"Lo nggak capek?! Lo ngga capek kaya gini terus?!"
Walau terus menerus mengoceh, namun Sadewa tetap mengobati adiknya dengan telaten.
Walau terasa sangat perih Nakula memaksakan tersenyum, kemudian menggeleng.
"Ayah kayak gini karna sayang sama gue. Ayah juga sayang sama kak Dewa, makannya dia kerasin kita. Dia cuman mau yang terbaik buat kita,"
Sadewa mengepalkan tangannya, sejenak ia terpejam.
"Dia itu gila Nakula!! Dia gila! Mau sampai kapan lo munafik kayak gini?!!"
"Nggak! Ayah nggak gila! Bunda ngga pernah bilang gitu!"
Sadewa menghela napas kasar,"Kalau seandainya bunda masih ada. Dia bakal ngelakuin hal yang sama kayak gue ke elo!".
Nakula tertunduk. Bukan itu yang dirinya maksud. Dia harus menerima semuanya.
Kepergian bunda sudah cukup menjatuhkannya, ia tak mau kehilangan siapapun lagi.
Sadewa tak mengetahui semuanya, ia jarang sekali di rumah.
~•~•~•~
Ketakutan masih merasuki dirinya.
Ia tidak bisa konsen belajar.Tangannya gemetar hebat, entah apa yang terjadi dengan tubuhnya. Bahkan badannya menggigil dan terasa panas. Tidak, dia tidak boleh sakit.
"Ayah harap kamu ngga akan pernah lupa Nakula!!"
"Awas kamu Nakula!!".
Ancaman Pandu tiba tiba saja berteriak di kepalanya.
"Arghh!!"
Nakula memukuli kepalanya sendiri,"Enggak enggak!! Enggak!!".
Tangannya gemetar merogoh laci mejanya. Dua obat obatan ia keluarkan.
Tak terhitung berapa yang mulutnya telan demi menenangkan dirinya.
Nakula duduk di pojok ruangan melipat lutut sebatas dada. Rasa sakit di kepalanya masih ada, padahal ia sudah menelan aspirin.
"Enggak!! Enggak!! Sadar Nakula!!"
"Semua bakal baik baik aja!".
~•~•~•~
Siang ini mentari bersinar terik. Panasnya hampir di atas rata rata.
Seluruh tubuh Sadewa terguyur keringat. Sudah lebih dari satu jam ia berdiri menghormat pada tiang bendera.
Disampingnya Kelana pun turut melakukannya.
Dia terkekeh ringan mendengar keluhan adik kelasnya sedari tadi."Duh panas banget.. Kapan selesai sih ini?!"
"Di kira kerupuk apa ya?! Main jemur jemur aja!".
Tentu saja kedua murid ini dihukum bukan tanpa sebab. Seperti biasa Sadewa lupa mengerjakan pekerjaan rumah, lebih tepat mengabaikannya. Dan Kelana datang terlambat.
"Mingkem berisik banget!"
"Apaansi ngga suka?! Ya udah sana pergi jauh jauh!"
"Lu yang harusnya pergi. Udah biasa gue di sini!"
"Ngga seharusnya juga aku di sini bareng kak Dewa!"
"Udah salah ngga mau ngaku dih!"gumam Sadewa seraya membuang muka.
"Biarin!".
"Kelana!"Nakula datang menghampiri mereka berdua.
Jam istirahat telah tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diverso ma uno
HumorMereka yang bersama tak harus selalu sama. Ada kala dimana mereka harus hidup dengan dunia masing masing. "Kak Dewa pulang ya?" "Nggak!" "Gue takut.." "Lo udah gede nggak usah manja!". Dunia selalu sulit di tebak. Mereka yang kini di naikan hingga...