Bag 13

109 10 0
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 13 | Layang-layang

***

Bantu tandain typo, ya.

Nggak dicek lagi langsung dipublish, soalnya.

Don't forget to vote ^^

Happy Reading ❤

***

(Namakamu) duduk berhadapan dengan Kak Agil di bangku berlapis kayu jati yang tidak jauh dari kantin. Setidaknya, hanya bangku ini yang tidak berpenghuni. Setelah menemui Kakaknya tadi pagi, (Namakamu) meminta pada Agil untuk kembali bertemu dengannya di jam istirahat. (Namakamu) sama sekali tidak mengira kalau Kak Agil bukan sekadar melakukan kunjungan tapi, dia akan berada di pesantren ini selama satu minggu. Sampai hari pelepasan santriawan dan santriwati di pesantren Darrul Ulum usai. "Kakak serius? Jadi ... apa barusan?"

Agil tertawa pelan. "Jadi panitia. Kakak harus ... ya, kasih kontribusi. Saat ini kalau Kakak belum bisa bantu lewat dana, Kakak bisa bantu lewat kemampuan organisasi yang Kakak punya. Gitu (Namakamu)."

(Namakamu) mangut-mangut. "Sebelumnya, Kakak udah pulang ke rumah?" tanya (Namakamu).

"Udah."

(Namakamu) menautkan alisnya. "Terus? Kakak tidur di mana? Kan, kamar Kakak kosong. Nggak ada barang apa pun."

Agil bersedekap. "Kakak bisa tidur di mana lagi selain di kamar kamu."

Hati (Namakamu) mencelos. Ingatan (Namakamu) tertuju pada tampilan kamar yang dia tinggalkan saat terakhir kali menempatinya. Di belakang pintu, ada tulisan 'Saranghaeyo Sehun💋' yang ditulis memakai huruf besar dan ... warnanya pink. (Namakamu) mengukir tulisan itu menggunakan spidol berwarna pink. Selain itu ... di atas cermin (Namakamu) memasang poster EXO. Sarung dari gulingnya adalah wajah Sehun. Sandal di kamarnya wajah Sehun. Lampu jalar yang dia hias dengan photo palaroid ... semuanya wajah sehun. Sehun! sehun! sehun! (Namakamu) menjambak khimarnya. Sehun ada di mana-mana. Lalu, mata (Namakamu) menelisik Agil lamat-lamat. 'Apa Kakak tidur sambil peluk guling yang ada Sehunnya? Hiks ... cringe.'

"Kamu kenapa, (Namakamu)?"

Mata (Namakamu) mengerjap. Tubuhnya yang semula bersandar pun langsung tegap. "Ah, itu ... apa Kakak kaget lihat kondisi kamar aku?" (Namakamu) sangat berharap kalau Kakaknya menjawab 'tidak'. Namun, yang dia dapati justru anggukan kepala dari Kak Agil.

"Kakak nemuin banyak foto laki-laki di kamar kamu (Namakamu). Yah, meski pun lebih ganteng Kakak ... tapi, foto-foto itu mengganggu. Jadi Kakak copot semuanya--" Belum selesai menjelaskan, Agil melihat (Namakamu) yang tiba-tiba berdiri.

"Kakak copotin semuanya?!"

Kepala Agil mengangguk.

"Terus? Di kemanain?"

Agil mengusap lehernya. "Kakak kasih ke Mama."

(Namakamu) sedikit menganga, dia mengigiti kuku jarinya. "Kalau dikasih ke Mama pasti ... semua foto itu dibakar."

"Dibakar?" Agil tidak berharap kalau (Namakamu) akan meledak-ledak karena marah.

"YEAYYYYYYYYY!" (Namakamu) berjingkrak-jingkrak dengan riang.

Agil menjatuhkan rahangnya. "Kamu nggak marah?"

(Namakamu) berhenti tertawa. "Ya nggak lah Kak! Justru, kalau Mama bener bakar semuanya aku nggak perlu repot-repot singkirin semua hal tentang Sehun yang ada di kamar aku."

Agil menggeleng. Merasa sedikit lega juga, tentunya. "Jadi, namanya Sehun?"

(Namakamu) menyengir. "Jangan disebut lagi Kak. Aku lagi berusaha move on."

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang