Ting!
Notifikasi dari ponsel Minjeong berbunyi menampilkan sebuah pesan pada lockscreen. Minjeong mengambil ponselnya yang tersimpan di meja lalu membuka pesan tersebut.
Nomor tak dikenal, pesannya berisi sebuah foto yang terdapat Chaeng dan seorang pria asing di sampingnya. Kalau Minjeong lihat-lihat, tempatnya persis berada di pinggir Sungai Han tempat mereka piknik tadi. Hanya ada Chaeng dan pria asing saja di sana, gambar ini mungkin diambil ketika Ryujin Jeongwoo dan Minjeong sedang pergi berkeliling.
Minjeong menatap aneh kontak di layar ponselnya ini. Apa maksudnya ia dikirimi foto seperti itu? Nomornya asing, foto yang dikirim juga bukan hanya satu. Minjeong jadi takut kalau ada orang jahat yang sedang memata-matai Mamanya.
Lalu, apa yang harus ia lakukan?
Selintas ide hadir di kepalanya bagai bola lampu yang baru dinyalakan. Ia melangkah dari kursi menuju kamar saudara serahim-nya untuk memberitahukan hal ini.
Pintu diketuk dengan tergesa-gesa, Minjeong tidak sabaran sekali sekarang. Setelah beberapa saat ia mengetuk pintu, akhirnya Minjeong dapat masuk setelah pemilik kamar membukanya dengan malas dan kesal.
"Apa sih, Njeong?!" Sepertinya Jeongwoo sedang tidur siang tadi, rambutnya yang berantakan dan tangan terus-terusan menutup mulut yang menguap merupakan cirinya.
"Huahh-apaan?" Jeongwoo menatap Minjeong yang malah memberikan ponselnya.
"Apa ini?" Jeongwoo melihat gambar yang dikirim orang asing itu dengan heran. Dia pun mengangkat alis menatap Minjeong.
Minjeong yang paham dengan tatapan itu lantas menggelengkan kepalanya, "nggak tahu, aku nggak kenal nomornya siapa," ucapnya.
Jeongwoo menatap kembali gambarnya lamat-lamat. Matanya menyipit dan ponsel Minjeong ia dekatkan untuk diteliti lebih dalam.
"Sebentar," dahi Jeongwoo mengkerut, ia pun beralih menatap Minjeong dengan ragu, "bukannya ini paman Jisung, tetangga sebelah?" tanyanya
Minjeong sedikit terkejut saat mendengarnya, "benarkah?" Ia mengambil alih ponselnya dan melihat gambar itu lagi.
"Eh, iya. Ini beneran paman Jisung."
"Mungkin ada orang iseng kali, mikir kalo Mama dan paman Jisung itu pasangan. Secara 'kan Mama itu awet muda," celetuk pemuda Park itu sambil tertawa.
"Kayaknya seru kalo paman Jisung jadi papa baru kita, pasti rumah nggak akan pernah sepi," si bungsu berandai-andai walau dengan niat bercanda. "Nanti marga kita bakalan berubah. Han Minjeong, ih keren!" serunya.
Jeongwoo mengusap wajah Minjeong dengan kasar, "kamu lupa? Marga kita nggak akan bakalan berubah, yang ada paman Jisungnya yang ganti marga." Hem, pembicaraan ini lumayan menarik.
"Iya sih. Tapi ini juga bercanda kali. Mama nggak mungkin 'kan mau nikah lagi, apalagi sama paman Jisung."
"Hm."
Minjeong keluar dari kamar Jeongwoo sambil terus menatap foto di ponselnya. Jeongwoo yang melihat itu mendengus kasar, "perhatiin jalannya, Njeong." Minjeong hanya menjawab 'Iya' sebagai respon.
.
Langit kian menggelap. Cahaya matahari berganti dengan cahaya bulan di tengah sunyinya malam. Di sela-sela makan malam, Minjeong menunjukkan foto yang ia terima tadi kepada Chaeng. Chaeng yang memiliki firasat tak enak menyuruh Minjeong untuk mengirimkan foto dan nomor pengirim tersebut untuk ia selidiki.
"Kalau dia beneran jahat gimana, Ma?" tanya Ryujin risau.
"Kita harus lebih berhati-hati lagi, kejadian ini mungkin tidak akan terjadi sekali. Untuk kedepannya kalau ada apa-apa kalian harus segera hubungi Mama, kapan dan di mana pun itu."
"Baik, Ma."
"Tapi," sela Minjeong. Chaeng menoleh menatap anak bungsunya itu. "Kenapa, Njeong?"
"Kalau Mama lagi sibuk, atau lagi nggak ada, kita harus apa?"
Chaeng berpikir sebentar sebelum menjawab. Dengan yakin ia pun berujar, "bilang aja ke paman Jisung. Mama sudah bilang ke paman Jisung untuk selalu membantu Mama, dan Mama juga percaya kok padanya."
Perlahan bibir Minjeong melengkung membentuk sebuah senyuman, "baik, Ma."
Jeongwoo yang paham dengan senyuman itu dengan segera mengkode Minjeong untuk menghentikannya, "Ehem."
Tapi karena Minjeong tidak mendengar dan tidak peduli, dia malah melanjutkan makan sambil senyum-senyum sendiri.
Chaeng yang melihatnya hanya menatap aneh, "adikmu kenapa?" bisiknya pada Ryujin. Ryujin hanya mengangkat bahu tak tertarik.
Jeongwoo menghela nafas, sepertinya Minjeong sudah ngebet pengen punya papa baru. Huh.
.Bruk!
Jeongwoo merutuki dirinya sendiri saat tanpa sengaja menyenggol lemari hingga terdengar suara benda jatuh. Di siang-siang begini dia sedang berada di dalam kamar Mamanya secara diam-diam untuk mencari laptop.
Tapi niatnya itu ia urungkan saat melihat ada benda persegi yang jatuh dari atas lemari tadi. Ia pun mendekatinya dan mengambilnya perlahan.
"Album kenangan..." gumamnya.
Album yang berisi foto-foto itu memiliki sampul berwarna coklat tua dengan ukiran 'Album Kenangan'. Isinya cukup banyak dengan ukuran per lembarnya yang tebal.
Karena penasaran, Jeongwoo pun membukanya setelah memastikan bahwa di sana tidak ada orang lain selain dirinya.
"Aman." Jeongwoo mulai membuka lembaran pertama.
"Foto Mama dan Papa waktu menikah."
Maju ke lembaran kedua, isinya masih serupa dengan lembaran pertama; foto-foto saat Chaeng menikah.
Di saat hendak membuka lembaran ke tujuh, Jeongwoo dikejutkan dengan teriakan Kakaknya yang memanggil dari arah bawah. Dengan terpaksa Jeongwoo menutup album itu dan menyimpannya kembali di atas lemari.
Dia keluar kamar dengan kesal.
.
"Apa, kak?"
Terlihat Ryujin yang sedang selonjoran di bawah sofa sambil bermain dengan ponsel pintarnya, tanpa menoleh dia berucap,
"Ada yang nyariin di luar.""Siapa?" tanya Jeongwoo. Ryujin hanya mengedikan bahu, "nggak kenal."
Jeongwoo pun keluar, berkali-kali suara dari luar terdengar memanggilnya tidak sabaran. Entah kenapa suaranya agak asing di telinga Jeongwoo.
Setelah di luar, Jeongwoo malah tidak melihat siapa-siapa.
"Lah, jadi setan yang manggil?" Kepala Jeongwoo melirik kanan-kiri untuk menemukan sesuatu, tapi nihil tidak ada apa-apa.
Jeongwoo hendak berbalik masuk kembali ke rumah. Namun saat baru satu langkah kakinya bergerak, mendadak pandangannya kabur dan menghitam, lalu dia pingsan.
Bruk
Ryujin yang mendengar ada suara gaduh lantas berjalan keluar. Anehnya saat dia keluar, dia melihat tidak ada apapun yang ganjil. Hanya suasana sepi halaman rumah dengan rasa dingin semilir angin yang menusuk tulang.
Ryujin kembali ke dalam rumah dengan rasa merinding.
"Kok dingin banget," ujarnya sambil menutup pintu dan pergi ke kamar.Sementara di belakang halaman rumah, seseorang dengan pakaian serba hitam menatap sekilas rumah kediaman Park. Sambil membawa seseorang di balik punggung, dia melangkah meninggalkan tempat itu berbarengan dengan rintikan hujan.
•
Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
MAMA ✔
General FictionNyatanya, kepindahan Chaeng ke Seoul malah menambah permasalahannya. - {Ft. ROSÉ of BLACKPINK} 빅채영 •RePub