PUPUS

1 0 0
                                    

Bahkan sebelum memulai pun, lagi-lagi hatiku dipatahkan.


"Mas Adam tuh perhatian banget, Sya." Ucap Nera, perempuan itu duduk di samping Adam, tepat di hadapan Anasya, yang saat ini sedang mencoba menenangkan hatinya karena baru saja mengetahui fakta yang cukup mengejutkan.

Kak Adam udah punya pacar.

Nera sengaja mengajak Anasya untuk makan siang bersama, jelas sekali perempuan itu sangat ingin dekat dengan Anasya, apalagi alasannya kalau bukan karena Adam?

Anasya hanya menanggapi cerita Nera dengan 'Hmm' , 'Oh ya?', dan sesekali Anasya akan menjawab dengan senyum hambarnya.

Hatinya sedang tidak baik-baik saja, dan Nera malah dengan bangganya menceritakan bagaimana awal mereka bertemu sampai bagaimana mereka bisa berpacaran. Hah! Yang benar saja!

Pandangan Adam tidak lepas dari paras cantik Anasya. Tidak peduli bahwa pacarnya sekarang duduk tepat di sampingnya.

Adam takut, bagaimana jika Anasya terluka mengetahui fakta bahwa ia berpacaran dengan Nera?

Bagaimana jika Anasya cemburu?

Bagaimana jika Anasya tidak mau menemuinya lagi?

Bagaimana jika-

Tidak-tidak! Dia Anasya, bukan Yasmi! Sadar Adam!!

Adam memejamkan matanya,mencoba berpikir lebih jernih.

Ya betul, perempuan di depannya ini adalah Anasya. Meskipun wajahnya mirip sekali dengan Yasmi, tapi jelas-jelas dia adalah Anasya. Adam tidak perlu memikirkan bagaimana perasaannya.

"Pokoknya gue gak menyesali masalalu gue, justru karena itu, gue jadi bisa ketemu sama mas Adam." Nera masih saja membanggakan Adam-nya ini.

"Emmm, jadi," Anasya ragu-ragu melirik dua orang di depannya ini, "Jadi kak Nera itu mantan pasien kak Adam, kalian jatuh cinta, lalu kak Nera sembuh, lalu kak Nera sekarang pacaran dengan mantan dokter psikiater kakak, lalu-"

"Hahaha lo pinter menyimpulkan deh," Nera memotong ucapan Anasya, "Yaaaa, jadi intinya ya begitulah."

Anasya hanya mengangguk-ngangguk, memahami inti dari cerita Nera yang panjang sekali. Perempuan itu sepertinya menceritakan perjalanan cintanya dengan sangat detail.

"Tapi gue yang nembak sih." Ucap Nera sambil melirik geli kearah Adam.

Mata Anasya membulat dengan sempurna. WHAT? Tau gitu, dulu aku kejar kak Adam duluan deh!

"Mas Adam tuh perhatian banget, bikin gue baper, tapi dia gak nembak-nembak," Nera memajukan tubuhnya mendekati Anasya, "Yaudah, gue tembak duluan." Lanjutnya, sedikit berbisik.

Anasya tersenyum kikuk, lalu melirik Adam yang sedang menyesap kopinya.

Bisa aja kan, sebenarnya kak Adam itu perhatian sama semua orang? Sama semua pasiennya? Kok ini cewek PeDe bener sih?

Anasya berpikir sebentar, mengingat bagaimana masalalunya dengan Adam.

Kak Adam dulu juga baik sih sama aku, tapi gak sampai perhatian banget.

Anasya kembali menatap Nera. Jadi benar ya, kak Adam suka sama cewek ini?

"Oh iya, gue boleh minta nomor lo gak, Sya?" tanya Nera sambil memberikan handphone-nya kepada Anasya.

"Boleh kak." Anasya mengetikan nomornya di handphone Nera.

"Lo pindah ke Singapur?"

"Enggak kak, lusa juga aku kembali ke Indonesia kok."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang