07:10 , Jakarta.
Ainaya, gadis itu sedang asyik menatap layar ponselnya. sembari melangkahkan kakinya dengan pelan menuju arah kelasnya. Dia sedikit agak telat hari ini karena menunggu Brian yang katanya ingin mengantarnya, nyata itu hanya sebatas bullshit.
Tetapi, Ainaya baru saja tiba digerbang.
"Pagi, Naya." sapa seseorang, dia memberikan senyumannya pada Ainaya. Ainaya refleks menutup layar ponselnya dan menaruhnya kembali disaku baju.
"Lo lagi kesetanan, ya?" balas Ainaya, dia menatap wajah Thaletha dengan keraguan. Tidak biasanya Thaletha menyapa dia dengan sopan.
"Ntar, kalau gue bilang 'pagi beban orangtua,' lo-nya, marah. Serba salah, gue." Thaletha bergerutu.
Ainaya terlihat menggelenggkan kepalanya. Dia sudah tidak heran lagi dengan sifat Thaletha yang bisa berubah-berubah, layaknya bunglon.
"Tha gue-!" ucapannya terputus, kala ada seseorang yang menimbrung.
"Ikut gue, ada yang mau gue omongin." ucap Azka. Lelaki ini menarik lengan Ainaya dengan kencang. Dia memaksanya untuk ikut bersamanya, untuk membuat itu cepat. Ainaya pun mengikuti keinginan Azka. Penasaran, apa yang diinginkan Azka.
Mereka berdua perlahan menghilang dari pandangan Thaletha.
"Yaelah, si banci nggak ada kapok-kapoknya, nyari masalah." Thaletha bermonolog.
Gadis itu lalu menghela nafasnya, dengan langkah kakinya, dia mengikuti kemana Azka membawa Ainaya, dia tidak ingin kejadian kemarin, terulang kembali.
........
Plak!
"PUAS LO?"
"LO UDAH BIKIN GUE MALU, WAH HEBAT BANGET, LO NAY."
Azka memberikan tamparan pada pipi Ainaya, terlihat urat-uratnya yang hampir keluar. Ini masih masalah seputar postingan Instagram kemarin.
Ainaya, dia memegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan keras dari Azka. Namun selang beberapa lama. Gadis itu memberontak. "Kenapa? Kenapa lo nampar gue, lagi, Al?!" pekik Ainaya, wajahnya memerah.
"Shit, bahkan sekarang, gue udah nggak sudi, manggil lo pake sebutan Al." katanya penuh kecewa. Kini Ia akan menghentikan semua. Membunuh jiwa lemahnya, di detik ini juga.
Tak kunjung dapat balasan dari Azka. Ainaya pun geram kembali. "NGGAK BISA JAWAB?"
"BELUM CUKUP SEMUANYA YANG GUE KASIH KE LO? "
"APA BELUM PUAS, DENGAN CARA LO, SELINGKUHIN GUE? LO MAU NYAKITIN GUE, SAMPE TAHAP MANA SI, AZKA?"
Sekarang dengan cepat. Azka akan menjawab. "Sampe lo mati."
"Lo mau gue mati, kan? Lakuin Sekarang!"
Ainaya mengambil satu lengan Azka. Mengarahkan jemari itu ke pipi kanannya. "TAMPAR GUE, SELAGI LO MASIH BISA!" teriak Ainaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya ( End )
Teen Fiction[ TAHAP REVISI ] "Berdamai dengan diri sendiri, adalah puncak kebahagiaan yang abadi." -nurhmanis in Ainaya. Kamu pernah mendengar pepatah yang mengatakan kalau kamu akan menjadi ratu, bila bertemu laki-laki yang tepat? Bagi Ainaya, pepatah itu...