Kecewa

333 16 1
                                    

"Astagfirullah al'azim. Kamu mabuk, Al?"

Shafira mendekat, lalu berniat untuk memapah madunya ke kamar. Namun, niat baik itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Almira.

"Menjauh dariku! Aku tak sudi disentuh wanita sepertimu!" Almira tersenyum kecut, lalu berlalu dari hadapan Shafira.

"Astagfirullah," lirih Shafira seraya mengusap dada.

Shafira tak pernah menyangka, madunya yang selama ini tampak alim dan salihah itu ternyata kelakuannya seperti ini. Apalagi pakaian yang Almira pakai sangat ketat dan seksi, memperlihatkan semua bagian lekuk tubuhnya. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana murkanya Yusuf bila mengetahui kelakuan istri keduanya yang seperti itu.

Dengan berjalan sempoyongan, Almira menaiki tangga. Sesekali wanita itu memegang kepalanya yang terasa pening. Mulutnya meracau tak jelas, sesekali ia tertawa seperti

Diam-diam Shafira mengikutinya dari belakang. Meskipun Almira sering kali membuatnya kesal dan sakit hati, tetapi ia tidak tega bila harus membiarkan Almira seorang diri dalam keadaan mabuk seperti itu.

"Aku akan menyingkarkanmu, Shafira!" racau Almira dengan membentangkan kedua tangannya.

Saat menginjak tangga terkahir, Almira terpeleset dan hampir terjatuh. Beruntung ada Shafira yang menolongnya.

"Sudah kubilang jangan pernah menyentuhku!" bentak Almira.

"Kamu itu sudah mabuk, hampir jatuh, masih saja bersikap angkuh. Seharusnya tadi itu, aku membiarkanmu jatuh dari tangga. Biar aku bisa memiliki Mas Yusuf seutuhnya," ucap Shafira kesal, wanita itu langsung berjalan mendahului Almira.

"Dia hanya milikku! Tak akan kubiarkan seorang pun merebutnya!" racau Almira kembali.

Sebelum masuk kamar, Shafira melirik madunya terlebih dulu. Wanita itu terkejut, saat melihat keberadaan seseorang yang berdiri tak jauh di belakang Almira.

"Abi!" lirih Shafira.

Tampak jelas dari raut wajahnya, kalau lelaki itu tengah murka. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mengepal kuat. Tanpa berpikir panjang lagi, Shafira bergegas menghampiri sang suami. Tak ingin lelaki itu bertindak kasar pada Almira yang sedang dalam kondisi setengah sadar.

"Mas ...."

"Istri macam apa dia? Sudah pulang larut malam dalam keadaan mabuk, terus cara berpakaiannya pun sangat memalukan dan menjijikkan. Bagaimana aku akan mempertanggungjawabkan semua kelakuannya di hadapan Tuhan?"

Mendengar suara Yusuf, Almira mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar. Dengan berjalan sempoyongan, wanita itu langsung menghampiri suaminya.

"Eh, kapan kamu pulang, Mas? Aku merindukanmu! Malam ini tidur di kamarku, ya. Jangan tidur di kamar wanita kotor ini, dia pintar mencari muka!" ucap Almira. Jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah Shafira.

"Apakah aku tak salah dengar, hah? Siapa yang kamu maksud kotor? Shafira atau dirimu sendiri!" Yusuf tak lagi dapat mengontrol emosi. Lelaki itu merasa telah tertipu dengan semua kebaikan Almira yang ternyata hanya topeng semata.

Yusuf mengangkat sebelah tangannya, bersiap untuk menampar Almira. Namun, dengan gesit Shafira menahan sang suami agar mengurungkan niatnya untuk menampar Almira.

"Dia sudah menipuku! Istri seperti ini wajib untuk dihukum."

"Tenangkan diri Abi. Tidak baik juga menghakimi seseorang dalam keadaan emosi. Biarkan Almira beristirahat. Besok kalau sudah sadar, Abi bisa menasihatinya baik-baik."

"Tidak perlu dinasihati, langsung ...."

Tiba-tiba tubuh Almira ambruk di hadapan Yusuf. Dengan sedikit kesal, lelaki itu langsung membopong Almira ke kamar.

"Umi tidur, ya, Bi! Malam ini tidurlah di kamar Almira. Temani dia! Mungkin saja dia mabuk, karena beberapa hari ini tidak mendapat perhatian dari Abi."

"Bukankah apa yang Abi lakukan pada Almira dan Umi itu sama? Beberapa hari ini Abi cuek pada kalian berdua. Kalau memang Almira itu wanita baik-baik, dia tidak akan lari ke alkohol hanya karena tidak mendapat perhatian dari Abi. Nyatanya, Umi juga sama tidak mendapat perhatian dari Abi, tetapi masih bisa menjaga diri dan akhlak."

"Hati setiap wanita itu berbeda, Bi. Ada yang berpendirian teguh, dan ada juga yang goyah. Mungkin saja Almira itu hatinya masih goyah, jadi saat Abi kurang perhatian padanya. Dia akan mencari hiburan atau perhatian dari yang lain."

"Tidurlah sudah larut malam! Biar aku yang akan menjaga Almira malam ini."

*****

Almira menggeliat dari tidurnya. Ia mengerjap, saat mentari pagi menyilaukan matanya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, dan langsung loncat dari tempat tidurnya.

"Pakaianku ...." Almira memperhatikan pakaian yang tengah dipakainya. Wajahnya memerah bak kepiting rebus, saat menyadari kalau dirinya masih berpakaian yang super seksi.

"Apakah Mas Yusuf tahu kalau ...?"

"Tentu saja tahu! Aku sendiri yang membopongmu ke kamar."

Almira terkejut dan langsung panik. Ia langsung menghampiri Yusuf, dan mencoba menjelaskan semua.

"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Mas! Ini kulakukan karena sudah beberapa hari ini kamu tak pernah memerhatikanku lagi. Kamu sibuk dengan pekerjaanmu di kantor. Setiap pulang kerja pun, kamu lebih memilih berdiam diri di kamar. Aku suntuk dan bosan, Mas. Makanya, aku melampiaskannya dengan lari ke alkohol."

"Aku juga sama tidak memerhatikan Shafira, tetapi dia tidak sepertimu. Dia pintar menjaga diri."

"Paling juga itu cuma topeng semata, Mas. Lihat saja nanti, dia akan lebih liar dariku!"

Entah mengapa hati Yusuf memanas, seakan-akan hatinya tidak terima mendengar Shafira dijelekkan seperti itu. Walaupun ia sempat salah paham pada Shafira, tetapi tetap saja lelaki itu tak terima kalau istri pertamanya itu dijelekkan oleh orang lain.

"Shafira bukan tipe wanita seperti itu! Aku sudah sangat mengenalnya! Jadi, jangan berniat menjelekkan dia di depanku."

Yusuf mengembuskan napas kasar. Hampir semalaman ia memikirkan hal yang tak seharusnya ia ambil dalam waktu dekat ini. Namun, ia merasa Almira sudah sangat keterlaluan.

"Kamu habis dari mana semalam? Apakah pantas seorang istri keluyuran malam-malam di saat suaminya tengah tertidur lelap? Apakah pantas seorang istri berpakaian ketat dan seksi, yang hanya akan mengundang hasrat dari lelaki lain? Apakah kamu sudah bosan denganku, sehingga melakukan semua ini agar aku menjatuhkan keputusan akhir padamu. Kalau iya, tunggu saja. Aku akan melakukannya untukmu!"

Bersambung ...

Yuk baca di youtube sudah up sampai ending.❤

Satu Atap Dua CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang