Prolog

89 64 140
                                    

Sepasang anak muda memandangi kota di rooftop rumah sakit. Seorang gadis duduk di kursi roda dengan wajah pucat pasi.

Ia menghirup udara pagi dalam dalam seakan akan esok tak bisa merasakannya kembali.

Di sampingnya seorang lelaki memakai seragam putih abu abu hanya memandang teduh gadis yang sedang tersenyum itu.

"Kan cantik kalau senyum kaya gini."

"Emang kapan gue engga pernah senyum? Luka di dunia aja gue ketawain."

Lelaki itu terkekeh pelan mendengarnya, ia tahu luka yang di hadapi gadis di depannya ini. Gadis yang ia pikir kuat dan pemberani mengubur luka banyak di dalam hidupnya.

Dan ini salah satunya, duduk di atas kursi roda salah satu luka yang harus gadis itu hadapi.

"Lo tau." Ia menoleh ke arah lelaki di sampingnya. "Gue engga berharap bersahabat dengan dunia, gue engga berharap dunia ngasih satu aja kebahagiaan yang gue mau."

Ia menghela nafas sesaat. "Dunia musuh gue dan gue bakal bersahabat dengan kematian sebentar lagi."

Ia menatap nanar perkotaan di depannya, memejamkan mata sesaat untuk mengubur luka yang ia rasakan.

lelaki di sampingnya meraih pergelangan gadis itu, menatap lekat lekat mata indahnya yang sayu.

"Dan gue... Gue bakalan jadi orang yang ngegagalin persahabatan lo dan kematian itu sendiri. Lo berhak hidup. Lo bisa masuk ke dunia gue, gue bakal kasih apapun yang lo mau. Bahkan dunia gue, hidup gue, semuanya milik lo."

Gadis itu tersenyum samar mendengarnya, lelaki ini yang menjadi sandaran ternyaman untuknya selama beberapa bulan yang lalu. Lelaki ini yang berhasil melihat air matanya jatuh kala semua orang menganggapnya gadis pemberani dan menyebalkan. Hanya lelaki ini, lelaki ini yang membuat ia mampu memperlihatkan sisi lain dari hidupnya.

Ia mengelus pipi kanan lelaki itu dengan mata berkaca kaca dan senyum tipisnya.

"Janji sama gue, lo harus hidup lebih baik lagi setelah ini, setelah kepergian gue. Semua orang engga bisa wujudin permintaan gue, gue harap lo bisa."

"Gue lelah, gue mau istirahat. Gue cape banget, gue mau ketemu tuhan. Mau minta peluk," lanjutnya.

Lelaki itu tidak tahan lagi untuk tidak memeluk gadis ini. Ia memeluk tubuh gadisnya erat seraya memejamkan mata menahan rasa sakit yang bergejolak di dalam hatinya. Naasnya air mata yang ia tahan sedari tadi malah keluar begitu saja.

"Jangan.. Jangan minta peluk tuhan. Peluk gue aja, tiap hari juga gppa. Kalau di peluk tuhan nanti gabisa balik lagi kesini," ucapnya parau karena air matanya kini sudah mendominasi.

"Atau labrak tuhan aja. Kan dulu lo bilang mau labrak tuhan. Labrak aja, gppa bikin tuhan marah biar lo ga di ambil tuhan. Pokoknya lo milik gue, milik gue, gue engga akan ngizinin siapapun milikin lo, bahkan tuhan sekalipun." Ia mempererat pelukannya seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu seraya terisak.

"Lo ngajak tuhan duel buat ngemilikin gue?" Tanya nya dengan terkekeh pelan. Gadis ini pun menangis, ia hanya tertawa pelan di sela sela tangisan nya.

Lelaki itu mengangguk. "Ya. Dan gue bakal menang."

"Sekalipun gue di milikin tuhan. Lo tetap pemenangnya."





karya pertamaku bantu vote dan coment yaa manteman ❤

100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang