🌻043. Redupnya Cahaya

8 4 0
                                    

"Brian, tutup mata lo, terus hadap ke belakang!" titah Sejuk yang merasa bawa Brian tidak bisa menatap Ainaya sekarang.

"Lo tunggu di sini. Biar ini semua jadi urusan gue dan Sejuk yang." imbau Thaletha.

Lalu kedua gadis ini berlari ke arah Ainaya. Tidak heran, jika Thaletha dan Sejuk mau membantu Ainaya tanpa sekalipun merasakan apapun. Toh mereka bertiga sudah lama mengenal satu sama lain.

Sejuk dan Thaletha segera memasangkan penutup tubuh pada tubuh Ainaya.

"Nay, bangun Nay," Thaletha menggosokkan kedua tangan Ainaya dengan menggunakan tangan Thaletha. Hal ini agar Ainaya dapat merasakan kehangatan.

Sedangkan Sejuk berusaha membangunkannya dengan menguncangkan badan Ainaya. Namun tetap saja nihil.

"Buang waktu. Naya harus kita bawa ke rumah sakit!" usul Sejuk.

"Nggak usah. Mendingan kita bawa aja dia ke rumahnya!" ajak Thaletha yang disetujui oleh Sejuk.

"Brian.... lo udah bisa ke sin. Cepetan bantuin kita bawa Ainaya." ucap Sejuk memberikan arahan pada Brian.

Lalu Brian pun segera menuju ke arah mereka.

......

Dokter baru saja selesai mengecek kenormalan detak jantung Ainaya menggunakan stetoskop.

Baru beberapa menit yang lalu, Sejuk menelpon dokter untuk segera datang ke rumah Ainaya.

"Tidak ada kondisi yang mengkhawatirkan dari teman kalian. Dia cuma kelelahan, saja. Karena telah mengeluarkan begitu banyak energi. Oh, iya, teman kalian juga sepertinya dipukul dengan  benda keras. Sekarang dia membutuh istrirahat. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi juga sadar. Untuk obatnya sudah saya kasih resap nya, ya." imbau dokter itu. Hal ini membuat lega di hati Brian, Thaletha serta Sejuk.

"Baik, terima kasih, Dok."  cakap Brian sembari menghela nafas leganya. Sekarang keadaan sudah tenang.

"Baik. Saya pamit dulu." ujar dokter ini, dia segera merapikan alat-alatnya memasukkan di kopernya.

Segera dokter itu pamit dari tempat ini dan melanjutkan tugasnya yang lain.

Sementara itu keadaan menjadi hening kembali. Mereka yang ada di ruangan ini sebenarnya sangat menunggu Ainaya membuka mata dan suaranya. Untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya

"Gue yakin, ini pasti kerjaannya Rara!" Thaletha kini membuka suara guna memecah keheningan.

Sejuk yang posisinya sedang bersandar di tembok, ia menepuk kasar tembok itu "Wah, anjing! Keterlaluan banget!" umpat gadis ini secara kesalnya.

"Lihat aja. Rara ngga akan gue lolosin!" kini thaletha menajamkan tatapan matanya seakan dendam.

Sedangkan Brian, pria ini terus tiada henti mengusap-usap rambut Ainaya secara halus
Rasanya ia ingin memeluk gadis bernama Ainaya ini sekarang juga, namun tidak memungkinkan ketika melihat kondisi gadis ini.

"Gue tau... besok gue akan kasih rara pelajara, di sekolah." Thaletha bergumam.

Sejuk tidak membalasnya lagi, bola mata dan penglihatan Sejuk kini beralih ke Ainaya. DAM! Sejuk terkejut melihat ainaya mulai membuka kedua kelopak matanya.

"Nay?" seru Sejuk memanggil Ainaya.

Refleks Thaletha dan Brian kini memusatkan perhatian mereka ke Ainaya. Benar saja, gadis ini sudah sadarkan diri.

Ainaya melihat keadaan sekitar dan menatapi setiap orang yang berada di ruangan ini.

"Nay, lo gapap—" Brian berusaha menyentuh Ainaya.

Ainaya ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang