KENANGAN 1

2 0 0
                                    

Piring berisi bubur dan segelas air dipindahkan ke atas nampan oleh tangan mungil dengan sangat hati-hati, ia akan mengantarkan makan siang untuk kakak tercintanya. Langkah kakinya sangat pelan ketika menaiki tangga, ini pertama kalinya ia membawa nampan berisi makanan, apalagi sambil menaiki tangga.

"Sedikit lagi Sya!" ucapnya untuk meyakinkan diri sendiri.

Setelah sampai di pintu kamar milik kakaknya, ia menurunkan nampan itu sebentar, berniat untuk membuka pintu. Dibukanya pintu itu dengan sangat hati-hati, ia tidak mau menganggu kakaknya yang sedang istirahat.

Gadis itu menyembulkan kepalanya ke dalam kamar, "Kak?" ucapnya dengan sangat pelan, bahkan hampir tidak terdengar.

Matanya menyipit ketika melihat adalah orang lain di kamar kakaknya ini.

Kak Adam? ucapnya dalam hati.

Entah kenapa, gadis itu lebih memilih berdiam diri seperti itu. Ah, tidak. Dia tidak memilih untuk berdiam, tapi tubuhnya sendiri yang tidak bisa digerakan. Matanya fokus memperhatikan bagaimana hangatnya tatapan laki-laki yang bernama Adam itu, kepada kakaknya. Hatinya menghangat, melihat kak Adam terlarut dalam pikirannya sendiri sambil memperhatikan kakaknya yang sedang tertidur itu.

Apa yang sedang dia pikirkan? Apa jika yang sedang tertidur itu adalah aku, tatapan kak Adam akan tetap hangat seperti itu?

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Dasar adik durhaka! ucapnya sambil mencubit pipinya sendiri untuk menyadarkan bahwa yang sedang ia tatap itu adalah tunangan dari kakaknya sendiri.

Krrrrrt

Pintu dibuka lebih lebar lagi, ia membawa kembali nampan yang tadi ia simpan di dekat pintu, lalu berjalan masuk menghampiri dua orang yang sedang berada di dalam kamar itu.

Matanya melirik seorang perempuan yang sedang tertidur diatas kasur, lalu beralih menatap laki-laki yang sedari tadi ia perhatikan. Oh, ternyata laki-laki itu sedang memperhatikannya juga sekarang.

Melihat tatapan laki-laki itu, tanpa diperintah, sebuah senyuman muncul menghiasai wajah cantiknya, "Hai kak Adam."

"Hai Anasya."

DEG! Bahkan mendengar namanya disebut oleh laki-laki itu saja membuatnya merasa sangat dicintai.

Bagaimana bisa? Biasanya tidak seperti ini, biasanya ia tidak pernah peduli pada tatapan laki-laki yang menjadi tunangan kakaknya ini. Biasanya, jantungnya tidak pernah terasa semendebarkan ini.

Kak Yasmi, maafkan Asya.


******************************************************

Tolong vote dan komennya ya teman-teman^^

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang