_-⁰⁸-_

40 13 0
                                    

Sementara di kediaman Park; Chaeng sudah tertidur pulas setelah seharian bekerja tiada henti. Ia bahkan melupakan makan malamnya yang mana setelah ia membersihkan diri tanpa memikirkan apapun lagi langsung berbaring di atas tempat tidur dan terlelap.

Beda lagi dengan kedua putrinya; Ryujin dan Minjeong yang tidak bisa tidur dengan tenang. Mereka mengalami mimpi buruk seputar Jeongwoo yang disekap di sebuah gudang tua yang gelap dan kotor, suara rintihan dan jeritan memenuhi ruangan kala sebuah benda panjang mengenai kulit Jeongwoo dengan kerasnya.

Kedua gadis remaja itu tidak bisa apa-apa, karena mereka sedang di alam mimpi. Hanya melihat penyiksaan yang dilakukan oleh orang tak dikenal pada Jeongwoo tanpa bisa berbuat sesuatu. Mimpi yang benar-benar buruk.

.

\04.00 KST\

Chaeng terbangun. Dia haus setelah tidur tanpa bergerak sedikitpun selama berjam-jam. Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan cairan mineral bening yang menyegarkan.

Setelah minum, badannya hendak bergerak ke arah kamar namun terhenti saat mendengar suara keras di dalam kamar Minjeong. Chaeng menatap pintu anak bungsunya dengan lamat-lamat, memastikan bahwa indra pendengarnya tidak salah dalam mendengar suara.

'AAAAKKKKHHH!'

Dengan cepat Chaeng membuka pintu dan menghampiri Minjeong yang sudah meringkuk seperti janin di atas kasurnya. Tubuhnya gemetaran dengan keringat dingin sebesar kacang kedelai berjatuhan sambil menggumamkam sesuatu yang tidak jelas.

Chaeng menangkup tubuh Minjeong lalu memeluknya perlahan, menenangkan jiwa panik dari gadis tiga belas tahun tersebut.

"Tenang, njeong. Mama di sini," lirih Chaeng sambil terus mengusap surai dan punggung anak bungsunya.

"Hikss.... J-jeong.... Jeongwoo...." isak Minjeong pelan dan lemah mencengkram lengan baju Chaeng.

"Suuutt, Jeongwoo baik-baik saja. Nanti siang dia akan pulang kok." Chaeng tidak tahu saja kalau Ryujin dan Minjeong dilanda kepanikan saat sadar bahwa Jeongwoo menghilang, apalagi Jisung juga turut sibuk mencari keberadaannya semampunya.

Kondisi luar masih gelap, cahaya Surya belum menampakkan diri dan masih digantikan oleh temannya yakni bulan.

Chaeng masih menemani Minjeong yang kian mulai tenang, hingga mereka sama-sama tertidur.

.

Jeongwoo terbangun.

Dengan badan penuh luka dan diborgol, ia menatap nyalang pada gadis di depannya yang menyeringai dan terkekeh remeh.

"Sialan kau Jihan! Maumu apa hah?!!" hardik Jeongwoo kepada teman sekelas Minjeong tersebut, Kim Jihan.

Jihan tersenyum dan berjalan mendekati Jeongwoo yang keadaannya nampak buruk sekali. Dengan gestur angkuh, ia berlutut menyamakan tingginya dengan Jeongwoo.

"Mauku? Ya, kamu lah," tukasnya membingungkan Jeongwoo. Jangan lupa ya, umur mereka masih tiga belas tahun.

"Apaan dah," gumam Jeongwoo tak mengerti.

"Sebenarnya kamu tidak salah apa-apa sih, tapi ibumu yang punya masalah." Jihan menatap kuku-kuku tangannya yang berwarna merah pekat bagaikan darah.

Jeongwoo memutar bola matanya melihat Jihan, dia juga berdecih menghiraukan tatapan tajam wanita ramping di belakang Jihan. Angkuh sekali orang ini -Jeongwoo.

"Oh iya. Eonni, silahkan," ucap Jihan berbalik meninggalkan ruangan kumuh dan lembab tersebut.

Ketukan high heels yang berirama terdengar saat wanita tinggi dengan rambut sepundak itu melangkah mendekati Jeongwoo. Minimnya cahaya membuat wajah wanita itu tidak terlihat dengan jelas, meski begitu dapat Jeongwoo yakini bahwa dia sedang tersenyum miring.

Jujur saja, itu membuat Jeongwoo merinding.

"Apa kabar, Koo Jeongwoo?" tegurnya tak ada hujan tak ada api maupun angin.

"Ck. Namaku Park Jeongwoo, ahjumma," desis Jeongwoo tak suka dengan oknum di depannya ini.

"Mwoya?! Kau menyebutku ahjumma, bocah tengik?" geram manusia berjenis kelamin wanita itu berjalan mendekati Jeongwoo dan menamparnya.

"Ah, sshh..." ringis Jeongwoo merasakan sakit dan perihnya pipi bagian kiri.

"Kalian sama-sama menyebalkan, ya. Aku tidak suka." Wanita itu mengambil benda panjang dan lentur dengan ujungnya yang sedikit berduri; cambuk.

"Yang suka denganmu juga siapa?"

CTAZZ

"For your information, aku Chou Tzuyu. Malaikat maut yang akan mengambil nyawa kalian para Park bedebah."

Makhluk bernama Tzuyu ini memutar-mutar cambuk di tangannya hingga mengenai tangan Jeongwoo yang diborgol.

Swing~
Swing~

CTASS!

"AAAHHHK!!" jerit Jeongwoo saat cambuk itu mengenai tangannya yang sudah terluka akibat sering bergesekan dengan borgol.

Tzuyu menyimpan cambuknya lalu bersimpuh menyamakan tingginya dengan Jeongwoo yang terus-menerus meringis pelan.

"Dengar. Alasan aku melakukan ini adalah karena Park Chaeyoung, ibumu. Kalau kau mau lepas dariku, kau harus melakukan hal seperti yang kulakukan tadi kepada ibumu juga dengan tanganmu sendiri." Jeongwoo menatap Tzuyu terkejut, sementara Tzuyu sendiri malah terkekeh.

"Aku tidak akan ingkar, asal kau juga tidak ingkar." Lalu Tzuyu pun keluar meninggalkan Jeongwoo seorang diri yang sedang bergelut dengan pikirannya.

Dia menghela nafas kasar, "aku harap ini hanya mimpi buruk," gumamnya sambil memejamkan mata.


Continued

MAMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang