BERTEMU

1 0 0
                                    

Terakhir kali Anasya bertemu dengan Adam, saat di pemakaman Yasmi 8 tahun lalu.

Apa kak Adam inget aku?

Anasya tahu, Adam dan orang tuanya masih sempat beberapa kali bertegur sapa lewat telepon, tapi Anasya tidak pernah mendengar Adam menanyakan kabarnya. Bahkan biasanya, Anasya selalu menolak ketika ibunya menawarkan agar Anasya bisa berbicara dengan Adam, saat laki-laki itu menelpon.

Kak Adam sekarang seperti apa? Kak Adam sudah punya pacar belum?

Dalam perjalanan menuju rumah sakit tempat Adam bekerja, Anasya larut dalam pikirannya sendiri.

Saat terakhir kali bertemu Adam, umur Anasya masih 15 tahun, baru akan memulai kehidupannya sebagai murid SMA, sedangkan Adam yang saat itu sedang mengikuti pendidikan spesialisasi, sudah berumur 24 tahun.

Pantas saja dulu kak Adam seperti tidak menganggapku, dulu aku benar-benar masih menjadi bocah ingusan!

Anasya tersenyum miris.

Apa dengan keadaanku yang sekarang sudah berumur 23 tahun, bisa membuat kak Adam melirikku?

Jika kalian berpikir Anasya adalah perempuan egois karena menginginkan mantan tunangan almarhum kakaknya, Anasya tidak akan menampiknya. Kerena kenyataannya memang begitu. Bertahun-tahun tidak bertemu, tidak membuat perasaan aneh itu berkurang.

Bahkan sebelum kejadian 8 tahun lalu di kamar Yasmi, Anasya tidak pernah terbayang untuk memiliki perasaan kepada Adam.

Anasya mendengus, lucu sekali bukan? Hanya karena hari itu ia melihat sorot mata Adam yang begitu tulus saat memandangi kakaknya yang sedang tertidur, membuatnya mendapat serangan tiba-tiba di hatinya. Anasya benar-benar merasa menjadi perempuan murahan jika mengingat masa-masa itu!

Ah, Singapur.

Anasya memperhatikan jalanan Singapura yang begitu menakjubkan. Seharusnya dulu, ia melanjutkan sekolah menengah atas di sini, sambil menemani kaka Yasmi. Manusia selalu berencana, namun tetap saja Tuhan yang menentukan, kan?

Anasya akhirnya melanjutkan SMA di Jakarta, bersama teman-teman SMP-nya.

"We arrived miss," ah, ternyata taxi yang ditumpanginya sudah sampai di tempat tujuan.

"Thank you," Anasya memberikan uang ongkos taxi, lalu keluar dari mobil tersebut.

Perempuan yang saat ini rambutnya sedang dikucir kuda itu memperhatikan sekeliling, ia mengeluarkan kembali kartu nama Adam dari dalam tasnya.

"Hmmm, harus nanya ke siapa ya?" Anasya tidak tahu dimana ruangan Adam berada. Rumah sakit ini ternyata lebih besar daripada yang Anasya bayangkan.

Anasya melangkahkan kakinya menuju gedung rumah sakit, mungkin ia bisa bertanya kepada perawat yang sedang berjaga di ruang pendaftaran.

"Mas Adam!"

DEG!

Anasya menghentikan langkah kakinya. Jelas-jelas tadi ia tidak sedang berhalusinasi. Ia mendengar dengan jelas nama orang yang selalu berada dipikirannya itu disebut, oleh seseorang.

Anasya melihat sekeliling, mencoba menemukan sosok yang mirip dengan Adam di masa lalunya itu.

Seketika jantungnya seperti berhenti berdetak. Benar, itu dia laki-laki yang selama ini ia rindukan. Laki-laki yang selalu berusaha ia hindari kabarnya, agar perasaannya tidak semakin bertambah. Nnyatanya, saat melihatnya hari ini, Anasya yakin perasaan yang dimilikinya ini justru semakin kuat.

Tanpa sadar air mata menetes dari mata indahnya itu. Tubuhnta tidak bergeming, masih memperhatikan laki-laki yang saat ini sedang berbicara dengan seorang perempuan.

Oh mungkin perempuan itu yang memanggil kak Adam tadi.

Senyum Adam tercetak dengan sempurna di wajah tampannya ketika perempuan di sampingnya itu berbicara.

DEG!

Anasya kehilangan oksigennya beberapa detik saat mata mereka bertemu.

Ya, Adam sedang memandangnya saat ini. Mengabaikan ocehan perempuan yang berada di sampingnya itu, jelas sekali ia juga sama terkejutnya dengan Anasya.

Tak.......tak........tak...

Entah kenapa, Anasya sepertinya bisa mendengar suara langkah kaki slow motion dari sepatu Adam saat itu. Mata mereka masih saling beradu, tidak ada satupun yayng berniat melepaskan pandangannya.

Jantung Anasya bepacu semakin cepat seiring dengan Adam yang semakin mendekat kearahnya.

Adam menghapirinya! Bukankah ini tandanya Adam mengenalinya? Adam mengingatnya?

Senyuman lebar tercetak di bibir mungil Anasya. Hantinya mnghangat mengetahui fakta bahwa Adam masih mengingatnya. Walaupun mereka tidak berkabar selama 8 tahun lamanya setelah kematian Yasmi, tapi ternyata Adam masih mengingatnya.

Begini saja sudah membuatku bahagia.

Adam berdiri tepat di hadapan Anasya. Tangannya terangkat untuk membelai pipi Anasya.

Oh astaga! Pipi Anasya pasti sudah merah seperti tomat sekarang! Bahkan suara jantungnya ini pasti bisa terdengar oleh Adam. Adam menyentuhnya, laki-laki yang selama ini ia rindukan, membelai pipinya! OMG! Anasya merasa sangat bahagia sekarang.

Bahkan senyuman di bibir perempuan itu tidak memudar sedikitpun.

"Yasmi?"

PRAAAANG!!!!

Jika hati Anasya adalah sebuah kaca, pasti seperti itu suaranya sekarang.

Hancur.


*****************************************************************************************

gimana ceritanya?

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang