baru pulang ya kamu?"

"Hah?"

"Dari mana? Bajumu masih sama gitu. Gak main di club-kan kamu?" tanyanya, Sorot bapak bapak itu mengintimindasi.

"Ayah laporin mama mau?"

Yerin diam, membeku begitu mendengar kata 'ayah'. Perasaan dia tidak sama sekali mengenal pria ini, bagaimana bisa tiba tiba dia memanggil dirinya sendiri sebagai 'ayah' nya?

Baiklah, biarkan otak Yerin memecahkan ini semua. Setelah pertempuran sengit antara otak dengan bantinnya, Yerin segera menyimpulkan. Mungkin dia sedang bermimpi, jadi dengan lantang dia menampar keras pipinya sendiri, tepat didepan orang yang mengaku sebagai ayahnya ini.

"Kamu ini kenapa, Bi?"

Bi, lagi lagi Yerin dipanggil dengan nama yang bahkan tidak terdapat didalam namanya. Bi? Siapa Bi? Babi atau apa? Yerin alih alih terbangun dari mimpi aneh ini, dia malah semakin dibuat bingung. Sel otaknya kini memberi sebuah kata yang mungkin terdengar cukup gila.

EXCHANGE: 06.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang