5

50 57 41
                                    

Menangis bukan berarti lemah, tidak menangis bukan berarti kuat


Vani masuk kedalam rumahnya,dia melihat ayah, bunda dan kakaknya sedang duduk diam di ruang tamu,apa yang terjadi? mereka seperti menunggu kepulangan Vani.

"Assalamualaikum," ucap Vani hati-hati dia tidak ingin salah ucap nantinya.
"Dari mana saja kamu," tanya ayah Vani dingin,sudah dipastikan ayahnya itu marah.

Mulut Vani bergetar,apa yang akan terjadi padanya dan juga apa salahnya kali ini?

"Vani kalau ditanya itu jawab, jangan diam," ucap bunda Vani.
"Vani gak kemana-mana," jawab Vani,demi apapun dia sangat takut.
"Jangan bohong,terus kenapa kamu pulang telat?" tanya ayah Vani lagi.
"Vani tadi ada urusan di sekolah," ucap Vani.
"Urusan apa?pacaran?" ucap Ayah Vani dengan nada tinggi.

Setelah beberapa hari Vani mendengar nada itu lagi,Vani menyebutnya nada kematian,dia rasanya ingin mati jika sudah mendengar orang berbicara dengan nada seperti itu.

"Vani gak pacaran," ucap Vani dengan mulut yang bergetar.
"Terus ini apa hah!!" ucap ayah Vani seraya melemparkan beberapa foto.

Dengan tangan gemetar Vani mengambil foto itu,itu adalah foto Vani saat berboncengan dengan Aska,sudah di pastikan Vanessa lah yang mengadukannya, padahal Vani tidak pacaran dengan Aska.

"Ini Vani cuman--," Vani tidak bisa melanjutkannya bicaranya,dia tidak bisa bernafas, dia ketakutan.

"Apa?? jawab!!!" perintah ayah Vani.
"Ayah udah bilang anak ayah gak boleh ada pacaran kenapa kamu langgar itu Vani!! kamu memang anak yang bandel, kamu sudah tau apa akibat kalau kamu melanggar, perlu berapa kali pukulan biar kamu patuh Vani?" teriak ayah Vani panjang lebar.

Vani menguatkan dirinya,dia tidak bersalah,dia tidak berhak menerima perlakuan seperti ini.

"Kenapa kalau Vani salah ayah baru anggap Vani anak ayah?" tanya Vani.
"Kamu sudah berani ngelawan yah!!!" ucap ayah Vani.
"Prakk," ayah Vani melempar Vas bunga ke arah Vani menandakan bahwa ayahnya itu sangat marah.
"Aghhh," Vani meringis kesakitan,kaki dan tangannya kini terlihat banyak goresan,juga terlihat beberapa tetes darah jatuh dari tangannya.

"Ayah, kenapa ayah jahat banget sama Vani,Vani enggak pernah buat salah yang fatal ayah, Vani enggak pacaran,foto itu--"
"Itu cuman teman Vani,Vani enggak pacaran, yang pacaran itu kak Vanessa ayah,ayah tolong percaya Vani," ucap Vani seraya memejamkan matanya mencegah buliran air dari matanya untuk jatuh.

"Plak."
Tamparan yang sangat keras berhasil mendarat di pipi mulus Vani, tamparan itu berhasil membuat Vani meringis kesakitan.

"Kamu jangan nuduh-nuduh kakak kamu," ujar bunda Vani.
"Tapi Vani enggak nuduh bunda,itu fakta," Vani tidak mengerti mengapa ayah dan bundanya menjadi buta terhadap kebenaran.

"Plakk," satu pukulan berhasil mendarat di tangan kanan Vani,itu berasal dari kakaknya Vanessa.

"Kamu udah pintar bohong yah sekarang," ucap Vanessa seraya tersenyum,senyumnya itu sangat mengerikan hanya Vani yang dapat melihat senyum itu.

Vani sangat lemah sekarang pipinya terkena 2 kali tamparan,kaki dan tangannya terluka dan mengeluarkan darah,dia juga sangat lapar sekarang.

Vani bingung, mengapa dia selalu terlihat salah?

Setelah melihat Vani melemah,ayah bunda Vani langsung pergi meninggalkan Vani sendirian.

"Jangan macam-macam sama gw, lu gak bakal menang," ucap Vanessa sembari menaikkan sebelah alisnya, setelah mengucapkan kalimat tersebut Vanessa pergi meninggalkan adiknya yang terlihat sangat lemah.

kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang