"Pada akhirnya, i'm the only winner." kata Rara merasa dirinya sangat senang.Benar, sejak tadi, ia asyik menguping pembicaraan antara Azka dengan Ainaya. Melihat kekalahan Ainaya, membuat Rara sedikit bangga.
"Pencundang kayak dia mah bukan saingan gw, haha." gelak Rara, sedikit mengejek Ainaya. Cewek ini menarik nafas panjangnya dan bergegas pergi, meningalkan tempat itu
"TUHAN, BAHAGIANYA GUE!"
.......
Di kelas XI IPA 1.
Thaletha sibuk dengan layar ponsel ya dia sedang asyik dengan aktifitasnya bermain TikTok.
"Slebew, pak cepak cepak, kecebur." ujar Thaletha, dirinya mengikuti alunan lagu yang tersetel dari fyp Tik-tok.
Sejuk merasa sangat terusik mendengar musik yang sangat kencang dari meja Thaletha, namun, dia pun malas untuk menegurnya karena pasti nanti ujung-ujungnya mereka akan bertengkar.
Thaletha sekarang berdecak. "Ck, gimana sih anjir gerakan, yang lagunya ada tin tin suara mobil gitu." Thaletha mengerutu pada dirinya sendiri, karena, dia melupakan salah satu gerakan dance.
Sejuk memutuskan untuk menyalakan music dari ponselnhya, dirinya memasang heandshet di telinganya, perlahanmatanya terpejam sejenak, dia menikmati saat santainya.
"MASYAALLAH TABBARAKALLAH, GUANTENG BANGET LAKI GUE, ALLAH HUAKBAKBAR." Thaletha berhisteris saat kedua bola matanya melihat sosok yang dia kagumi, baru saja memasuki kelas setelah cowok itu puas di rooftop sekolah.
Brian Putra Adeon.
"Akang kulkas, mau minum?" penawaran Thaletha tidak digubris Brian, dengan cuek, Brian melewatkan mejanya dengan begitu saja. Remaja laki-laki itu langsung menuju tempatnya duduk. Okeh, jelas Thaletha akan sedikit dongkol.
"Sial, aku ditolak matang-matang." curah Thaletha.
Untungnya Sejuk masih sibuk mendengarkan music favoritnya, kuch to bata.
Dari sisi pintu luar kelas yang sedang terbuka seorang gadis dengan penampilannya yang sedikit acak-acakan tertangkap berupaya memasuki kelas mereka membuat semua mata tertuju padanya. Terlebih, mereka semua terkejut melihat darah yang terus dibiarkan mengalir dari hidungnya—tentu saja dia Ainaya.
"NAYA!" teriak Thaletha dengan hebohnya. Sesigap mungkin, Thaletha beranjak dari mejanya, menghampiri ke arah Ainaya diluar pintu sana hanya untuk, memeluk nya.
"Lo kenapa, Nay?" setelah melepas pelukan singkatnya, Thaletha bisa memberikan sedikit pertanyaan pada Ainaya.
Ainaya menjawab. "It's okay."
"Pala lo okay! Itu berdarah anjir, hidung lo." sunggut Thaletha, sebenarnya diirinya itu hanya merasa cemas.
Ainaya siap melanjutkan sedikit jalannya menuju bangku kelas, tapi, saat dia berjalan beberapa langkah dia merasa sebuah tangan menahannya dari belakang. Karena penasaran, Ainaya menengok ke arah belakang. Rupa-rupanya itu adalah Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ainaya ( End )
Fiksi Remaja[ TAHAP REVISI ] "Berdamai dengan diri sendiri, adalah puncak kebahagiaan yang abadi." -nurhmanis in Ainaya. Kamu pernah mendengar pepatah yang mengatakan kalau kamu akan menjadi ratu, bila bertemu laki-laki yang tepat? Bagi Ainaya, pepatah itu...