v

228 40 9
                                    

"Halo, Yerin kan?"

"Iya halo?"

Sowon menurunkan ponsel bututnya dari telinga. Menatap Yerin yang sedang berada ditubuh Sinb penuh rasa kesal. Jelas jelas Yerin menjawab telepon, jelas jelas Yerin bilang dia adalah Yerin. Dan bocah kurang ajar yang berdiri dihadapannya ini berani beraninya menganggu waktu hibernasi Sowon.

"Lo jangan main main Bi sama gue. Mending pulang deh, daripada bikin ribut dirumah gue gini."

Yerin terdiam beberapa detik setelah mendengar perintah Sowon. Tangannya dengan sigap meraih ponsel yang berada ditangan perempuan tinggi dihadapannya ini.

"Heh! Jangan ngada ngada lo, Yerin itu gue!" Teriak Yerin keras pada benda berbentuk persegi panjang itu.

"Loh─"

Disisi lain Sinb yang sedang mencoba memerankan Yerin dengan senatural mungkin ikut terkejut. Suara yang baru saja meneriakinya diujung sana, terdengar seperti suaranya. Aneh memang jika kita bisa menyadari suara kita sendiri. Namun tidak bagi Sinb yang hobi memutar pesan suara yang dia kirim kepada temannya, dengan alasan malas mengetik.

"Lo siapa?! Ngaku nggak?!"

"Bentar bentar─" tukas Sinb memotong ucapan Yerin.

"Mbak Yerin?"

"Lo dibadan Sinb-kan sekarang?"

Yerin melotot, mata yang biasanya lenyap jika Yerin tersenyum kini membelakak, membesar dua kali lipat. Bagaimanapun ucapan orang yang tengah mengaku sebagai dirinya diujung sana itu benar adanya. Dia sekarang ditubuh Sinb, tubuh mahasiswi yang belum lama ini dia maki maki.

"Ini gue, Sinb. Gue tiba tiba bangun dibadan lo mbak. Sama kaya lo kan? Lo juga gini kan, mbak?"

"Hah?"

Sowon yang mendengar pembicaraan keduanya melonggo. Tidak satupun perkataan mereka bisa masuk kedalam logikanya. Apa yang mereka bicarakan? Guyonan macam apa ini? Sudah beberapa kali Sowon mencoba menarik wajah humornya, tapi candaan ini tidak ada yang lucu.

"Iya kan? Ini berarti kita tukeran badan," tambah Sinb karena Yerin tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Lo bisa kesini ga?"

"Kemana?"

"Rumah Sowon─ kalo lo emang Sinb, lo harusnya tau dong rumahnya Sowon?"

"Oke, deal."

Telepon diputus sepihak oleh Sinb. Dengan wajah memelas Yerin mengembalikan ponsel kepada perempuan yang mulutnya sedang membentuk goa, saking herannya. Sebenarnya Sowon berharap seseorang menampar pipinya kini, atau paling tidak berteriak agar dia ikut bangun dari mimpi aneh ini.

"Dibilang juga apa? Ini gue nyet." Yerin tersenyum masam.

Dengan santai Yerin melenggang masuk kedalam rumah Sowon. Sedari tadi kakinya sudah pegal berdiri diambang pintu seperti itu. Yerin dengan santai melewati Sowon yang masih membeku ditempat. Bukan masalah besar seharusnya, jika Yerin masuk kedalam rumah Sowon tanpa ijin seperti ini. Toh, mereka ini sahabat, jadi tidak perlu mengunakan hukum bertamu.

Yerin dan Sowon telah mengenal setidaknya hampir enam tahun. Suka duka yang mereka berdua lewati tentu tidak mudah. Sejak SMA, mereka sudah terbiasa dengan yang namanya bolos membolos. Beberapa kali komplotan ini mendapat hukum sanksi, dari mulai push up sepuluh kali sampai menulis permintaan maaf sepuluh lembar kertas folio.

Tapi kalian tahu hal yang paling aneh? Keduannya sama sama juara kelas. Hobi membolos, langganan masuk ruang BK, menjadi target sasaran ceramah guru BK. Itu tidak membuat dinding pembatas bagi Sowon dan Yerin mencetak banyak prestasi. Keduannya sama sama pintar dalam hal akademik, entah darimana ilmu yang mereka dapat. Tentu hal ini berhasil membuat iri para siswa-siswi lain, menunduh bahwa mereka berdua menyuap atau bahkan diam diam menjadi simpanan kepala sekolah. Ngawur memang, kalau sudah iri dengki manusia kadang bisa seacak ini.

EXCHANGE: 06.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang