Bag 4

116 13 0
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 4 | Ketiban teknik barunya Iqbaal

***

Lama nggak next. Sibuk uts, nilaiin tugas anak-anak, urus adm sekolah, design banner, de el el.  Keteter deh semua cerita. Maklumi yaaaa.

Terima kasih sudah menunggu ❤

Happy Reading~

***

(Namakamu) meneguk air minum pemberian Steffi sampai tandas. "Jadi santriawan baru yang kata lo lebih ganteng daripada Abdul Sehun my sweety bunny sexy gue itu dia?!" (Namakamu) bertanya dalam satu tarikan napas. Beruntung mereka sedang berada di kelas yang belum ramai.

"Iya."

"Terus dia ... satu kelas sama gue?!" (Namakamu) semakin histeris.

"Makannya (Namakamu), kalau ke toilet itu jangan nongkrong ke kantin dulu. Kayaknya lo nggak ada deh waktu dia perkenalan di depan kelas," ujar Steffi.

Dianty yang duduk di sebelah (Namakamu), menyodorkan lagi air dalam gelas aqua yang masih utuh. "Kamu masih kepedesan, (Namakamu)?"

"Sekarang gue ngerasa kayak ke bakar," gumam (Namakamu) frustasi.

"Kebakar kenapa (Namakamu)?" Dianty nampak panik.

"Otak gue meledak. Muka gue berasep. Huaaaaaaah. Muka gue mau dipajang di mana ini, huh?!" (Namakamu) menggeleng sambil menangis sesengukan. Menangis yang dibuat-buat.

"Tenang aja kali. Hari ini kan nggak ada mata pelajaran yang harus digabung sama santriawan," kata Steffi. Steffi mengambil gelas aqua dari Dianty, menubles sedotan ke permukaan, lalu meneguk air minum itu sampai habis setengahnya.

"Se ... serius?!" (Namakamu) meminta jawaban dari Steffi. Namun, Steffi malah memutar badannya, membelakangi (Namakamu), bahkan sempat menjulingkan bola matanya karena malas meladeni.

"Iya, (Namakamu). Hari ini kita belajar Fiqh perempuan." Dianty berinisiatif menjawab kekhawatiran (Namakamu).

"Alhamdulillah YaAllah!" (Namakamu) ingin sujud syukur saja rasanya. Setelah membuat dirinya memalukan di depan orang yang sama sebanyak dua kali, dia belum berkenan untuk kembali melihat Iqbaal.

"Permisi. Antum yang namanya Dianty?"

Seseorang mendatangi meja Dianty.

(Namakamu) melihat Dianty mengangguk dan tidak lama, orang itu menyodorkan sebuah surat pada Dianty.

Dianty menerimanya dan mengucapkan salam serta embel-embel terima kasih sebelum orang itu beranjak pergi.

Karena penasaran, (Namakamu) dan Steffi segera mendekat pada Dianty. Keduanya melempar tatapan menelisik yang begitu ketara.

"Itu apa?"

"Surat." Dianty tersenyum tipis. Kemudian memasukkan sebelah tangannya ke kolong meja. Tempat di mana, surat-surat yang lain diamankan dan terkumpul dengan baik.

(Namakamu) menganga. "Sebanyak itu? Dari siapa?!"

"Coba Dant gue lihat!" Steffi mencium aroma amplop putih tersebut. "Ini pasti dari Karel. Aroma citrus itu parfum punya dia."

"Karel siapa?" Hanya (Namakamu) sepertinya orang yang tidak tahu apa-apa di sini.

"Ini tuh namanya surat cinta (Namakamu)! Dianty sering dapat kiriman surat dari santriawan lewat santriwati yang kebetulan tahu atau kenal Dianty." Steffi memaparkan sebelum Dianty angkat suara. "Dianty tuh banyak secret admirer-nya. Tapi dianya cuek aja. Seakan muka setiap santriawan itu rata semua. Nggak ada yang menarik." Steffi menyikut lengan Dianty. "Iya kan, Dant?" tanyanya mengafirmasi.

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang