Chava mengenal mereka, mereka anak anak Riverdos. Hubungan Chava dan mereka memang tidak terlalu baik, bahkan sering kali bertengkar.
Yang membuat Chava kaget, ia pikir Riverdos ada di sekolah ternyata sama bolos dengan dirinya.
Chava sendiri manusia yang terobsesi dengan leader Riverdos yaitu Samuel Tristan. Kata Chava Samuel itu cerminan hidup yang sempurna.
"Lo semua ngapain disini?" tanya Chava melirik mereka semua satu persatu.
"Lah, harusnya kita yang nanya. Cewek ngapain dateng kesini?!" gerutu Daffa.
"Bolos." Chava melengos ke arah kulkas setelah menjawab pertanyaan Daffa.
Ia membawa minuman botol di kulkas dan meneguknya setengah.
"Mendingan lo balik ke kelas deh, jangan ikut ikutan bolos. Lo cewek tapi kelakuan kek cowo anjir, mana make celana." Kini Darel ikut mengomentari kehadiran Chava.
Chava berjalan ke arah mereka dengan satu tangan memegang minuman.
"Emang kenapa kalau gue make celana? Yang aneh tuh cowok kalau make rok. Ya kan Qil?" Chava melirik Saqil si permaisuri Riverdos.
Saqil mengangguk dengan mulut penuh dengan mie ayam. Alasan Saqil mengangguk karena kalau malam dia suka berubah jadi kupu kupu malam yang mangkal di club dengan rok pendeknya.
Aken menyikut lengan Saqil. "Lo disebut aneh malah ngangguk anjir!"
"Ya kan ekeu mah emang aneh. Cowok tapi cantik hehe." Saqil berucap dengan suara kemayunya, eh suara banci nya.
Mereka hanya menggeleng dengan tingkah Saqil yang astagfirullah ini.
Berbeda dengan Raffa, anggota Riverdos yang satu ini memandang Chava tanpa berkedip. Tentu saja, dari sekian banyak temannya hanya dia yang selalu senang dengan kehadiran Chava. Calon pacarnya yang mustahil.
Riverdos terdiri dari enam orang anggota dengan leader mereka Samuel Tristan.
Ada Daffa Alfarel musuh besar Chava, walaupun kebanyakan dari mereka sama sama membenci gadis itu, tapi Daffa satu satunya yang sering bertengkar dengan Chava bahkan tak jarang mereka saling memukul satu sama lain.
Yang kedua ada Darel Kavindra, si anak basket dan si peringkat pertama di kelasnya. Buat dia walaupun ikut ikutan geng seperti Riverdos otak harus tetap encer. Supaya seimbang antara kekurangan dan kelebihan.
Yang ketiga ada Raffa Malik Ibrahim , si tukang gombal, kang godain cewek sana sini, kang ngeluh soal kemiskinan hidup sampai langganan di traktir Samuel.
Yang ke empat ada Rakendra Ajail biasa di panggil Aken, kang bawa rokok ke tongkrongan, kang cemilan, pokoknya apapun yang ada di grosir orang tuanya di bawa begitu saja, lebih tepatnya di curi. Karena kebetulan keluarganya punya grosir yang cukup besar. Aken ini tipikal manusia yang bijaksana, tidak suka ikut campur yang bukan urusan dengan penyerangan Riverdos.
Yang ke lima ada permaisuri Riverdos, yaitu Saqil Mahardika. Kalau siang namanya Saqil kalau malam namanya Sarah, itu kata dia.
Saqil bilang dia umatnya lucinta luna, impiannya mau operasi biar cantik kaya neng lucinta luna katanya. Tapi kalau engga ada duit buat operasi engga apa apa, mau jadi kaya pasangan guy jerman aja biar viral terus di tiktok.Satu hal lagi, Saqil ini atheis jadi engga usah nyuruh dia taubat oke.
Dan tentunya yang paling istimewa incaran para siswi SMA Angkasa dan most wanted nya yaitu Samuel Tristan. Si jago bela diri karena ayahnya guru silat, ketua basket, si tampan dengan tubuh sempurna. Kekurangannya hanya satu, otaknya di bawah rata rata, kadang suka minta contekan dari Darel.
Chava duduk di samping Saqil, Daffa menatap tak suka kehadiran Chava, Aken mah bodo amat, ia sibuk dengan rokoknya sementara Darel setia mengaduk ngaduk es jeruk tidak tahu apa yang sedang lelaki itu cari di minumannya.
"Cha, lo pasti abis di panggil lagi Pak Nandan kan?" Chava mengangguk dengan pertanyaan Aken.
"Ck, engga capek lo," lanjut Aken.
"Emang lo semua cape? Kan lo semua langganan pertama Pak Nandan, gue mah langganan kedua." Chava mengambil kentang goreng di piring dan mencoelkan nya ke saus, engga tau punya siapa, makan aja.
"Sama sama langganan Pak Nandan. Duh jangan jangan kita...." Raffa menggantung kalimatnya, menatap kagum ke arah Chava dengan senyuman bodohnya.
"Jangan jangan kita..." ulangnya lagi dan lagi lagi menggantung kalimatnya.
Darel menoyor kepala Raffa dari tadi bicara di gantung terus.
"Lo mau ngomong apa sih anjir?"
"Ngapain noyor gue sialan. Gue mau Chava yang nebak. Jangan jangan kita... Jodoh gitu." Chava menggeleng dengan tingkah Raffa yang selalu menggoda nya.
"Iw gamau gasuka gelayyy!" kini Saqil bersuara dengan bergidik jijik melihat tingkah Raffa.
"Lo pikir gue engga gelay deket lgbt kaya elo hah!" Raffa berbicara ngegas.
Saqil menelan cepat mie ayamnya, mengusap bibirnya yang berminyak dengan punggung tangan lalu menatap ke arah Raffa.
"Bilang sekali lagi gue cipok lo!" Kini suaranya terdengar tegas. Saqil memang seperti itu kalau kesal suara laki nya keluar. Kalau happy yang keluar suara banci.
Raffa spontan menutup bibirnya dengan tangan, Aken tersenyum tipis melihat pertengkaran itu.
"Anjing gila lo Saq!" Raffa masih menutup bibirnya.
Sementara Saqil malah cekikikan sekarang.
"Bercanda sayang." Kini suaranya kembali lembut. Saqil kembali menyantap mie ayam nya yang memang belum habis karena dia pesan dua porsi.
"Kalau Samuel liat lo disini, dia bisa marah besar," ucap Daffa kepada Chava dengan wajah datar.
Chava mengangkat kedua bahunya tak perduli. "Bodo amat. Gue emang mau ketemu dia. Dimana dia sekarang?"
"Toilet," jawab Saqil.
Chava langsung menoleh ke pintu toilet yang tidak jauh dari sana.
"Lama amat."
"Sakit perut di jailin si Saqil." Aken menjelaskan kepada Chava.
"Lagian si sayang wajah aja sangar. Makan pedes nangesss. Iw malu." Saqil kembali menggerutu.
"Nyariin yang gaada. Sama abang Raffa aja mendingan." Raffa mengusap rambutnya dengan so tampan.
Chava hanya memutar bola matanya malas.
Vote dan coment nya manteman ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
100
Teen FictionSeorang gadis yang hidup penuh luka berusaha memecahkan alasan kebencian ayahnya terhadap dirinya dan berusaha meluluhkan hati lelaki yang ia cintai. Tapi hidupnya dipenuhi misteri. Dari mulai terror yang terus menganggu nya, seseorang menyeramkan y...