UNGKAPAN WAKTU MASA LALU

9 3 11
                                    

Dua hari berlalu begitu saja. Hari libur akhir pekan telah tiba. Ini yang pastinya murid-murid tunggu.




Ponselnya berdering untuk yang kesekian kalinya. Semalaman ia tidak pulang kerumah. Pantas saja pagi ini dia disambut 306 panggilan suara, dan 203 pesan dari Nakula.

Maybe, jari Nakula sekarang sudah ber-abs. Ahaha.

Ia tidak ada niat untuk pulang. Tadi malam hanya dirinya yang menetap di markas.

"Brisik banget!"dirinya melempar ponselnya ke kasur.

Kakinya mulai melangkah keluar kamar, mencari cari sesuatu yang ia butuhkan.

Sadewa membuka kulkas, mengambil satu buah kaleng soda. Meneguknya hingga habis.

"Nih mana si?! Belum ada yang dateng,".

Deruman knalpot motor ricuh di depan markas.

"Lo duluan!"

"Ogah ya,"

"Berisik anjing!"

"Apa sih lu jun?!".

"Baru nyampe lu semua?"

"Lah bos? Lo tidur disini semalem?"Langit sedikit terkejut menyadari kehadiran Sadewa di ambang pintu masuk.

Hanya deheman balasan dari Sadewa.

"Gue bawa Go-pro yang kemarin gue pake buat bantai anak anak Rexxa,"Galang meletakannya di atas meja bundar.

"Lo bantai sendiri Lang?"tanya Saka.

"Menurut lo?"

"Wahh! Hebat lang. Buy the way nanti ajarin gue ya!".

"Biasa aja kali!"Langit meraup wajah Saka dengan telapak tangannya.

"Ish minggir lu monyet. Tangan lu asin!"

"Suruh siapa di jilat!".

"Simpen Go-pro ini jangan sampai kita kecolongan!"titah Sadewa.

"Gue ngga yakin,"
Lagi lagi Arsen memalingkan atensi mereka.

"Maksud lo?"

"Gue ngga yakin ini bisa bertahan lama di tangan Zereus,"

"Lo ngeraguin kita?!"emosi Galang mulai terpancing.

"Menurut lo?".

Arsen pergi meninggalkan mereka semua keluar. Derap suara gas motor miliknya mulai terdengar nyaring, kemudian perlahan menjauh.

"Dia kenapa si?"Langit menggeleng membalas pertanyaan Arjuna.

"Gue jadi curiga sama dia,"ucap Galang.

~•~•~•~

"Lo ngga bosen?"
Nakula menggeleng.

"Keluar sebentar aja. Lo dari tadi cuman belajar terus kerjaannya!"

"Ngga papa. Bentar lagi mau diadain Olimpiade Sains. Gue harus semangat belajar!"

"Lo jadi ikut?".

Nakula meremas pulpen ditangannya.
"Ya ikut lah! Biasanya juga gue ikut!"

"Lo bohong! Gue ngga pernah liat penipu sebaik elo,".

~•~•~•~



Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Serasa ada seseorang yang membuntutinya di belakang. Jalanan yang senyap dan dingin menambah suasana horor. Bukan, hantu hantu seperti di film horor yang terlintas di benaknya. Namun, penjahat yang bisa melukainya kapan saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diverso ma unoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang