HANCUR

12 5 11
                                    

Seperti biasa. Pagi ini Nakula awali dengan senyuman ceria. Kisah tadi malam anggap saja sudah berakhir. Ia membawa sepiring roti panggang buatannya untuk Sadewa.

"Kak Dewa belum sarapan kan? Gue buatin-"

Belum selesai bicara, Sadewa segera menepisnya. Ia berdiri tak melirik Nakula sedikit pun. Tanpa basa basi Sadewa melangkahkan dirinya pergi berangkat sekolah.

Senyuman manis di bibir Nakula tak memudar, ia menambahkannya semakin lebar. Semua harus di terima dengan ikhlas.

"Den.. Kemarin den Dewa nitip ini sama bibi. Katanya buat aden.. Dari.. Oh dari Kelana katanya!"bi Ningrum menyerahkan sekotak makan teddy bear  berukuran kecil.

"Kelana?"

"Iya den!"

"Oh iya makasih bi!".

Nakula membawanya pada meja makan. Matanya berbinar binar menatap kotak makan tersebut.
Untungnya makanan ringan yang di letakan di dalamnya, sehingga tidak cepat basi.

Ia menghabiskannya selagi ada waktu sebelum berangkat sekolah.

~•~•~•~

Tepat pukul 06.25 dirinya sampai di sekolah. Halaman ramai di penuhi murid murid. Mereka berhamburan menuju kelas masing masing.

"Kak Nakula!"
Tubuhnya di hantam pelukan hangat dari Kelana.

"Lama banget nggak ketemu. Kemarin kenapa nggak berangkat? Sakit apa? Udah sembuh?"

"Baru juga sehari. Lebay lo!"

"Bisa nggak sih sekali aja ngehargain perasaan orang?! Heran,"

"Makasih camilannya! Enak!"bisik Nakula tepat di samping wajahnya.

Kelana menegang sesaat, kemudian tersipu malu. Ia membuang muka menahan senyum malu.


~•~•~•~


Jam istirahat ini Nakula tak melihat kakaknya. Biasanya mereka pergi ke kantin bersama. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru koridor. Nihil. Bahkan anggota Zereus tak ia temukan satu pentolan pun.

~•~•~•~

Selesai membayar pesanannya, Nakula berjalan mendekati kakaknya yang ternyata sudah berada di kantin. Seperti biasa Sadewa menghabiskan waktunya bercengkerama dengan inti Zereus.

"Kak Dewa belum makan kan?"Nakula menyodorkan satu cup makan siang sembari tersenyum lebar.

Sadewa meliriknya datar. Ia menyambarnya hingga terjatuh di lantai, setelah itu berjalan pergi dengan sengaja menyenggol bahu Nakula.

Sang adik hanya bisa tersenyum dan menatap nanar makanan yang terjatuh. Dengan telaten ia memungutinya.

"Na, biar gue bantuin!"Arjuna hadir turut serta memunguti.

"Lo nggak papa kan Na?"Galang menepuk pundaknya.

"Ngga kok! Gue pasti buat salah sama dia,"

"Lo yang goblok!"kilah Arsen.

Semua langsung menoleh kompak. Tanpa aba aba pun Arsen juga pergi meninggalkan kantin. Mereka hanya saling melempar tatapan heran. Tak mengerti.

~•~•~•~

Kelana sibuk mendengarkan ocehan Nakula yang menerangkan setiap rumusan pelajaran. Mereka hanya berdua di dalam kelas seni, yang Nakula pinjam untuk mengajari Kelana. Terkadang mereka tertawa bersama dan saling menjahili.

Diverso ma unoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang