#03 Makhluk pelanggar aturan

65 42 87
                                    

🎵Yamet kudasi.... Yamet kudasi
Bang yamet parake dasi
ara ara kimochi... Ara ara kimochi
Bang ara parake peci🎵

"Woy hp siapa sih tuh anjing?!" kesal Daffa mendengar lagu yang akhir akhir ini viral di sebuah aplikasi. Mana yang nyanyi ibu ibu lagi.

"Bukan hp gue," jawab Aken.

Raffa segera merogoh ponselnya di saku lalu cengegesan ke arah Daffa.
"Hehehe hp gue. Ada yang telpon."

Raffa sedikit menjauhi teman temannya yang sedang berkumpul di pojok kelas.

Samuel berdecak dengan tingkah Raffa yang selalu mengikuti hal hal yang sedang viral.

Saqil tak jauh menyebalkan, anak itu sedang berjoged pargoy dengan ponsel yang ia simpan di meja untuk memvideo dirinya lalu di upload di salah satu aplikasi, katanya biar hits.

Darel yang notabennya paling pintar di Riverdos sedang sibuk membaca buku karena setelah jamkos ada ulangan fisika. Yang lain hanya menyerahkan nilai kepada Darel saja, kalau nilai Darel baik yang lain sudah pasti baik pula.

"Gila lo, Sam. Lo diem di toilet hampir sejam setengah kemarin cuman nungguin si Chava pergi dari warung bi Inah?" tanya Daffa yang disambut anggukan oleh Samuel.

"Lo engga ambeyen kan sekarang, Sam?" Tanya Aken.

"Ya kaga lah!"

"Si Chava kemarin ngeliatin pintu toilet terus. Berharap lo keluar," seru Darel tanpa mengalihkan tatapannya dari buku."

Samuel mendengus. Chava selalu mengejarnya selama tiga tahun ini, dari awal ia masuk SMA Angkasa gadis itu terang terangan menunjukan rasa sukanya.

Ratusan kali Samuel menolak tapi rasanya penolakan dari dirinya di anggap angin berlalu oleh gadis itu, sampai sampai Samuel berusaha untuk sembunyi ketika Chava ada di dekat dirinya dan anak anak Riverdos.

"Aauuww.. Aus bangett aku. Ada yang punya minum?" Saqil menghampiri mereka dengan peluh di wajahnya karena kelelahan joged pargoy di kelas. Ia mengibas ngibaskan tangannya di wajah.

"Minum air comberan noh!" jawab Daffa sinis.

"Ih sinis amat bang ganteng ini. Gemess dehh ihh." Saqil mencolek dagu Daffa gemas yang disambut tatapan tajam dari Daffa.

"Jijik anjing Saqil!" Daffa langsung menjauh dari Saqil dan lebih memilih duduk bersama Darel.

"Dah ah, mau dandan dulu." Saqil mengeluarkan cermin bulat dari sakunya.

"Tuh lipstik aku udah ilang... iihhh kesel deh... gara gara makan saus kacang tadi eum. Sayang aku ke toilet dulu ya. Bye." Saqil melambaikan tangan ke arah Samuel dengan kedipan mata di akhir kalimatnya.

Samuel hanya mengibaskan tangan di udara menyuruh Saqil segera pergi tanpa melihat wajah permaisuri Riverdos itu. Permaisuri banci.

Aken dan Darel menggeleng dengan kepergian Saqil sementara Daffa menatap jijik punggung Saqil yang semakin menjauh.

"Lo gaada niatan kick dia dari Riverdos, Sam? Makin di biarin makin gila si banci itu!" protes Daffa kepada Samuel.

"Kita masih ngebutuhin dia. Dia satu satunya yang paling di takutin black wolf kan."

Black wolf musuh besar Riverdos sedari dulu. Black wolf yang notaben nya keras dan kejam terkenal dimana mana. Pertikaian keduanya terjadi setelah matinya salah satu siswa SMA Angkasa yang dibunuh oleh mereka.

Doni Ariandi, siswa kutu buku yang meninggal karena di keroyok oleh Black wolf.

Dan anehnya, sekejam kejamnya Black Wolf mereka takut dengan permaisuri Riverdos, Saqil Mahardika.

💥💥💥

Pak Nandan menghela nafas beberapa kali seraya berjalan mondar mandir. Ia berusaha menetralkan emosinya yang meledak kala dua siswa sekaligus melanggar aturan sekolah.

Ia menunjuk dua siswa di hadapannya.

"KALIAN! KALIAN!"

"KENAPA SELALU KALIAN YANG BUAT MASALAH HAH? TIDAK BISAKAH SELAMA SATU MINGGU INI SAYA TIDAK MELIHAT WAJAH KALIAN!"

Pak Nandan kembali mengatur nafasnya dengan memegang dadanya berusaha menenangkan diri.

"Kamu." Ia menunjuk Saqil.

"Dan kamu." lanjut menunjuk wajah Chava.

"APA KALIAN SEBANARNYA JIWA YANG TERTUKAR HAH?!"

Teriakan Pak Nandan membuat Saqil terhentak sampai kedua bahunya meloncat seketika.

Sementara Chava, ia dengan santai nya bersedekap dada seraya mengalihkan pandangan ke arah lain.

"LIHAT, YANG COWOK BIBIR MERAH BAWA LIPSTICK. YANG CEWEK PAKAI CELANA BAWA ROKOK!"

"Benar benar jiwa yang tertukar!" lanjutnya seraya memercak pinggang dan menggelengkan kepala.

Dan dengan polosnya Saqil dan Chava menukar barang mereka. Chava jadi memegang lipstick dan Saqil yang memegang bungkus rokok.

"Gini kan harusnya?" Chava mengacungkan lipstick yang ia pegang.

"Udah di tuker tuh pak," lanjut Saqil.

"M-maksud saya... Aaaarkkhh! sudahlah! Berikan rokok dan lipstick itu!"

Saqil dan Chava pun pasrah memberikan rokok dan lipstick nya.

"Katanya jiwa yang tertukar. Udah di tukar masih aja salah!" gumam Saqil pelan yang masih bisa di dengar pak Nandan.

"Otak kamu yang salah Saqil! Udah tau lakik malah pake lipstick. Ini juga, baru di tegur kemarin masih aja ngerokok!" Pak Nandan menatap tajam Chava.

"Kenapa sekolah ini harus di huni makhluk seperti kalian!"

"Sekarang mana ibu kamu Chava?Kemarin bapak minta ibu kamu datang kan? Jangan bilang kamu lupa bilang!"

"Ibu saya udah di suruh bangkit tapi masih aja tidur," jawab Chava santai.

"Ibu lo bangkit dari mana?" tanya Saqil.

Chava menoleh ke arah Saqil. "Bangkit dari kubur. Ibu saya udah meninggal." Chava kini menoleh ke arah Pak Nandan.

Dan kesiswaan sekolah itu benar benar terkejut. Ia menjadi salah tingkah dan tidak enak diwaktu bersamaan karena meminta Ibu Chava untuk datang ke sekolah.

"M-maaf. Bapak gatau."








Lanjut ga nih? Spam coment dulu dong❤

100Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang