Chapter 4

19.7K 746 6
                                    

Ali terbangun dari tidurnya. Dipegangnya kepalanya dengan segera. Rasa sakit dan pusing menjalar seketika di kepalanya. Ia merengut, memegang kepalanya.

"AAAARRRGGGGHHHH," jeritnya memang kepalanya. Ia pusing setengah mati.

Rasa pusing dikepalanya seakan tak mau berhenti. Rasanya kepalanya seakan mau meledak.

Ali berjalan sempoyongan mencoba menuju pintu kamarnya. Tangan pucat itu mulai menyentuh kenop pintu kamarnya sementara tangannya yang satunya memegang kepalanya yang berdenyut. Menuruni tangga dengan segenap kekuatannya yang ia bisa. Air minum, adalah obat yang tepat sekarang. Untuk menghapus rasa pusingnya.

Ia berjalan gontai menuju ruang makan yang besar dengan gaya modern nan klasik. Ali mendengar sesuatu. Suara isak tangis seseorang wanita. Walaupun kepalanya pusing, setidaknya ia tak tuli bukan?

Rasa penasaran menjalar di hatinya. Ia berjalan mengendap-endap, berharap pemilik suara itu tak mendengarnya. Mata hitamnya membulat tak percaya akan apa yang dilihatnya. Menahan tubuhnya untuk tak terjatuh.

Diantara rasa nyata dan tak nyata. Ia melihat Prilly Latuconsina menangis sambil memengang segelas air. Entah apa yang bisa membuatnya menangis seperti itu.

"Ha-Ricky," panggilnya dengan suara bergetar.

Ricky? Siapa Ricky? Apa selingkuhan Prilly?

"Aku tak tahu bagaimana lagi Ricky. Aku tak bisa menemui Dennis. Aku merindukannya, aku juga merindukanmu. Namun aku tak bisa menemuinya. Tuanku tak mungkin mau," ucap Prilly tangannya bergetar memengang ponsel miliknya.

"Aku tahu Pril. Namun Dennis dan aku membutuhkanmu," ucap suara dari telepon itu.

Ali dapat mendengar jelas percakapan mereka karena Prilly menyalakan speaker agar ia dapat mendengar suara itu dengan jelas.

"Hmm, Jadi Prilly memiliki dua kekasih? Jalang itu benar-benar. Licik sekali dia, ternyata dibalik tampangnya yang manis ternyata dia jahat juga," Ali menyeringai licik sementara tangannya mengepal menahan emosi.

Ali masuk kedalam ruang makan secara tiba-tiba dan membuat Prilly terlonjak terkejut akan kedatangan Ali.

"Siapa itu, Prilly?" Tanya Ali dengan suara paraunya. Ia berjalan mengambil gelas dan menuangkan air putih, tanpa peduli Prilly yang menyembunyikan ponselnya.

"Kekasihmu?" Tanya Ali dengan nada menuduh dan meminum air putih itu. Kini kepalanya tidak sesakit sebelumnya sehingga kini pikirannya kembali sedikit jernih.

"Bukan Tuanku," jawab Prilly cepat,

"Kau tak bohong?" Tanya Ali menyipitkan matanya,

"iya Tuanku,"

"Kau tahu kan hukumannya apa?" Tanya Ali menatap tajam Prilly. Prilly menelan ludahnya dengan gugup. Ali berjalan mendekatinya menatapnya dengan pandangan yang sama dingin dan jahat.

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly. Aroma akohol dari fire whiskey membuat Prilly membatu. Aroma yang sungguh nikmat. Ali menyentuh wajah Prilly dengan satau tangannya. Diciumnya bibir merah itu dengan lembut namun liar didalamnya. Dikecupnya air mata asin milik Prilly.

Kini Prilly dapat merasakan sensasi aneh ketika tuannya menciumnya dengan aroma Fire Whiskey kini juga dimulutnya. Tangan Ali mulai merayap ke tubuh mungil itu mendekapnya dengan lembut. Dan membuat Prilly mengayal kedunia kenikmatan yang diciptakan oleh Ali.

Tangan Ali menyentuh badan Prilly bagaikan ular yang menghinggapi tubuh cantik Prilly. Tangannya mencari sesuatu yaitu mencari posel Prilly.

Gotcha, Ali mendapatkannya dan melepaskan ciuman mereka.

Yes, My Lord (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang