HANYA SEBUAH RANGKAIAN KATA YANG DI BENTUK MENJADI SEBUAH KALIMAT.
"Aku tak tau bagaimana diriku. Tapi kata orang diriku terlalu naif untuk dunia penuh kebohongan ini." ~Human.
***
Rambut violetnya yang berkilau semakin bersinar di bawah sinar rembulan. Angin malam dengan lembut menerpa wajah putihnya. Mata yang semula terpajam mulai terbuka.
Netra berwarna biru dengan violet yang bercampur itu bersinar terang. Kilauan dari kunang-kunang menyinari tubuhnya, bibir merah segar itu tersenyum lembut dengan tatapan yang begitu polos.
"Bagaimana, aku tidak mengetahui apa yang mereka maksud. Apa sepolos itukah diriku?"
Gumaman demi gumaman lembut yang mengalun merdu membuat keheningan yang semula tercipta mulai terisi. Gaun putihnya yang indah berayun lembut.
Kakinya yang tidak terlalu panjang melangkah lurus menuju suatu tempat, hamparan bunga daisy serta lavender mulai tertelan jarak seiring kakinya melangkah.
Matanya menatap sayu kedepan, jurang tanpa dasar yang begitu gelap nan menyeramkan menyambut indera penglihatannya. "Kalaupun aku berbuat jahat, aku takkan tega. Jadi menyakiti diri sendiri adalah pilihanku,"
Bisikan lembut bagai angin kematin mengiringi langkahnya yang kian mengikis jarak antara dirinya dengan jurang. Kabut hitam mengelilinginya membuat kedua netranya yang semula berwarna perpaduan biru dan violet kini berubah menjadi emas yang berkilau.
"Pergi membawa luka, atau hidup menciptakan duka,"
Wush!!
Grep!
Duak!
Tubuh mungil yang semula akan terjatuh di jurang kini tertelan dalam dekapan seorang lelaki jangkung. Tangannya yang sempat memukul tengkuk gadis tadi kini merengkuh kuat tubuh mungilnya.
"Bodoh, kenapa dirimu ingin melakukan hal segila ini!"
Dengan kekuatan teleportasinya, lelaki jangkung serta gadis mungil tadi menghilang dalam sekejap.
Mereka tiba di sebuah bangunan megah berhias kristal violet yang begitu menawan. Kilauan-kilauan kristal violet tersebut memancarkan cahaya yang cerah namun tak terlalu menyilaukan.
Seorang wanita cantik yang tampak masih muda menatap penuh kejut pada dua anak manusia berbeda jenis itu. "Astaga, ya Tuhan! Ada apa dengan Sophia, Lakashya!"
Lakashya Oliver Madhava, lelaki jangkung dengan netra putih itu menatap tepat di netra biru milik wanita tadi.
"Dia ingin menjatuhkan dirinya di jurang, dan aku menyelamatkan Sophia dengan membuatnya pingsan," paparnya dengan tatapan yang tetap datar.
"Bawa dia ke kamarnya, setelah itu jelaskan apa yang kau maksud secara jelas!"
Sihir teleportasi kembali digunakan oleh Lakashya diikuti oleh wanita tadi. Sebuah pintu besar bercorak sebuah bunga lavender dengan daisy yang terukir indah itu mulai terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Or Protagonis(?)
FantasyTerjangan angin yang begitu kuat menghempaskan beberapa orang yang berada di hamparan luas berisikan banyak pepohonan. Rambut violetnya yang cerah tampak menampilkan sedikit rambut hitam di bagian kiri serta kanan. Senyuman sinis terpatri di bibir m...