Bag 5

125 12 0
                                    

"I'm Not Yusuf AS." Bag 5 | Filsuf Chalange

***

Hallo.

Baca ini pas lagi ngapain?

Semangat kan puasanya? Kurang lebih satu minggu lagi udah mau idul fitri yaaa.

Karena mau idul fitri, sebenarnya bukan karena itu aja sih ... hari biasa sekali pun harus berbenah diri: memaafkan kesalahan orang lain yang mungkin pernah berbuat salah pada kita baik sengaja atau tidak.

Memaafkan itu mendamaikan lho hehe.

Happy Reading❤

***

Cahaya terik matahari membuat (Namakamu) melepekkan khimar peach-nya hingga layu seperti bunga yang tidak disiram. (Namakamu) berjalan gontai di belakang Dianty dan Steffi. Di bekalang (Namakamu) masih ada santri yang lain. Yang pada jam pelajaran hari ini sama-sama mendatangi taman pesantren untuk memetik bunga atau mengambil benda mati di sini. Tentu saja, untuk memenuhi chalange Ustad Rayhan yang hari ini mengisi kelas mereka. (Namakamu) merutuk dalam hati. Biasanya kan, ustad atau ustadzah di pesantren itu tidak memberi tugas yang menyusahkan sampai harus turun ke luar seperti ini. Memang sih, Ustad Rayhan itu salah satu pengajar yang lama mengenyam ilmu di Eropa, katanya. Jadi cara mengajarnya modern, dan menantang untuk santri yang usianya terbilang masih remaja. Remaja itu harus mau berpikir, harus menjadi poros penggerak, bukan diam di tempat atau menelan semua ilmu saja. Ilmu tidak akan ada tanpa proses berpikir dan penelitian. Bahkan Allah SWT saja dalam Al Qur'an memerintahkan hambanya agar selalu menggunakan akal.

"Aku udah dapat apa yang mau aku ambil!" Dianty bersorak sambil berlarian ke pinggir taman.

Suara Dianty membuat (Namakamu) mendongak.

"Gue juga!" Steffi berbelok ke seberang.

Semua orang sibuk mencari. Bahkan beberapa sudah ada yang mendapatkan benda untuk dibawa ke kelas. (Namakamu) melenguh. Bingung. Benda apa kiranya yang akan dia pilih?

"Cantik kan (Namakamu)?" Dianty menunjukkan bunga dandelion pada (Namakamu).

"Mm. Lo ambil bunga itu, udah pikirin maknanya Dant?" tanya (Namakamu).

"Udah." Dianty tersenyum lebar. "Kamu mau ambil apa (Namakamu)?"

"Apa ya? Kalau ambil batu boleh nggak?" (Namakamu) balik bertanya.

"Batu? Emangnya lo itu Patrick temennya Spongebob, (Namakamu)? Nggak ada pilihan lain apa." Steffi yang baru datang menerobos pembicaraan dengan sewot. Di tangan Steffi ada selembar daun pandan. Sepertinya Steffi menjatuhkan pilihannya pada daun pandan.

"Ih, kenapa memangnya? Kan batu juga punya makna," protes (Namakamu).

"Terserah lo deh." Steffi menghela napas. "Berdo'a aja semoga benda yang lo ambil nggak masuk ke pilihan acaknya Ustad Rayhan. Kalau misalnya kepilih, lo mau jawab apa coba? Sebongkah batu bisa jadi rumah di Bikini Buttom, hm? Atau batu bisa dibawa ke hotel pencakar langit kayak punyanya Mr. Crab? Squidwad aja sampai bete gara-gara ulah Patrick," tutur Steffi.

(Namakamu) mendengkus, lalu menggeleng lesu. "Gue yakin lo punya dendam tersendiri sama Patrick ya, Puy? Padahal kan Patrick itu pink, lucu, walau pun sengklek dikit sih otaknya. Tapi dia pernah jenius kok, di episode waktu Patrick sama Spongebob main seluncur di atas tebing--"

Dianty melerai kedua temannya sebelum pembicaraan (Namakamu) dan Steffi semakin kacau. Mereka berdua memang biang ribut. "Udah yuk. Kalau udah nemu, mending kita langsung ke kelas," ajaknya.

(Namakamu) melirik Dianty. "Bentar Dant!" (Namakamu) membungkuk, dia benar-benar mengambil sebongkah batu. Tidak tanggung-tanggung, (Namakamu) mengambil batu yang ukurannya lumayan besar.

I'm Not Yusuf AS [IqNam Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang