_-⁰¹-_

291 29 0
                                    




.
Cahaya mentari pagi hari menyambut rumah baru dari keluarga kecil wanita yang bernama lengkap Park Chaeyoung atau kerap dipanggil Chaeng. Dirinya baru bangun tidur setelah semalaman membereskan barang-barang yang dibantu ketiga buah hatinya.

Meskipun begitu, ternyata masih banyak peralatan rumah yang belum semuanya tertata, masih ada beberapa kardus berisi aksesoris-aksesoris kecil tergeletak di pinggir sofa. Chaeng menghela nafas melihatnya, padahal ia sudah cukup lelah setelah kemarin-kemarin membereskannya. Ternyata barang-barangnya lumayan banyak juga.

Chaeng memasak sarapan sederhana sebelum beraktivitas, ia juga membangunkan anak-anaknya untuk makan.

Keheningan melanda keluarga Park saat tengah menyantap roti panggang, terkadang tegukan air menambah sound effect di ruang makan. Hingga setelah sarapan mereka hampir selesai, si sulung berujar,

"Kita beneran pindah dan tinggal di sini?" Ryujin yang memang sudah selesai sarapan bertanya tanpa beralih tatapan lurus ke arah gelas.

Reaksi yang didapat Ryujin adalah, Chaeng yang sedang minum lantas terhenti, Jeongwoo menatap kakak perempuannya itu sambil masih mengunyah potongan roti, sementara Minjeong malah terdiam. Ryujin menatap satu-satu anggota keluarganya yang tak satupun menjawab pertanyaannya.

Tiba-tiba suara lembut Chaeng menyapu merdu pendengaran Ryujin.

"Memangnya kenapa Ryu, bukannya kamu suka sama rumah ini?" Chaeng mencoba untuk terlihat tidak apa-apa saat berucap. Dia sebenarnya khawatir jika anak-anaknya tidak nyaman di rumah yang sudah susah payah ia dapatkan ini. Mungkin jika menginap beberapa hari masih bisa, tapi ini mereka akan tinggal di sana hingga waktu yang belum ditentukan. Sedikit susah bila kita akan menerima hal yang baru.

"Bukan begitu, Ma. Hampir nggak percaya sih, kita hidup belasan tahun di Busan lalu pindah ke tempat yang jauh lebih maju seperti Seoul. Aku takut jika lingkungan Seoul akan menyusahkan, entah pada pekerjaan Mama ataupun pada sekolah. Mama, jika perlu, kami siap kok dengerin curhatan Mama. Ryujin siap dua puluh empat jam buat nemenin Mama supaya Mama nggak ngerasa terbebani sendiri. Kita keluarga, Ma." Jelas gadis berusia empat belas tahun itu dengan panjang lebar.

Chaeng menutup mulutnya terharu.

Tidak ada lagi Ryujin yang selalu merengek meminta mainan dengan egois, tidak ada lagi Ryujin yang selalu menangis saat melihat serangga. Dia ternyata memikirkan ini hingga sejauh itu.

"Terima kasih banyak. Bila kalian merasa tidak nyaman atau terlalu dikekang, jangan sungkan untuk mengungkapkannya. Terkadang Mama juga selalu mementingkan ego Mama tanpa meminta pendapat kalian dahulu." Chaeng merentangkan tangannya mengisyaratkan agar ketiga anaknya untuk memeluknya.

"Kita akan jauh lebih bahagia di sini, semoga."

Sekarang merupakan tahun ajaran baru.

Anak tertua Chaeng—Park Ryujin, sudah naik ke kelas 9 yang merupakan jenjang akhir pada Sekolah Menengah Pertama. Sementara si kembar—Park Jeongwoo & Park Minjeong, mereka baru mulai di kelas 7 SMP di sekolah yang sama dengan Ryujin, SMP Boseok Seoul.

.

"Annyeong Park Ryujin! Kenalin, aku Jeon Somi. Semoga kita berteman baik!"

"Annyeong Somi!"
.

"Annyeong Park! Naneun Kim Jihan. Kita berteman?"

"Annyeong Jihan! Senang bertemu denganmu."
.

"Yo, Park Jeongwoo! Jeoneun Haruto imnida. Ikut kantin, yuk!"

"Annyeong. Terima kasih sudah mengajak!"
.

Di SMP Boseok, Ryujin, Jeongwoo dan Minjeong mengalami banyak perubahan seiring pergaulan yang mereka dapati. Teman-teman yang mereka punya juga kian bertambah karena sikap mereka yang tidak terlalu pemilih dalam urusan bergaul. Untungnya pergaulan mereka masih dibatas wajar bagi anak pelajar SMP.


2017
Seoul, South Korea

"Selamat, bu! Anda diterima sebagai editor di sini. Semoga cocok."

Senyuman terpancar di wajah Chaeng, rasa senangnya tak dapat ia bendung setelah mendapatkan pekerjaan tetapnya.

"Terima kasih banyak, pak! Saya akan berusaha sebaik mungkin."


RED Entertaintment.
Sebuah perusahaan pemasaran yang menjadi pekerjaan utama Chaeng sebagai editor. Gaji di sini bisa dibilang lumayan untuk menafkahi seluruh keluarga Chaeng, jika ada kebutuhan yang lebih pun Chaeng bisa bekerja part time di tempat lain sebagai penghasilan tambahan. Chaeng mengetahui ada lowongan di sini setelah diberi tahu oleh tetangganya yang juga bekerja di sana sebagai editor. Chaeng harus berterima kasih karena tetangganya itu secara tidak langsung memberikannya pekerjaan. Orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik juga.

Jarak gedung perusahaan tidak terlalu jauh dengan tempat tinggalnya, Chaeng hanya perlu menaiki satu bus lalu berjalan kaki sebentar untuk sampai di gedung utama.

Setelah satu tahun berlalu, Chaeng akhirnya dapat menyimpulkan kehidupan di Seoul tidak terlalu berbeda dengan kehidupan di Busan. Warga Seoul lebih bergengsi, orang-orangnya terlalu memperhatikan penampilan dan jabatan agar hidupnya terjamin. Pepatah 'Orang ber-uang tidak perlu berjuang' sangat cocok di sini.

Ada buruknya juga Chaeng pindah.

Semoga kedepannya tetap baik-baik saja.























Semoga....

-
Continued

MAMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang