Harapan kita terlalu tinggi.
Keinginan kita terlalu membutakan diri.
Oleh karena itu,semesta tak menjadikannya pasti.Jaehyuk terus terdiam seusai obrolan beratnya dengan Jaehwa tadi. Lelaki satu itu yang biasanya hiperaktif,cerita ini cerita itu,bernyanyi ini bernyanyi itu. Kini menjadi bisu bak patung. Sejak tadi,hingga saat ini,saat guru mengakhiri jam mata pelajaran terakhir.
Jaehyuk bahkan tak sedikitpun menoleh ke arah Jaehwa. Gadis itu turut diam,membiarkan Jaehyuk dengan segala keterkejutannya.
Maklum. Semua orang pasti tidak akan mengira bahwa dirinya--
Tak bertuhan.
Jaehwa sadar. Ia sama sekali belum pernah membicarakan hal ini,pada siapapun,kecuali Asahi. Teman-teman sekelasnya--except Jaehyuk tentunya--mungkin akan berpikiran sama seperti apa yang ada di akal Jaehyuk sebelum ini.
Perilakunya benar-benar seiras dengan orang berketuhanan lainnya.
"Jaehyuk,udah belum ngelamunnya? Ini ada tugas kenapa diam aja? Mau dikerjakan nanti saat di rumah? Seperti biasa?" Jaehyuk nampak sedikit terkejut saat Jaehwa menepuk pelan pundaknya. Ia bahkan terlihat linglung lantas menatap ke depan,bingung bagaimana bisa gurunya sudah keluar dan kelas juga lumayan sepi.
"Ha? Oh iya,tadi hilang fokus" lelaki itu hendak memasukkan beberapa barang bawaannya ke dalam tas,berniat untuk pulang sebelum gerakan tangannya dicekal oleh Jaehwa.
Gadis itu menatap lembut sahabatnya.
"Kamu memikirkan aku? Atau tentang ucapanku tadi?" Hening. Jaehyuk sama sekali tak berniat membahas hal itu lagi. Pikirannya blank.
"Aku mau pulang,Jaehwa. Kamu pasti sudah ditunggu Asahi,kan?" Jaehwa menggeleng,tangannya belum turun dari pergelangan Jaehyuk yang ia genggam.
"Asahi ada les piano,kita tidak pulang bersama hari ini,jadi ayo,kita bicara" Jaehyuk termenung,pandangannya tak tentu arah,menghindari tatapan memelas Jaehwa yang seakan memaksa jiwanya untuk menuruti perkataan gadis itu.
"A-aku ada urusan"
Jemari lentik Jaehwa perlahan melepaskan genggamannya,tangan kecil miliknya terasa dingin berkeringat,senyum sendu sedikit demi sedikit terlukis di bibir,membuat Jaehyuk kembali mengalihkan pandangan.
"Matamu tak fokus pada satu arah,jari telunjukmu terus bergerak dan bahkan bisa aku dengar,gigimu seperti bergemeletuk. Kamu berbohong Jaehyuk"
Dengan penuh percaya diri,Jaehwa menyampaikan apa yang ia lihat dari gerak-gerik Jaehyuk. Jaehwa sudah terlalu hapal kebiasaan juga gelagat teman lelakinya itu,Jaehyuk benar-benar tak bisa berbohong. Gerakannya terlalu mudah untuk dibaca olehnya.
"Dengar Jaehyuk. Kamu anggap aku teman,kan?" Mendengar hal itu,Jaehyuk lantas spontan menoleh ke arah Jaehwa,mendapati gadis di sebelahnya dengan aura hangat. Jaehwa seperti bukan Jaehwa yang ia kenal.
"Kamu--" tangannya terarah pada dada bidang Jaehyuk yang terbalut almamater sekolah. "Dan aku" jari telunjuknya berbalik,menunjuk dirinya sendiri.
"Sudah berapa lama kita saling kenal? Kamu paham diriku,kan? Kamu paham bahwa aku sangat tak ingin sesuatu dalam hidup yang luar biasa aku sesali terbagi--diketahui--oleh orang lain,bukan?" Jaehyuk mengangguk samar,ia masih setia mendengarkan ucapan Jaehwa.
"Aku tahu kamu mengerti apa maksudku" setelahnya,Jaehwa menggendong tas sekolahnya di punggung,kembali menoleh ke arah Jaehyuk sebelum melenggang pergi keluar kelas.
"Ayo pulang,kamu mau menginap disini? Banyak hantunya loh" disaat-saat seperti ini Jaehwa masih saja berjokes ria. Berpura-pura tak memahami apa yang tengah bergumul dalam pikiran Jaehyuk.
Jaehwa memilih lebih dulu berjalan keluar kelas dengan langkah riang,tingkahnya luar biasa tak bisa ditebak.
Jaehyuk menatap lamat kepergian Jaehwa,menyisakan deru riuh angin yang merayap masuk lewat celah-celah kotak jendela.
Lantas mendorong kursi kebelakang,sengaja membuat tempat kosong untuk ia berdiri,lalu embusan nafas terdengar berat menerobos beberapa kali.
"C'mon dude,equanimity,equanimty,like it's all not the big problems,just stay calm" senandikanya terdengar masygul.
"Jaehyuk! Ayo ke cafe dekat taman! Ada promo milkshake hari ini!!!" Mendengar teriakan Jaehwa barusan,Jaehyuk segera berlari keluar,menyusul eksistensi wanodya berambut hitam legam yang sudah lumayan jauh di depan sana.
Bagaimana suaranya bisa sekeras itu?
"Jaehwa,maybe this story can be neverending story" gumamnya lirih dengan pandangan menghunus penuh nestapa pada daksa Jaehwa yang gata tertelan belokan koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dermaga
Fanfiction❜❜ Ini kisah penuh romansa milik dua anak manusia yang saling bertukar rasa dalam indahnya asmaraloka ❜❜ Fanfiction!