#04 Saqil dan Bu Ratih

31 19 31
                                    

Chava berdiri di rooftop sekolah dengan rokok di tangannya.Ia memandangi halaman sekolah dari atas sana. Walaupun tadi ia memberikan sebungkus rokok nya kepada Pak Nandan tenang saja dia masih punya cadangan yang ia sembunyikan di rooftop, tepatnya di balik genteng sekolah SMA Angkasa.

"Ngerokok mulu sis." Saqil berjalan ke arahnya dengan tangan bersedekap dada dan langkah gemulai nya.

"Dari pada ngelonte mulu!" Chava menjawab tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ck. Suka bener kalau nyindir."

Saqil berdiri disamping Chava menghirup udara dalam dalam. Ini sudah jam pelajaran, tapi karena mereka berdua melanggar aturan sekolah alhasil keduanya tidak di perbolehkan masuk kelas. Dan itu membuat mereka senang.

Chava menawarkan rokok kepada Saqil dengan cepat lelaki gemulai itu mengangkat tangannya.

"Gue engga ngerokok."

Chava kembali memasukan bungkus rokok ke jaket kulit hitamnya.

Hening beberapa saat, hanya ada kepulan asap rokok yang membumbung di udara.

"Stok rokok lo banyak juga ya."

"Setara lah sama lipstick cadangan lo!"

Saqil tersenyum miring, cibiran Chava selalu tepat sasaran. Bersama perempuan Saqil tidak terlalu gemulai, suaranya tidak selembut ketika ia bersama laki laki. Tentu saja, karena hasratnya bangkit ketika bersama lelaki saja.

"Gue mau pulang. Kalau mau bilang pak Nandan bilang aja." Chava membuang dan menginjak puntung rokoknya sebelum meninggalkan rooftop.

Saqil hanya tersenyum miring melihat punggung Chava yang kian menjauh.

💥💥💥

Chava menuruni anak tangga, ia melewati koridor hendak kembali memanjat dinding belakang sekolah.

Tapi kala ia melewati kelas Samuel, langkahnya melambat. Ia melihat ke arah jendela, siswa disana sedang menunduk melihat kertas putih di atas meja, terlihat dari mereka sedang berfikir, ada juga yang melirik kanan kiri. Ulangan fisika yang di pimpin oleh guru killer membuat kelas itu hening.

Chava melihat Samuel yang diam diam menyalin jawaban dari Darel.

Tok tok tok

Bu Ratih menoleh ke arah pintu, mereka yang tadinya sedang fokus pun ikut mengalihkan pandangannya pada seorang gadis bercelana abu abu dengan jaket hitam melekat di tubuhnya.

"Ada apa Chava?"

"Apa saya boleh ikut ulangan?"

"Tidak. Kelas kamu ulangannya besok. Lagian bukannya kamu lagi di hukum?"

"Ya. Tapi besok saya ga bisa sekolah. Saya izin besok bu. Terus saya harus ulangan susulan kalau besok ga hadir kan? Nambah kerjaan buat ibu."

Bu Ratih menghela nafas, ada benarnya juga.

Sedangkan di pojok sana Samuel tampak mendengus kesal dengan kehadiran Chava. Sudah cape-cape kemarin ia sembunyi sekarang ketangkap basah.

"Yaudahlah masuk. Ada kursi kosong di belakang Samuel."

Chava menoleh dan Samuel memberikan tatapan tajam ke arah gadis itu. Begitupula dengan Daffa dan Darel, Aken mah bodo amat, ulangan fisika nilai sempurna jauh lebih penting dari pada kehadiran Chava.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang