Perasan aneh melandanya, bukan ini yang ia mau. Bercinta dengan sembarangan wanita namun apa daya jika nafsunya yang liar menuntutnya untuk lebih dan lebih.
Ali membiarkan para wanita manja itu bergelayut manja di antara dadanya yang bidang. Ia sesekali tersenyum kepada beberapa gadis yang meliriknya. Dasar, walaupun sudah ada wanita yang disampingnya masih saja mencari wanita lain. Namun itulah sifat Ali, sang penikmat malam.
Ia berjalan menuju rumah Prilly yang kecil. Belum sampai rumah Prilly, mata hitamnya menatap seseorang wanita yang mondar-mandir di depan pintu dengan tak jelas. Terlihat jelas wanita itu sepertinya sedang panik.
"Prilly," panggil Ali bingung menatap wanita itu.
Wajah Prilly terlihat begitu khawatir. Ekspresinya berubah seketika ketika melihat pria yang membuatnya khawatir. Rambutnya berantakan. High heelsnya dilepasnya dari kakinya dan dibawanya
Prilly berjalan mendekati Ali. Terpancar perasaan lega wajahnya, Bahkan Prilly sempat tersenyum. Namun ekspresinya berubah seketika menjadi kesal.
PLLLAAAAKKKK
Prilly menampar Ali dan para wanita yang menatap itu begitu terkejut.
"Kau memuakan," seru Prilly. Tamparan itu cukup keras karena Prilly menamparnya dengan tas yang ia pegang. Terlihat sekali pukulan itu begitu sakit, karena darah mengalir sedikit dari luka sebelumnya akibat ulah Ricky.
Ali hanya mengeleng kesal. Memengang bibirnya yang terluka dan menatap Prilly dengan murka atas perlakuannya.
"Apa?" tanya Ali menahan emosinya.
"Apa?!" seru Prilly tinggi. Terlihat Prilly begitu menahan air matanya agar tak tumpah.
"Aku mencarimu dari tadi. Aku khawatir padamu yang belum makan dan tak tahu dengan area sini. Dari tadi aku mencarimu kemana-mana, menunggumu. Aku takut kau terjadi sesuatu." Ucap Prilly menehang, "Dan kau malah asyik bersenang-senang dengan para pelacur ini?!" seru Prilly meninggi.
"Buat apa? Buat apa, kau mencariku? Aku bukanlah anak kecil. Lagipula kau juga bukan ibuku." Ucap Ali dingin tanpa mempedulikan Prilly yang sebentar lagi tak kuasa menahan air matanya .
Prilly bergetar. Ia menahan semua emosinya sekarang. Pria brengsek yang tak tahu diuntung itu berada di depannya berkata seolah tak ada masalah akan jawabannya.
"Kau bilang. Aku bersama dengan pelacur? Kau tak ingat dirimu sendiri?" tanya Ali keji.
Prilly benar-benar kesal. Ia merasa terhina akan ucapan Ali yang barusan. Air mata kembali keluar dari matanya. Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar karena pria brengsek yang ada dihadapannya. Menatapnya seolah tak terjadi apa-apa.
"Kau brengsek," umpat Prilly. Melemparkan high heels dan tasnya itu kearah Ali. Ali sempat melindungi wajahnya agar tak terkena benda-benda yang dilemparkan Prilly. Prilly berjalan menuju rumahnya dan membanting pintu sekeras-kerasnya.
Ali menatapnya. Mereka diam sejenak hingga Ali membatalkan pestanya. "Maaf, Ladies. Kurasa pestanya tidak jadi," seru Ali dingin. Mengambil beberapa barang-barang milik Prilly yang berantakan.
"Siapa dia, Ali?" tanya Alice menatap Ali.
"Kekasihku," jawab Ali bohong dan berjalan menuju rumah Prilly,
Memutar kenop pintu. Ali sedikit lega karena setidaknya Prilly tak mengunci rumahnya jadi ia bisa masuk.
Menaruh semua perlengkapan Prilly di atas meja. Melepaskan jasnya dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ali memijat keningnya sejenak. Hingga terdengar suara tangisan Prilly dari kamarnya. Dengan malas Ali beranjak dari sofanya menuju kamar Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, My Lord (COMPLETE)
RomanceDemi kekasihnya yang sedang sakit parah. Prilly Latuconsina rela berkerja di rumah Villa syarief yang terkenal kaya dan baik hati. Demi uang untuk mengobatan sang kekasih. Namun ia tak pernah menduga bahwa sang Syarief adalah pribadi yang sangat ber...