Terjebak, kabut pagi ini
Di ujung jalan, kau terlihat samar
Basah kuyup air hujan semalam
Kulit membiru, kedinginan
Tergopoh menyongsongmu
Tapi, kau terus menjauh
Ragamu semu, azan subuh samar menggerutu
Kau tetap menjauh
Selongsong parang di pinggulku
Bergetar, ujungnya menetes cairan
Nanar mataku mengingat kejadian semalam
Melihat bercak merah dikainmu
Aku membunuhmu.
Bukan, bukan aku melepas nyawamu
Namun kepercayaanmu.
Bukan, bukan bercak merah darah
Namun gairah hasratmu
Tersengal nafasku meminta pengampunan
Petang telah berlalu
Matahari telah mengintip di ufuk
Penyesalan adalah akhir dari keteledoran
Dan ketidak peka-anSelamat jalan, masa lalu
KAMU SEDANG MEMBACA
83 Puisi Cahaya Bulan
PoetrySajak-sajak terbuang, yang kami kumpulkan dari ruang kosong percintaan.